45
Responden lembaga tataniaga di lokasi penelitian sudah banyak memiliki pengalaman. Hal ini terlihat bahwa enam responden sudah berpengalaman
berdagang lebih dari 10 tahun dengan persentase 60 persen Tabel 14.
5.4 Usahatani Manggis di Daerah Penelitian
Umumnya pola tanaman manggis di lokasi penelitian bukan termasuk kategori kebun manggis, melainkan hutan manggis. Hal ini karena pohon manggis
yang ditanam tidak mengikuti SOP yang seharusnya, seperti jarak tanam, pemeliharaan dan lainnya. Selain itu, pola tanam di lokasi penelitian merupakan
multikultur yaitu ditumpangsarikan dengan tanaman jenis lainya seperti durian, kecapi, cengkeh, melinjo, singkong, sengon dan pohon penghasil kayu lainnya.
Menurut keterangan dari responden, tanaman manggis tersebut adalah tanaman yang secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang mereka. Umur tanaman
manggis di lokasi penelitian rata-rata berumur lebih dari 50 tahun dengan jarak antar pohon rapat dan tidak beraturan.
Budidaya tanaman manggis sudah cukup baik dilakukan oleh petani di lokasi penelitian ini. Banyak pengetahuan, pelatihan yang didapat petani dari
lembaga penyuluhan seperti dinas, PKBT-IPB dan lainnya. Hal ini juga didukung adanya kelompok tani yang berdiri sejak 1996 dengan nama kelompok tani Karya
Mekar. Keberadaan kelompok tani tersebut memudahkan petani untuk mendapatkan informasi, bantuan baik berupa pelatihan dan pendampingan atau
subsidi terkait peningkatan produksi manggis dan lainnya. Pemeliharaan manggis yang dilakukan petani hanya meliputi pemupukan
dan penyiangan. Pemangkasan, penyemprotan dan pembibitan tidak dilakukan. Pemupukan yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian pun rata-rata tidak
46
menggunakan pupuk kimia melainkan hanya menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang. Sebagian responden tidak memupupuk pohon manggisnya.
Beberapa petani cenderung membiarkan pohon manggisnya secara alami tanpa perlakuan khusus. Pemangkasan tidak dilakukan petani karena dianggap akan
mengurangi jumlah buah manggis. Penyemprotan tidak dilakukan karena menghindari dari racun kimia yang akan mempengaruhi kualitas manggis. Selain
itu, adanya kualifikasi manggis dari eksportir yang ketat terhadap penggunaan kimiawi dalam budidaya manggis.
Pohon manggis merupakan pohon musiman yang panen setiap setahun sekali dengan masa juvenil selama tujuh bulan dan masa pemanenannya sekitar
tiga bulan dengan frekuensi panen dilakukan dua hari sekali atau selang sehari. Pemanenan manggis di lokasi penelitian umumnya dilakukan oleh tenaga kerja
dari luar keluarga. Tenaga kerja tersebut melakukan pemanenan sekaligus pengangkutan dari kebun ke rumah atau ke tempat pedagang pengumpul. Hasil
panen manggis semuanya dijual baik secara sistem tebas borongan atau per-Kg. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, beberapa petani sudah melakukan
pengolahan manggis berupa dodol. Petani mengolah manggis menjadi dodol biasanya hanya pada waktu harga manggis sangat rendah. Hasil olahan tersebut
tidak diperuntukkan dijual tetapi untuk konsumsi sendiri. Manggis di Desa Karacak sudah diekspor ke China melalui PT Agung
Mustika Selaras dan PT Elok Manggis. Manggis yang masuk ke eksportir hanya 10 persen, hal ini disebabkan kualitas manggis yang semakin menurun. Sisa hasil
sortiran dari eksportir dijual ke pasar lokal dan supermarket.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Struktur Pasar
Analisis struktur pasar dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan keluar masuk pasar Kohl dan Uhl, 2002.
Analisis struktur pasar yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan struktur pasar keseluruhan yang ada di lokasi penelitian.
Struktur pasar yang terbentuk di lokasi penelitian termasuk dalam kategori struktur pasar persaingan. Penjual dan pembeli manggis di Desa Karacak
berjumlah banyak. Petani berperan sebagai penjual manggis dan semua lembaga tataniaga yang melakukan perdagangan manggis dengan petani merupakan
pembeli. Meskipun penjual dan pembeli banyak, akan tetapi dilihat dari jumlah penjual petani lebih banyak dibandingkan pembeli pedagang. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Desa Karacak dan informasi ketua gapoktan, jumlah petani Desa Karacak mencapai 50 orang dan jumlah lembaga tataniaga yang menjadi
penghubung petani dengan konsumen di Desa Karacak terdapat 22 orang. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga manggis di Desa Karacak
terdiri dari 12 pedagang pengumpul kampung, lima pedagang pengumpul desa, dua broker, tiga pedagang besar, dan dua eksportir. Hal ini menjadikan struktur
pasar ini mengarah pada pasar bersaing tidak sempurna. Jenis produk yang diperdagangkan bersifat homogen yaitu buah manggis segar. Mayoritas petani di
Desa Karacak menjual manggis dalam bentuk borongan tanpa adanya grading terlebih dahulu. Keterbatasan akses tataniaga dan teknologi pengolahan manggis