Saluran Tataniaga Manggis HASIL DAN PEMBAHASAN

49 STA Rancamaya dan lembaga lainnya. Broker akan menetapkan harga manggis berdarkan informasi dari eksportir, sedangkan STA Rancamaya berdasarkan informasi harga dari supermarket dan pasar. Hal ini bisa dikatakan bahwa lembaga yang paling tinggi levelnya berkuasa menentukan harga. Berdasarkan kondisi tersebut, praktek penentuan harga lebih mengarah kepada pasar bersaing tidak sempurna, karena harga pedagang lebih mempengaruhi harga dibandingkan penjual.

6.2 Saluran Tataniaga Manggis

Sistem tataniaga manggis di Desa Karacak dimulai dari petani sampai konsumen akhir dengan melibatkan lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga tersebut sangat membantu petani dalam memasarkan hasil panen manggis mereka. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga tesebut meliputi pedagang pengumpul kampung, pedagang pengumpul desa, koperasi, broker, STA Stansiun Terminal Agribisnis Rancamaya dan eksportir. Semua lembaga tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda dalam hal tataniaga. Masing-masing peranan lembaga tersebut dalam tataniaga adalah sebagai berikut: 1. Petani manggis merupakan lembaga yang berperan sebagai produsen dalam kegiatan produksi manggis. 2. Pedagang pengumpul kampung merupakan lembaga yang berperan sebagai pengumpul manggis bagi petani yang memiliki jumlah pohon sedikit dan lokasi kebun yang berdekatan dengan pengumpul kampung. Jangkauan area perdagangan lembaga ini hanya beberapa kampung saja dalam desa. 3. Pedagang pengumpul desa merupakan lembaga perseorangan yang berperan sebagai pengumpul manggis dari petani dan pedagang lainnya dengan 50 jangkauan area perdagangannya mencakup luar desa dan luar Kabupaten Bogor. 4. Koperasi merupakan lembaga perseorangan yang berperan sebagai pengumpul manggis dari petani yang langsung menyalurkan kepada eksportir PT Agung Mustika Selaras. Cakupan area perdagangannya meliputi dalam desa dan luar desa se Kecamatan Leuwiliang 5. Broker merupakan lembaga perseorangan yang berperan sebagai penghubung antara pedagang pengumpul desa dengan ekportir PT Elok Manggis. Jangkauan area perdagangannya meliputi dalam kabupaten dan luar Kabupaten Bogor 6. STA Sub Terminal Agribisnis Rancamaya merupakan lembaga yang berperan sebagai pengumpul manggis dari beberapa pedagang baik dalam daerah Bogor maupun luar daerah Bogor yang tataniagaya ke supermarket. 7. Ekportir merupakan lembaga tataniaga yang berperan sebagai penyalur perdagangan manggis ke luar negeri. Jangkauan area perdaganganya seluruh Indonesia. Sistem tataniaga manggis di Desa Karacak umumnya menggunakan prinsip kekeluargaan dan langganan, dimana antar pelaku sistem tataniaga masih memiliki hubungan kekerabatan serta sudah lama bermitra sebagai langganan tetap. Sistem tataniaga manggis di Desa Karacak terbentuk dua tujuan tataniaga yaitu tujuan tataniaga luar negeri dan tujuan tataniaga dalam negeri. Tujuan tataniaga luar negeri terdapat tiga saluran yaitu saluran satu, saluran dua dan saluran tiga. Tujuan tataniaga dalam negeri terdapat dua saluran, yaitu saluran empat dan saluran lima. Alur tataniaga manggis dua tujuan tersebut terdiri dari 51 alur tataniaga primer utama dan alur tataniaga barang sisa. Alur tataniaga primer merupakan alur tataniaga utama yang dilakukan oleh pelaku atau lembaga tataniaga dalam kegiatan tataniaga manggis secara kontinu. Alur tataniaga barang sisa merupakan alur tataniaga yang bersifat tidak tetap. Alur tataniaga tersebut biasanya digunakan untuk mengurangi kerugian akibat tidak masuknya kriteria barang dalam penjualan manggis ke