Conflicting Land Use Kerangka Pemikiran Teoritis

17 Economic rent housing dairy wheat grazing Pusat kota Jarak dari kota Gambar 3 Perbedaan penggunaan lahan

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan jumlah penduduk pada dasarnya memiliki hubungan timbal balik atau feedback dengan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau negara. Tingginya jumlah penduduk dapat memberikan peluang bagi upaya peningkatan pembangunan di sektor ekonomi. Para investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya pada suatu wilayah yang memiliki tingkat penduduk yang lebih tinggi karena kegiatan ekonomi di wilayah tersebut dapat menciptakan perekonomian yang lebih hidup dan pesat. Adanya kemajuan dan kedinamisan sistem perekonomian juga memicu terjadinya migrasi masyarakat ke wilayah tersebut untuk mencari pekerjaan ataupun melakukan suatu usaha bisnis, sehingga menimbulkan kecenderungan ketidakmerataan pembangunan ekonomi. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk berarti kebutuhan akan sumber daya juga terus meningkat, salah satunya adalah sumber daya lahan. Ketidakmerataan yang terjadi di wilayah tertentu akibat pertumbuhan ekonomi yang sentralistik menciptakan opportunity cost dari penggunaan lahan yang tersedia. Dengan situasi yang demikian, maka kebijakan-kebijakan terhadap penggunaan lahan harus mempertimbangkan aspek fungsi dan manfaat lahan untuk jangka panjang dan harus menghindari dari tingginya cost yang dikeluarkan akibat adanya kerugian dari penataan lahan yang tidak bijak. 18 Lahan yang berada pada wilayah yang memiliki tingkat penduduk tinggi dan perekonomian pesat secara tidak langsung membuat nilai lahan baik di wilayah tersebut maupun di sekitarnya juga semakin tinggi karena keberadaannya dianggap menjadi lebih penting. Seperti halnya di Pulau Jawa, banyak para pemilik lahan pertanian yang telah tertarik menjual lahan mereka kepada perusahaanpemilik usaha dibandingkan dipertahankan untuk kegiatan pertanian. Bahkan di wilayah pedesaan yang telah terkena dampak dari pertumbuhan perekonomian perkotaan, tidak sedikit lahan pertanian yang kalah berkompetisi dengan peruntukan perumahan mewah ataupun kegiatan komersil lainnya. Pengalih fungsian lahan sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi terutama pada kondisi wilayah yang menuju pengkotaan. Akan tetapi, dapat menjadi suatu masalah jika lahan yang dikonversi tersebut adalah lahan yang produktif untuk kegiatan pertanian. Terlebih lagi bahwa lahan merupakan faktor produksi utama untuk sektor pertanian. Jika semakin banyak lahan yang dikonversi untuk kegiatan non-pertanian, maka lahan yang digunakan untuk lahan pertanian juga akan semakin terbatas keberadaannya. Dalam jangka pendek hal ini mungkin tidak berdampak serius, namun dalam jangka panjang pembangunan yang berlebihan dapat mengakibatkan kondisi over-exploited terhadap daya dukung lahan itu sendiri. Selain itu, hal serupa juga akan menjadi suatu dilema bagi pengguna lahan pertanian khususnya petani dalam menghadapi tantangan tersebut. Lahan sebagai salah satu faktor produksi tetap dalam menghasilkan produk pertanian memiliki arti penting bagi petani karena berkorelasi positif dengan tingkat pendapatannya. Dalam hal ini, jumlah luas lahan pertanian yang tersedia untuk kegiatan usaha tani menjadi salah satu ukuran seberapa besar pendapatan yang dapat diperoleh oleh petani. Oleh karena itu, lahan yang terbatas dapat menimbulkan pergeseran pada struktur ekonomi petani. Selanjutnya, lahan yang merupakan bagian dari sumber daya dan lingkungan sangat bergantung pada kualitas dan kesehatan tanah, yang pada akhirnya dapat menentukan hasil produksi pada sektor pertanian. Semakin rendah kualitas tanah yang digunakan untuk sektor pertanian, misalnya akibat erosi dari pengaruh alih fungsi lahan maka