Penelitian Terdahulu Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

12 di sisi lain, pembangunan properti tersebut cenderung merugikan masyarakat karena dengan adanya pembebasan lahan mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencaharian. Hal ini umumnya dirasakan oleh masyarakat yang bekerja sebagai petani atau petani penggarap. Selain itu, pengembang selaku pengusaha melakukan pembangunan properti untuk kalangan atas, karena keuntungan yang besar dibandingkan pangsa konsumen lainnya. Sadikin 2009 melakukan penelitian tentang analisis dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent di Perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa adanya pembangunan pemukiman di Kota Bogor ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman dan memenuhi kebutuhan perumahan. Akan tetapi, konversi lahan pertanian menjadi perumahan di Pakuan Regency telah menyebabkan hilangnya akses air irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran air irigasi, hilangnya produksi padi, hilangnya pemasukan dari usaha tani padi, dan menyebabkan terjadinya perubahan nilai land rent. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan, dan biaya operasional. Biaya operasional pertanian tersebut merupakan penjumlahan dari biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Sebaliknya, faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, luas bangunan, total penerimaan, biaya operasional, dan pajak. Biaya operasional pada pemukiman merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik rumah untuk membiayai rumah yang disewakan. Filosofianti 2010 melakukan penelitian mengenai kebijakan penataan ruang dan alih fungsi lahan pertanian di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pelaksana mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap aturan tata ruang yang telah ditetapkan. Pelaksanaan penataan ruang Kota Bogor dapat disoroti secara spesifik dengan mengacu pada ketersediaan dana pembangunan. Oleh sebab itu, pemanfaatan yang dilakukan oleh swasta pada aspek kebijakan penataan ruang di tingkat pelaksana dan petani tersebut memicu terjadinya perubahan penggunaan lahan di Kampung Cibereum Sunting, yakni dari lahan pertanian menjadi kompleks perumahan. Faktor yang paling 13 mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut adalah faktor luar, yakni pihak swasta dan intervensi pemerintah daerah. Dari penelitian di atas maka dapat digolongkan di Tabel 4. Pada tabel ini disimpulkan bahwa penyebab konversi lahan pertanian dapat dilihat dari dua sisi, yaitu berdasarkan daya tarik dan daya dorong. Pada umumnya, daya tarik merupakan faktor yang ditimbulkan dari ruang lingkup eksternal yang memiliki peranpengaruh lebih besar. Sebaliknya, daya dorong merupakan faktor penyebab yang secara otomatis timbul akibat adanya pengaruh eksternal tersebut. Tabel 4 Sintesis penelitian terdahulu Penyebab konversi Variabel konversi Daya tarik Tata ruang, pendapatan non-pertanian, harga tanah yang tinggi, usaha non-pertanian, pajak, dan keuntungan pengembang. Daya dorong Luas lahan pertanian, kesuburan lahan pertanian, harga komoditas pertanian, perubahan tenaga kerja, pendapatan pertanian, besar keluarga, biaya operasional petani, dan faktor sosial. Sumber: Hasil anĂ¡lisis data 2013 14 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini berisi tentang landasan teori yang dapat mendukung dan membantu memecahkan permasalahan penelitian. Teori-teori yang menjadi landasan berfikir peneliti yaitu teori von Thunen dan teori yang berhubungan dengan conflicting land use. Pada umumnya, kedua teori ini menjelaskan mengenai penggunaan lahan dan kaitannya dengan tata ruang wilayah lahan.

3.1.1 Teori von Thunen 1826-1850

Von Thunen adalah seorang ahli Ekonomi Pertanian dari Jerman yang mengidentifikasi teori lokasi. Pada teori tersebut, von Thunen menjelaskan bahwa terdapat perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian dan suatu pola produksi pertanian berhubungan dengan pola tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Pola pemanfaatan lahan merupakan konsep tata ruang yang dikemukakan oleh von Thunen, di mana pada lahan yang berbeda terdapat berbagai penggunaan lahan sesuai dengan lokasi berdasarkan peruntukannya. Pola pemanfaatan lahan tersebut digambarkan sebagai berikut. 1 2 3 4 Gambar 1 Pola pemanfaatan lahan Keterangan gambar: 1. Pusat pertumbuhan pasar, rumah, palawija, dan ternak kecil 2. Hutan untuk bahan bakar 3. Gandum dan padi 4. Ternak besar 15 Gambar 1 tersebut menunjukan bahwa lingkaran pertama merupakan wilayah yang berada di pusat kota dan cenderung kepada aktivitas perekonomian. Sebaliknya, untuk lingkaran yang berada pada daerah dua sampai dengan empat adalah wilayah yang lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian secara luas. Oleh karena itu, dengan adanya pola penggunaan lahan pada Gambar 1 secara umum menerangkan bahwa setiap lahan memiliki fungsi pemanfaatan yang berbeda tergantung dari keberadaan lahan itu sendiri. Selanjutnya, pola pemanfaatan lahan yang dikemukakan oleh von Thunen di atas dapat digambarkan melalui kurva permintaan berdasarkan jenis komoditi yang berkaitan dengan land rent dan jarak. Kurva permintaan di sini memiliki slope negatif yang menunjukan bahwa semakin jauhnya jarak dari pusat pertumbuhan titik 0, maka nilai land rent suatu komoditi akan semakin kecil. Hal tersebut terjadi karena semakin besarnya biaya transportasi yang dikeluarkanuntuk menuju pusat kota. Asumsi yang digunakan yaitu setiap komoditi memiliki kesuburan lahan yang sama di setiap jarak. LR housing tomat indifferent point padi kelapa 0 X4 X6 X1 X2 X3 Jarak X Pusat pertumbuhan Gambar 2 Perbedaan land rent dan jarak berdasarkan penggunaan lahan menurut jenis komoditi Pada Gambar 2 di atas terdapat komoditi housing perumahanpemukiman yang memiliki land rent lebih besar karena jaraknya yang lebih dekat dengan pusat pertumbuhan kota. Hal ini sejalan bahwa dengan