lembaga tataniaga berikutnya. Lebih detailanya dapat dilihat skema tataniaga manggis di lokasi penelitian pada Gambar 2. Keterangan : PPK : Pedagang Pengumpul Kampung PPD : Pedagang Pengumpul Desa : Alur tataniaga manggis tujuan tataniaga luar negeri : Alur tataniaga manggis tujuan tataniaga dalam negeri : Alur tataniaga barang sisa sortir BS 5 Saluran 1 Saluran 5 Saluran 4 Saluran 3 Saluran 2 7 93 55 4 36 Gambar 2. Skema Saluran Tataniaga Manggis di Desa Karacak Tahun 2011 62 38 11 21 10 Petani PPK Broker STA Rancamaya PPD Eksportir PT Elok Manggis Ekportir PT AMS Koperasi Pasar Kramatjati Supermarket Konsumen Luar Negeri Toko Kios 100 68 90 Pasar Lokal Konsumen Dalam Negeri 52 Pada penelitian ini dilakukan analisis efisiensi tataniaga terhadap alur tataniaga primer atau utama dalam kegiatan tataniaga manggis di Desa Karacak. Pola saluran utama tataniaga manggis dengan dua tujuan kegiatan tataniaga ekspor dan dalam negeri adalah sebagai berikut: Pola Saluran 1 : Petani Æ Pengumpul Kampung Æ Pengumpul Desa Æ Broker Æ Eksportir Æ Konsumen Luar Negeri Pola Saluran 2 : Petani Æ Pengumpul Desa Æ Broker Æ Eksportir Æ Konsumen Luar Negeri Pola Saluran 3 : Petani Æ Koperasi Æ Eksportir Æ Konsumen Luar Negeri Pola Saluran 4 : Petani Æ Pengumpul Desa Æ STA Rancamaya Æ Supermarket Æ Konsumen Dalam Negeri Pola Saluran 5 : Petani Æ Konsumen Dalam Negeri Gambar 2 memperlihatkan aliran distribusi manggis tiap saluran mulai dari petani sampai konsumen akhir. Seluruh hasil panen manggis dari petani responden sebesar 130.881 Kg didistribusikan melalui masing-masing saluran tataniaga. Manggis yang dipasarkan ke pedagang pengumpul kampung sebesar empat persen, koperasi 36 persen, pedagang pengumpul desa 55 persen, dan langsung ke konsumen akhir lima persen. Manggis di Desa Karacak lebih banyak dipasarkan ke dalam negeri dibandingkan ke luar negeri ekspor. Hal ini karena musim panen tahun 2011 menghasilkan buah yang kurang baik kualitasnya. Petani cenderung lebih suka menjual manggis kepada pedagang pengumpul desa. Hal ini terlihat pada skema tataniaga Gambar 2 aliran manggis lebih banyak dipasarkan melalui pedagang pengumpul desa sebesar 55 persen. Saluran satu dan dua merupakan saluran tataniaga yang hampir sama. Perbedaanya, saluran satu terdapat tambahan lembaga tataniaga pedagang pengumpul kampung. Petani saluran satu menjual manggisnya kepada pengumpul kampung dengan aliran manggis sebesar empat persen dengan harga Rp 3.000 per Kg, sedangkan saluran dua petani langsung menjual manggisnya ke pedagang 53 pengumpul desa dengan aliran manggis sebesar 55 persen dengan harga Rp 4.000 per Kg. Manggis yang telah dikumpulkan dari petani dan pedagang pengumpul kampung kemudian dijual kepada broker sebesar 68 persen saluran satu dan dua dengan harga Rp 9.000 per Kg, STA Rancamaya sebesar 11 persen saluran tiga dengan harga Rp 8.000 per Kg dan sisanya dibawa ke Pasar Kramatjati sebesar 21 persen dengan harga Rp 2.500 per Kg kualitas sisa sortir. Manggis di Pasar Kramatjati dijual kembali kepada konsumen dengan harga Rp 5.000-8.000 per Kg sesuai dengan besar kecilnya buah. Broker pada saluaran satu dan dua menjual manggisnya kepada PT Elok Manggis eksporitr sebesar 90 persen dengan harga Rp 12.000 per Kg. PT Elok Manggis merupakan salah satu eksportir manggis yang memasarkan manggis ke luar negeri yaitu Negara China. PT Elok Manggis menjual manggis untuk ekspor ke China dengan harga US 3,50 per Kg. Manggis sisa sortiran dari sortasi PT Elok Manggis dijual oleh broker ke pasar lokal 10 dengan harga Rp 4.000-5.000 per Kg. Manggis di pasar lokal biasanya dijual kepada