Kondisi Pertanian Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

33 pengembangan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan infrastruktur lainnya yang terjadi di sekitar wilayah Kelurahan Mulyaharja. Oleh sebab itu, petani yang tidak memiliki lahan pertanian tersebut hanya bekerja sebagai petani penggarap. Kelompok tani yang ada di Kelurahan Mulyaharja terdiri dari tiga yaitu, Kelompok Tani Dewasa, Kelompok Wanita Tani, dan Taruna Tani. Kelompok Wanita Tani adalah kelompok tani yang anggotanya merupakan ibu-ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan pengolahan dari hasil pertanian, seperti membuat jamur dan makanan-makanan olahan lain. Kemudian Kelompok Taruna Tani yaitu kelompok yang anggotanya aktif dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pengolahan sampah. Sampah-sampah ini berasal dari sampah rumah tangga yang nantinya dipisah berdasarkan jenis sampahnya, yaitu organik dan anorganik. Sampah organik tersebut kemudian diolah untuk dijadikan pupuk organik dan dijual kembali, khususnya kepada masyarakat Mulyaharja yang melakukan budidaya pada tanaman hias. Sebaliknya, sampah anorganik langsung dijual setelah dilakukan pemisahan jenis sampahnya, seperti botol plastik, kaleng, dan kertas-kertas. Hal ini karena Kelompok Taruna Tani masih berfokus pada pengolahan untuk sampah organik. Berikutnya adalah Kelompok Tani Dewasa yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok tani Pandawa dan kelompok tani Lemah Duhur. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani Pandawa ini tidak lagi pada lahan pertanian, karena lahan yang dulunya digunakan untuk mencari nafkah tersebut sudah beralihfungsi menjadi peruntukan lain. Perubahan kepemilikan lahan dan pengalihfungsian yang terjadi setiap tahunnya terutama sejak direncanakannya pengembangan untuk wilayah Kecamatan Bogor Selatan sebagai perumahan baru dengan koefisien dasar bangunan KDB rendah yaitu 70 kawasan tidak terbangun dan 30 kawasan terbangun, menyebabkan sebagian lahan pertanian dialihfungsikan. Akibat kondisi yang demikian, aktivitas yang masih dilakukan oleh kelompok tani Pandawa hanya sebatas pada kegiatan penggilingan padi. Untuk memenuhi penggilingan tersebut, 90 gabah diperoleh dari luar daerah Kota Bogor seperti Cianjur dan Sukabumi, kemudian 10 lagi berasal dari Bogor Barat dan Bogor Timur. 34 Di sisi lain, kelompok tani Lemah Duhur yang berdiri tahun 2003 dengan jumlah anggota 82 orang masih aktif melakukan kegiatan usaha tani pada lahan pertanian sawah, walaupun hanya 30 lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri dan sisanya sebesar 70 merupakan lahan garapan. Sampai saat ini luas lahan sawah yang dibudidayakan adalah seluas ± 25 ha. Meskipun dengan sistem budidaya pertanian konvensional, untuk setiap kali panen kelompok tani ini dapat menghasilkan empat sampai enam ton gabah. Pada lahan sawah tersebut dimanfaatkan pula untuk jenis tanaman lain yaitu palawija yang merupakan tanaman kedua, seperti jagung manis dan kacang-kacangan. Luas lahan kering yang masih dibudidayakan di Kelurahan Mulyaharja yaitu sekitar ± 20 ha. Hasil pertanian yang diperoleh dari lahan kering juga sangat beragam, yaitu padi ladang, palawija, sayur-sayuran, maupun buah-buahan. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan bahwa tenaga kerja petani yang sampai saat ini masih aktif melakukan budidaya di lahan kering berjumlah ± 106 orang. Seperti halnya pada lahan sawah, lahan kering di Kelurahan Mulyaharja juga sebagian besar sudah menjadi milik pengembang perumahan komersil yang ada di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, hanya sekitar 20 sampai 30 saja petani lahan kering yang masih memiliki lahan pertanian.

5.4 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden pada lahan sawah dan lahan kering di Kelurahan Mulyaharja yaitu berdasarkan kategori usia petani, pendidikan, pengalaman usaha tani, luas lahan pertanian, dan status lahan pertanian. Kategori tersebut diasumsikan dapat mempengaruhi petani dalam melakukan usaha tani. Penjelasan masing-masing kategori sebagai berikut.

5.4.1 Usia Petani

Tabel 9 menerangkan karakteristik usia petani responden pada lahan sawah dan lahan kering di Kelurahan Mulyaharja. Dari jumlah responden yang terpilih berdasarkan simple random sampling yaitu 30 orang untuk lahan padi sawah dan 30 orang untuk lahan kering tanaman palawija, sebagian besar usia petani tersebut adalah 40 sampai 49 tahun yang memiliki persentase masing-masing sebesar 37 35 dan 34. Pada lahan sawah, masih terdapat petani berusia 70 sampai 79 tahun dengan persentase 26 atau menempati urutan terbanyak kedua. Karakteristik usia petani tersebut merupakan usia yang paling tua di antara usia responden lain di lahan sawah. Berbeda pada lahan sawah, usia petani responden pada lahan kering yang tertua adalah 80 sampai 89 tahun yang memiliki persentase terendah sebesar 3. Tabel 9 Usia petani responden lahan sawah dan lahan kering Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor tahun 2013 Kategori usia tahun Lahan sawah Lahan kering 30 – 39 13 - 40 – 49 37 34 50 – 59 17 23 60 – 69 7 30 70 – 79 26 10 80 – 89 - 3 Total 100 100 Sumber: Hasil analisis data 2013

5.4.2 Pendidikan

Dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa sebagian besar pendidikan petani responden adalah lulusan sekolah dasar SD dengan persentase masing-masing 76 pada lahan sawah dan 47 pada lahan kering. Selain itu, ada pula petani responden yang tidak dapat menyelesaikan sekolah dasar SD hingga selesai. Hal tersebut dikarenakan adanya kendala ekonomi yang dialami oleh petani tersebut pada masa itu. Pada lahan sawah terdapat petani responden yang sampai pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas SMA, walaupun persentase yang dimiliki sama dengan persentase sekolah menengah pertama SMP yaitu sebesar 7.