Analisis Komponen Utama Principal Component AnalysisPCA

4.6.4. Uji Kelayakan dan Validasi Model

Kelayakan model regresi logistik yang dibangun dapat dilihat dari penurunan nilai -2 Log Likelihood serta uji Hosmer and Lemeshow hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19. Model dinilai layak apabila signifikansi penurunan nilai -2 Log Likelihood kurang dari 0,05. Lain halnya dengan penurunan nilai -2 Log Likelihood, uji Hosmer and Lemeshow digunakan untuk melihat kecocokan variabel prediktor dengan model yang dibangun. Variabel prediktor dinyatakan fit cocok dengan model jika signifikansi yang tertera pada hasil uji Hosmer and Lemeshow di atas 0,05. Kemampuan varibel yang dipergunakan dalam model untuk menjelaskan kesesuaian habitat kirinyuh ditunjukkan oleh nilai Negelkerke R 2 . Validasi model regresi logistik kesesuaian habitat kirinyuh dilakukan dengan menggunakan data kehadiran presence dan ketidakhadiran absence. Data ini telah dipisahkan terlebih dahulu dan dipilih secara acak sebelum membangun model. Validasi ini berfungsi untuk meminimalisir kesalahan pada penggunaan model selanjutnya. Data yang dipergunakan untuk validasi model adalah sebesar 50 dari jumlah keseluruhan data yang tersedia. Nilai validasi dilakukan terhadap hasil ekstrapolasi model secara spasial. Tingkat validitas model dilihat dari tingginya prosentase nilai data titik kehadiran kirinyuh pada kelas kesesuaian tinggi bagi habitat kirinyuh.

4.6.5. Kajian Strategi Pengendalian dan Pengelolaan

Pada tahap akhir dilakukan kajian hasil penelitian terhadap strategi pengendalian dan pengelolaan spesies tumbuhan asing invasif di TNGGP. Berdasarkan kajian tersebut selanjutnya dirumuskan masukan dan rekomendasi terkait rencana strategis pengelolaan dan pengendalian spesies asing invasif di TNGGP. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penilaian Titik Kehadiran dan Ketidakhadiran

Titik objek kehadiran dan ketidakhadiran kirinyuh yang berhasil dikumpulkan di seluruh plot pengamatan adalah sebanyak 255 titik dengan perbandingan masing-masing adalah 48 titik objek untuk kehadiran kirinyuh dan 207 titik objek untuk ketidakhadiran kirinyuh Gambar 6. Peta sebaran titik objek pada gambar 6 memperlihatkan bahwa titik objek yang diambil tidak merata pada seluruh lokasi penelitian sehingga masih terdapat beberapa lokasi yang terlewati. Hal ini terjadi karena kondisi lokasi penelitian yang cukup sulit untuk dijangkau sehingga tidak memungkinkan untuk membuat plot contoh pada lokasi tersebut seperti adanya tebing, badan air dan bebatuan yang besar. Penyusunan model serta validasi model masing-masing menggunakan 50 data berpasangan. Titik kehadiran mengacu pada titik dimana ditemukan individu kirinyuh di dalam plot pengamatan yang berjumlah 48 titik Gambar 7. Titik ketidakhadiran ditetapkan secara acak sebanyak 48 titik dari 207 jumlah titik objek ketidakhadiran kirinyuh yang ada Gambar 8. Selain titik objek tersebut, dilakukan pula pengambilan titik objek kehadiran kirinyuh sebanyak 65 titik di sepanjang jalur pendakian yang akan digunakan untuk keperluan validasi model.

5.2 Sebaran Kirinyuh Bedasarkan Faktor Penentu Kesesuaian Habitat

5.2.1 Ketinggian Tempat Elevation

Ketingggian kawasan jalur pendakian Cibodas di Resort Mandalawangi TNGGP dapat diamati melalui peta DEM Digital Elevation Model. Selajutnya dari peta tersebut diklasifikasikan ketinggiannya menjadi beberapa kelas ketinggian yaitu 1.000 – 1.500; 1.500 – 2.400 dan 2.400 mdpl. Klasifikasi kelas ketinggian ini sesuai dengan klasifikasi tipe ekosistem hutan di TNGGP yaitu 1 ekosistem hutan sub montana 1.000 mdpl – 1.500 mdpl 2 ekosistem hutan montana 1.500 mdpl – 2.400 mdpl dan ekosistem sub alpin 2.400 mdpl – 3.019 mdpl. Berdasarkan data titik lokasi kehadiran kirinyuh yang diperoleh, kemudian dioverlay dengan peta ketinggian sehingga didapatkan sebaran titik kirinyuh pada tiap kelas ketinggian Gambar 9.