Latar Belakang Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

2 mengalami penurunan saat memasuki tahun 2009 dan 2010 Tabel 1. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan lahan pada sektor pertanian di Pulau Jawa khususnya di Provinsi Jawa Barat sudah beralih fungsi untuk kepentingan sektor- sektor lain yang lebih memberikan manfaat ekonomi. Pada Tabel 1 tersebut lahan pertanian dibagi menjadi dua kategori, yaitu lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah adalah lahan pertanian berpetak-petak yang dibatasi oleh pematang dan terdapat saluran untuk menahanmenyalurkan air, biasanya ditanami tanaman padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Berdasarkan pengairannya, lahan sawah dibedakan menjadi lahan sawah irigasi dan lahan sawah non-irigasi. Sebaliknya, lahan kering digunakan untuk usaha pertanian yang membutuhkan air dalam jumlah terbatas dan bergantung pada hujan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Contoh lahan kering adalah tegalan dan ladang. Tabel 1 Luas lahan menurut jenis pengairan dan penggunaannya di Provinsi Jawa Barat tahun 2006-2010 No Penggunaan lahan ha Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 A Luas lahan sawah 926.782 934.845 945.544 937.426 930.268 Sawah irigasi 750.487 756.991 762.594 759.552 755.956 Sawah non-irigasi 176.295 177.854 182.950 177.874 174.312 B Luas lahan kering 791.617 850.158 798.314 797.087 787.951 Tegalkebun 548.182 610.660 576.565 563.015 561.150 Ladanghuma 243.435 239.498 221.749 234.072 226.801 Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2011 Tabel 1 memperlihatkan bahwa sifat kelangkaan sumber daya lahan pertanian jelas semakin meningkat dari waktu ke waktu, sehingga penilaian manfaat lahan pertanian harus mempertimbangkan keberlanjutannya. Perlunya perencanaan jangka panjang dalam pengaturan penggunaan lahan pertanian secara proporsional sesuai dengan potensi dan daya saing wilayah dapat berguna untuk meningkatkan efekftivitas pemanfaatan sumber daya lahan secara lestari dan menguntungkan. Kondisi yang demikian dapat tercapai salah satunya dari peran andil positif pemerintah daerah dalam mempertahankan fungsi lahan sesuai dengan penggunaannya. Untuk itu, komitmen pemangku kepentingan 3 stakeholder dalam mengelola sumber daya secara lestari sangat penting untuk dilaksanakan. Kota Bogor memiliki luas wilayah sekitar 118.50 km ² dengan rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 8 020 jiwakm ² BPS Kota Bogor 2011. Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk Kota Bogor dari hasil sensus penduduk tahun 1971 sampai dengan tahun 2010 Tabel 2, menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan pertumbuhan penduduk yang lebih tajam yaitu pada saat memasuki tahun 2000 yang mencapai 750 819 jiwa. Hal ini terjadi karena salah satunya pada tahun yang sama terdapat penambahan kecamatan baru di wilayah Kota Bogor yaitu Kecamatan Tanah Sareal yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ketiga sebesar 136 542 jiwa BPS Kota Bogor 2011. Tabel 2 Perkembangan jumlah penduduk Kota Bogor hasil sensus penduduk 1971-2010 Kecamatan Tahun 1971 1980 1990 2000 2010 Bogor Selatan 39 388 50 924 52 061 147 507 181 392 Bogor Timur 35 617 51 531 62 403 77 000 95 098 Bogor Utara 38 760 39 472 81 046 132 113 170 443 Bogor Tengah 36 842 40 750 35 393 91 230 101 398 Bogor Barat 45 275 64 269 40 808 166 427 211 084 Tanah Sareal 136 542 190 919 Kota Bogor 195 882 246 946 271 711 750 819 950 334 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2011 Kenaikan pertumbuhan jumlah penduduk tersebut karena Kota Bogor merupakan salah satu daerah penyangga ibu kota negara dan didukung oleh letaknya yang strategis dari pusat pemerintahan, sehingga membuat Kota Bogor menjadi daerah yang memberikan daya tarik kepada para pendatang untuk tinggal menetap ataupun menginvestasikan usaha-usaha ekonominya. Hal ini dibuktikan pula dari berkembangnya sarana sosial dan infrastruktur. Oleh sebab itu, kemampuan Kota Bogor yang berpotensi untuk berkembang dalam upaya meningkatkan sumber ekonomi dan pembangunan wilayah daerah, menjadi salah satu penyebab terjadinya konversi lahan pertanian, yang ditunjang pula oleh sumber daya lahan yang masih cukup tersedia. 4 Peningkatan jumlah penduduk di Kota Bogor secara cepat ataupun lambat dapat menyebabkan pergeseran kebutuhan terhadap lahan dari pertanian ke non- pertanian. Hal ini terbukti dari banyaknya lahan di sektor pertanian di Kota Bogor yang beralih fungsi menjadi penggunaan lain di luar sektor pertanian. Seperti yang tertulis pada Undang- undang Nomor 41 Tahun 2009 bahwa, “makin meningkatnya pertambahan penduduk serta perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan ” 2 . Kota Bogor memiliki lahan pertanian seluas 3 125 ha, yang terdiri dari lahan bukan sawah seluas 2 374 ha dan lahan sawah seluas 750 ha. Lahan sawah tersebut paling banyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan yaitu seluas 283 ha atau sebesar 37.73 Kota Bogor dalam angka 2012. Kelurahan Mulyaharja yang terletak di Kecamatan Bogor Selatan adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi pertanian produktif di Kota Bogor. Hal ini karena wilayah Kelurahan Mulyaharja memiliki luas lahan dengan struktur tanah halus lebih besar dibandingkan kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Bogor Selatan yaitu 418.21 ha Kecamatan Bogor Selatan dalam angka 2012, sehingga kondisi tanah yang demikian membuat Kelurahan Mulyaharja menjadi cocok untuk kegiatan pertanian, khususnya lahan pertanian sawah. Adapun perkembangan jumlah dan rata-rata kepadatan penduduk di Kelurahan Mulyaharja pada tahun 2010 sampai tahun 2011 berdasarkan data statistik daerah Kecamatan Bogor Selatan dalam angka 2012 sebagai berikut. Tabel 3 Perkembangan jumlah dan kepadatan penduduk di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor tahun 2010-2011 Tahun Luas wilayah km² Jumlah penduduk jiwa Kepadatan penduduk jiwakm² 2010 4.79 18 164 3 792 2011 4.79 18 739 3 912 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor Hasil Sensus Penduduk 2010 dan Angka Proyeksi Penduduk 2 Dikutip dari Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009d Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 5 Akibat pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan tersebut serta didukungnya oleh kemajuan wilayah pada sektor ekonomi yang dominan di Kecamatan Bogor Selatan, secara perlahan telah mempersempit lahan pada sektor pertanian yang ada di Kelurahan Mulyaharja. Perubahan luas areal pertanian ini khususnya disebabkan karena adanya alih fungsi lahan menjadi perumahan di sekitar wilayah tersebut. Selain itu, dengan kondisi tanah Kelurahan Mulyaharja yang seluruh luas lahannya peka terhadap erosi, dampak pengalih fungsian lahan pertanian dalam jangka panjang dapat menyebabkan lahan yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi terganggu bahkan menurunkan hasil produksi usaha tani.

