III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan kerangka penelitian yang dilandasi teori-teori mengenai konsep yang berhubungan dengan penelitian. Kerangka teoritis dalam
penelitian ini terdiri dari konsep tataniaga, konsep pengertian efisiensi tataniaga, konsep fungsi tataniaga, konsep struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar,
konsep marjin tataniaga, dan farmer’s share
3.1.1 Definisi dan Konsep Tataniaga
Tataniaga menurut Limbong dan Sitorus 1987 merupakan serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditunjukan untuk menyalurkan barang atau
jasa dari tingkat produsen ke tingkat konsumen. Tataniaga sering disebut juga pemasaran atau marketing. Menurut Kotler 1997 tataniaga adalah suatu proses
manajerial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok yang mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan menawarkan, dan
mempertemukan yang bernilai dengan pihak lain. Tataniaga pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran komoditas pertanian dari produsen sampai ke
konsumen atau pendagang perantara tengkulak, pengumpul, pedagang besar, dan pengecer berdasarkan pada sistem tataniaga, kegunaan tataniaga, dan fungsi-
fungsi tataniaga Rahim dan Hastuti, 2008. Menurut Sudiyono 2001 dalam Rahim dan Hastuti 2008 bahwa tataniaga pertanian merupakan proses aliran
komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran
dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran.
19
Pendekatan yang dilakukan dalam sistem tataniaga komoditas pertanian diantaranya pendekatan serba barang, serba fungsi, serba lembaga dan serba
manajemen Rahim dan Hastuti, 2008. Pendekatan serba barang yaitu suatu pendekatan tataniaga yang melibatkan studi tentang bagaimana barang-barang
tertentu berpindah dari titik produsen ke konsumen akhir atau konsumen industri. Pendekatan fungsi yaitu penggolongan kegiatan atau fungsi-fungsi yang meliputi
fungsi pertukaran, fungsi penyediaan, dan fungsi penunjang. Pendekatan serba lembaga yaitu mempelajari tataniaga komoditas pertanian dari segi organisasi atau
lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga seperti produsen, tengkulak, pedagang besar, pengecer dan beberapa agen penunjang. Pendekatan
manajemen yaitu mempelajari tataniaga komoditas pertanian dengan menitikberatkan pada pendapat manajer serta keputusan yang diambil.
Lembaga tataniaga merupakan badan usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditas dari produsen ke
konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau lainnya
2
. Lembaga tataniaga timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh
komoditas sesuai waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen Rahim dan Hastuti, 2008. Lembaga tataniaga berfungsi sebagai penghubung yang akan
menentukan mekanisme pasar dan membentuk pola saluran tataniaga. Semakin banyak pihak yang terlibat dalam tataniaga akan semakin banyak perlakuan yang
diberikan dan semakin banyak pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga tataniaga Soekartawi, 2002.
2
http:agrimaniax.blogspot.com201005lembaga-lembaga-tataniaga.html [diakses pada tanggal 19 Maret 2012]
20
Setiap pelaku tataniaga akan memperoleh keuntungan yang berbeda dalam setiap proses tataniaga. Terdapatnya jarak diantara produsen dan konsumen maka
aktivitas penyaluran dan distribusi suatu produk dari produsen ke konsumen sering melibatkan lembaga tataniaga. Proses penyaluran produk sampai ke tangan
konsumen akhir dapat menggunakan saluran tataniaga yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijakan saluran tataniaga yang akan dilaksanakan
perusahaan atau lembaga tersebut. Rantai tataniaga atau distribusi menurut bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu saluran distribusi langsung dan distribusi
tidak langsung. Saluran distribusi langsung yaitu penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjualan di
tempat produksi, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat. Saluran distribusi tidak langsung yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk
menyalurkan barang atau jasa kepada para konsumen. Biasanya pada saluaran seperti ini bergerak di bidang pedagang besar dan pengecer. Menurut Rahim dan
Hastuti 2008 panjang-pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian bergantung pada beberapa faktor, diantaranya jarak antara
produsen dan konsumen, ketahanan produk mudah rusak atau tidak, skala produksi, posisi keuangan pengusaha.
3.1.2 Konsep Efisiensi Tataniaga