konsumen dengan harga Rp 8.000-10.000 per Kg. Saluran tiga merupakan pola saluran yang melibatkan lembaga tataniaga koperasi. Kondisi di lapangan, petani tidak banyak memilih saluran ini karena harga yang ditawarkan koperasi hampir sama dengan pedagang pengumpul. Selain itu, jika petani meminjam sejumlah uang untuk modal terdapat persyaratan yang dianggap menyusahkan petani. Aliran tataniaga manggis di saluran ini hanya sebesar 36 persen dari total panen petani responden. Petani yang menjual manggisnya kepada koperasi berjumlah empat orang. Petani menjual manggis kepada koperasi dengan harga Rp 4.000 per Kg. Petani tersebut merupakan petani 54 yang tergabung langsung dalam koperasi tersebut. Koperasi ini merupakan salah satu lembaga tataniaga di Desa Karacak yang berperan sebagai pengumpul besar. Koperasi telah bekerjasama dengan eksportir, sehingga alur tataniaga menjadi lebih pendek dibandingkan saluran satu dan dua. Koperasi yang terdapat di Desa Karacak merupakan koperasi yayasan yang terbentuk atas gabungan guru- guru sekolah Al-ihsan. Koperasi tersebut bernama Koperasi Bina Usaha KBU Al-ihsan. Perusahan eksportir yang telah bekerjasama dengan KBU Al-ihsan adalah PT Agung Mustika Selaras PT. AMS. Persentase aliran manggis untuk pengiriman ke eksportir hanya 38 persen. Hal ini karena kualitas manggis saat musim ini tidak bagus, banyak buah yang jatuh, dan terkena getah kuning, sehingga hanya sedkit yang masuk kualifikasi buah ekspor. Manggis sisa sortasi dijual kembali ke Pasar Kramatjati untuk meneutupi kerugian 62 dengan hrga Rp 2.500 per Kg. PT AMS mengekspor manggisnya ke Negara China dan Australia dengan harga US 3,50 per Kg. Konsumen akhir pada saluaran ini adalah konsumen luar negeri. Petani dan pedagang pengumpul desa di saluran empat merupakan aktor lembaga yang sama dengan saluran satu dan dua. Saluran empat merupakan pecahan bagian dari saluran dua dengan tujuan akhir pasar dalam negeri. Hal ini terlihat pada skema tataniaga Gambar 2, bahwa pedagang pengumpul desa selain menjual manggis ke broker sebesar 68 persen juga menjual kepada STA Rancamaya sebesar 11 persen. STA Rancamaya memiliki pemasok manggis dari berbagai daerah seperti Bogor, Sukabumi dan Padang. STA Rancamaya memasarkan manggisnya ke Hero Supermarket daerah Cibitung Bekasi. Manggis yang STA Rancamaya yang masuk ke Hero Supermarket hanya 93 persen dengan 55 harga jual sebesar Rp 11.000 per Kg dan sisa sortiran di jual kembali ke kios daerah Bogor 7 dengan harga Rp 9.000 per Kg. Konsumen akhir pada saluran tiga adalah konsumen luar daerah dan konsumen lokal. Supermarket menjual manggisnya kepada konsumen dengan harga Rp 18.000-22.000 per Kg, sedangkan kios buah yang di daerah Bogor menjual manggisnya kepada konsumen dengan kisaran harga Rp 12.000-15.000 per Kg. Pola saluran lima merupakan pola saluran terakhir dan terpendek di lokasi penelitian. Petani langsung menjual hasil panennya kepada konsumen tanpa perantara lembaga tataniaga. Petani biasanya menjual manggis dengan dua tempat di rumah dan di warung pinggir jalan. Petani menjual manggis di rumahnya dengan harga Rp 6.000 per Kg. Konsumen ini biasanya mmbeli manggis dalam jumlah yang banyak dengan terlebih dahulu memesan sebelum panen tiba. Harga manggis yang dijula di warung pinggir jalan dengan diberi iktan gantung dijual kisaran Rp 8.000-10.000 per Kg sesuai besar kecilnya manggis. Petani yang memilih saluran ini hanya satu dari total petani yang menjadi responden. Pembeli manggis yang menjadi konsumen saluran ini adalah konsumen lokal dan merupakan langganan tiap musimnya.

6.3 Analisis Perilaku Pasar