1.2 Perumusan Masalah

Meningkatnya kelangkaan lahan akibat pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meningkatnya permintaan lahan yang relatif tinggi untuk kegiatan non- pertanian menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian. Lahan pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lahan sawah dan lahan kering untuk tanaman palawija yang umumnya produktif dimanfaatkan dalam usaha tani di wilayah objek penelitian. Penulis merumuskan permasalahan yang menyebabkan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian sehingga berpengaruh pada pendapatan petani di Kelurahan Mulyaharja yaitu: 1. Faktor-faktor kebijakan apa yang menjadi penyebab konversi lahan pertanian di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor? 2. Bagaimana potensi manfaat dan kerugian dari konversi lahan pertanian ke non-pertanian di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor? 3. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian ke non-pertanian terhadap pendapatan petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah: 6 1. Mengidentifikasi faktor-faktor kebijakan penyebab konversi lahan pertanian di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor. 2. Mengkaji potensi manfaat dan kerugian dari konversi lahan pertanian ke non- pertanian di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor. 3. Menganalisis dampak konversi lahan pertanian ke non-pertanian terhadap pendapatan petani.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan hanya dalam ruang lingkup sebagai berikut: 1. Lahan pertanian yang dikonversi adalah lahan sawah untuk tanaman padi dan lahan kering untuk tanaman palawija dengan jenis tanaman satu musim tanam. 2. Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan lahan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Bogor. 3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Bogor untuk mengkaji hubungan antara lahan pertanian dengan pendapatan dari hasil pertanian, perumahan, dan jasa lainnya. 4. Pajak Bumi dan Bangunan PBB Kota Bogor dan Kelurahan Mulyaharja untuk mengkaji manfaat dari adanya pembangunan perumahan. 5. Kebijakan pemerintah Kota Bogor adalah salah satu faktor eksternal yang memiliki peran besar terhadap perubahan fungsi lahan pertanian di Kelurahan Mulyaharja. 6. Faktor sosial-ekonomi yang menjadi pengaruh dari adanya konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. 7. Pendapatan bersih usaha tani padi dan palawija net farm income yang merupakan selisih dari pendapatan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani.