Teori von Thunen 1826-1850

15 Gambar 1 tersebut menunjukan bahwa lingkaran pertama merupakan wilayah yang berada di pusat kota dan cenderung kepada aktivitas perekonomian. Sebaliknya, untuk lingkaran yang berada pada daerah dua sampai dengan empat adalah wilayah yang lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian secara luas. Oleh karena itu, dengan adanya pola penggunaan lahan pada Gambar 1 secara umum menerangkan bahwa setiap lahan memiliki fungsi pemanfaatan yang berbeda tergantung dari keberadaan lahan itu sendiri. Selanjutnya, pola pemanfaatan lahan yang dikemukakan oleh von Thunen di atas dapat digambarkan melalui kurva permintaan berdasarkan jenis komoditi yang berkaitan dengan land rent dan jarak. Kurva permintaan di sini memiliki slope negatif yang menunjukan bahwa semakin jauhnya jarak dari pusat pertumbuhan titik 0, maka nilai land rent suatu komoditi akan semakin kecil. Hal tersebut terjadi karena semakin besarnya biaya transportasi yang dikeluarkanuntuk menuju pusat kota. Asumsi yang digunakan yaitu setiap komoditi memiliki kesuburan lahan yang sama di setiap jarak. LR housing tomat indifferent point padi kelapa 0 X4 X6 X1 X2 X3 Jarak X Pusat pertumbuhan Gambar 2 Perbedaan land rent dan jarak berdasarkan penggunaan lahan menurut jenis komoditi Pada Gambar 2 di atas terdapat komoditi housing perumahanpemukiman yang memiliki land rent lebih besar karena jaraknya yang lebih dekat dengan pusat pertumbuhan kota. Hal ini sejalan bahwa dengan 16 kota yang akan terus berkembang, menyebabkan terjadinya intensitas perubahan atau spekulasi penggunaan lahan yang memiliki nilai land rent tinggi. Oleh karena itu, jika terjadinya kenaikan pada harga perumahan maka lahan untuk perumahan akan semakin luas sehingga menyebabkan lahan pada sektor pertanian menjadi semakin sempit.

3.1.2 Conflicting Land Use

Secara umum, land use guna lahan adalah lahan yang dapat digunakan oleh manusia untuk dapat dialokasikan atau dimodifikasi sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk kegiatan pembangunan, pertanian, konservasi, ataupun sebagai akses dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Fungsi guna lahan direpresentasikan untuk dilibatkan dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, seperti produksi, konsumsi, perumahan, transportasi, dan kegiatan yang berkaitan dengan ruang lingkup sosial-ekonomi 3 . Guna lahan adalah hasil kemampuan membayar sewa dari fungsi ekonomi yang memiliki nilai rent berbeda di wilayah kota, seperti industri dan perumahan. Lokasi yang optimal atau kondisi di mana aksesibilitas juga optimal adalah lokasi yang terletak di daerah pusat pertumbuhan ekonomi CBD. Setiap aktivitas yang mencakup di wilayah desa sekalipun akan selalu berkaitan dengan aktivitas di lokasi pusat ekonomi kota. Akan tetapi, setiap wilayah tersebut memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengoptimalkan lokasi. Adanya fungsi kapasitas yang berbeda dalam memanfaatkan dan menggunakan lahan, sering menimbulkan permasalahan bagaimana lahan itu sendiri dialokasikan. Ringkasnya, bahwa setiap pemanfaatan lahan memiliki kepentingannya masing-masing dan cenderung berupaya untuk memaksimalkan rente ekonomi economic rent. Seperti pada Gambar 3 yang menggambarkan perbedaan penggunaan lahan berdasarkan fungsi keberadaannya. 3 http:people.hofstra.edu. diakses pada tanggal 28 Februari 2013. 17 Economic rent housing dairy wheat grazing Pusat kota Jarak dari kota Gambar 3 Perbedaan penggunaan lahan

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan jumlah penduduk pada dasarnya memiliki hubungan timbal balik atau feedback dengan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau negara. Tingginya jumlah penduduk dapat memberikan peluang bagi upaya peningkatan pembangunan di sektor ekonomi. Para investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya pada suatu wilayah yang memiliki tingkat penduduk yang lebih tinggi karena kegiatan ekonomi di wilayah tersebut dapat menciptakan perekonomian yang lebih hidup dan pesat. Adanya kemajuan dan kedinamisan sistem perekonomian juga memicu terjadinya migrasi masyarakat ke wilayah tersebut untuk mencari pekerjaan ataupun melakukan suatu usaha bisnis, sehingga menimbulkan kecenderungan ketidakmerataan pembangunan ekonomi. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk berarti kebutuhan akan sumber daya juga terus meningkat, salah satunya adalah sumber daya lahan. Ketidakmerataan yang terjadi di wilayah tertentu akibat pertumbuhan ekonomi yang sentralistik menciptakan opportunity cost dari penggunaan lahan yang tersedia. Dengan situasi yang demikian, maka kebijakan-kebijakan terhadap penggunaan lahan harus mempertimbangkan aspek fungsi dan manfaat lahan untuk jangka panjang dan harus menghindari dari tingginya cost yang dikeluarkan akibat adanya kerugian dari penataan lahan yang tidak bijak.