Validasi Model Analisis Pemodelan Spasial

dalam menyusun batasan layer scene, bentuk atau kenampakan benda yang muncul dan mempengaruhi batasan nilai seperi bentuk lubang atau benjolan, ketinggian badan air di daratan termasuk gangguan tekstur yang terlihat, serta detail ekspresi topografi yang ditetapkan ASTER GDEM ASTER Global DEM 2009. Bentuk-bentuk penyimpangan ini mempengaruhi akurasi data yang diperoleh. c. Penyimpangan letak jalur jalan dan kebun Penyimpangan jalur jalan dan kebun pada peta vektor dengan yang ada pada citra satelit salah satunya dapat disebabkan oleh manusia selaku subjek penyusun. Peta vektor dibuat melalui digitasi sehingga penyimpangan dapat terjadi pada saat proses tersebut berlangsung. Sumber penyimpangan yang lain adalah sumber data untuk digitasi yang dipergunakan oleh penyusun. Data yang telah lama sering mengalami perubahan, dan lambat untuk diperbaiki. Lain halnya dengan citra satelit yang mampu memperoleh data baru secara cepat. Untuk mengatasi penyimpangan ini, koreksi geometrik dapat dilakukan baik pada citra satelit maupun peta vektor. Koreksi ini menggunakan data titik yang sama yang ada pada citra satelit maupun peta vektor. d. Akurasi nilai NDVI, NDMI dan Suhu akibat pengaruh topografi Nilai NDVI, NDMI dan Suhu diperoleh berdasarkan data citra satelit yang digunakan. Akurasi data ini dapat dipengaruhi oleh kondisi topografi. Pada topografi yang berbukit-bukit dan kemiringan lereng relatif curam, vegetasi akan terlindungi oleh bayang-bayang lereng. Kondisi ini akan mempengaruhi pantulan sinar oleh vegetasi dan menyebabkan perbedaan nilai tersebut meskipun kondisi vegetasi dan kerapatan sama di setiap pikselnya.

5.5 Strategi Pengendalian dan Pengelolaan

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP merupakan salah satu kawasan dilindungi yang pengelolaannya lebih diarahkan untuk melindungi sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Pesatnya perkembangan penduduk diikuti peningkatan kebutuhan yang semakin kompleks memaksa banyak jalur hijau beralih fungsi menjadi jalan raya dan bangunan fisik lainnya. Pembukaan areal dan pembangunan fisik pun terus berlangsung hingga kini baik untuk pemukiman, industri, tambang, dsb. Akibatnya lambat laun terjadi ketimpangan ekologi yang ada di sekitarnya dan kini telah dirasakan dampaknya oleh masyarakat luas berupa banjir dan kekeringan. Di sisi lain luas kawasan konservasi yang ditetapkan untuk menunjang keseimbangan tata air bagi wilayah di sekitarnya tidak banyak mengalami peningkatan karena tekanan perkembangan penduduk, bahkan cenderung mengalami degradasi fungsi akibat berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah terhambatnya regenerasi spesies endemik akibat masuknya spesies tumbuhan eksotik yang bersifat invasif. Beberapa instrumen telah dikeluarkan oleh oleh pemerintah Indonesia dalam rangka membatasi atau meminimalkan penyebaran spesies asing di Indonesia antara lain dengan peraturan yang terkait dengan karantina dan lain- lain, namun instrumen tersebut belum cukup dalam menangani permasalahn spesies asing invasif di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam hal ini karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai spesies asing invasif, akses informasi mengenai spesies asing invasif yang masih terbatas, masih lemahnya sistem monitoring terhadap masuknya atau penyebaran spesies asing invasif dan koordinasi antar instansi terkait masih lemah. Pengelolaan dan pengendalian invasi biologi telah menjadi tantangan besar bagi peneliti, pemerintah, dan masyarakat lainnya. Penelitian tentang keberadaan tumbuhan invasif sudah banyak dilakukan di berbagai tempat termasuk di beberapa kawasan taman nasional di Indonesia, namun data mengenai pola distribusi spasial dan kesesuaian habitat tumbuhan invasif tersebut kurang didokumentasikan. Melalui hasil penelitian yang diwakili dengan spesies asing kirinyuh ternyata dapat menjawab pertanyaan mengenai hubungan antara faktor- faktor biofisik sebagai peubah-peubah ekologi yang mempengaruhi pola distribusi dan kesesuaian habitat kirinyuh dan hasil ini dapat dijadikan bahan masukan