Analisis Struktur Pasar HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan keluar masuk pasar Kohl dan Uhl, 2002. Analisis struktur pasar yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan struktur pasar keseluruhan yang ada di lokasi penelitian. Struktur pasar yang terbentuk di lokasi penelitian termasuk dalam kategori struktur pasar persaingan. Penjual dan pembeli manggis di Desa Karacak berjumlah banyak. Petani berperan sebagai penjual manggis dan semua lembaga tataniaga yang melakukan perdagangan manggis dengan petani merupakan pembeli. Meskipun penjual dan pembeli banyak, akan tetapi dilihat dari jumlah penjual petani lebih banyak dibandingkan pembeli pedagang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Karacak dan informasi ketua gapoktan, jumlah petani Desa Karacak mencapai 50 orang dan jumlah lembaga tataniaga yang menjadi penghubung petani dengan konsumen di Desa Karacak terdapat 22 orang. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga manggis di Desa Karacak terdiri dari 12 pedagang pengumpul kampung, lima pedagang pengumpul desa, dua broker, tiga pedagang besar, dan dua eksportir. Hal ini menjadikan struktur pasar ini mengarah pada pasar bersaing tidak sempurna. Jenis produk yang diperdagangkan bersifat homogen yaitu buah manggis segar. Mayoritas petani di Desa Karacak menjual manggis dalam bentuk borongan tanpa adanya grading terlebih dahulu. Keterbatasan akses tataniaga dan teknologi pengolahan manggis 48 membuat petani menjual manggis dalam bentuk buah segar. Oleh karena itu, harga jual di tingkat petani menjadi rendah. Hambatan masuk pasar untuk pelaku pasar baru dalam sistem tataniaga manggis di Desa Karacak cukup tinggi. Tinggi rendahnya hambatan masuk pasar dipengaruhi oleh kekuatan modal dan akses kerjasama antar lembaga tataniaga. Hubungan antara petani dengan pedagang pengumpul sudah terjalin lama. Masing-masing pedagang pengumpul memiliki langganan petani dalam perdagangan manggis. Oleh karena itu, pelaku pasar baru akan sulit memasuki pasar. Hubungan kerjasama di lokasi penelitian biasanya merupakan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan. Hubungan kerjasama tersebut didorong oleh keterikatan hutang antara petani dengan lembaga tataniaga, sehingga setiap musimnya petani harus menjual manggisnya kepada lembaga tataniag tersebut. Hal ini membuat pelaku pasar sulit untuk masuk pasar, karena petani sudah mempunyai langganan sendiri-sendiri. Hambatan yang tinggi menjadikan struktur pasar mengarah pada pasar bersaing tidak sempurna. Praktek penentuan harga manggis menurut Hukama 2003 dipengaruhi oleh tingkat kompetensi, saingan, aturan pemerintah dan keinginan pembeli. Bersarkan analisis yang dilakukan, praktek penentuan harga pada sistem tataniaga manggis ditentukan oleh lembaga yang memiliki tingkatan level lebih tinggi. Artinya, harga ditentukan oleh lembaga yang yang membeli manggis pada aktor lembaga tataniaga lainnya. Petani akan menjual mangggisnya berdasarkan informasi harga yang diperoleh dari pedagang pengumpul baik di dalam desa maupun luar desa. Pedagang pengumpul menentukan harga berdasarkan informasi dari pembelinya yaitu broker, lembaga Statsiun Terminal Agribisnis Rancamaya 49 STA Rancamaya dan lembaga lainnya. Broker akan menetapkan harga manggis berdarkan informasi dari eksportir, sedangkan STA Rancamaya berdasarkan informasi harga dari supermarket dan pasar. Hal ini bisa dikatakan bahwa lembaga yang paling tinggi levelnya berkuasa menentukan harga. Berdasarkan kondisi tersebut, praktek penentuan harga lebih mengarah kepada pasar bersaing tidak sempurna, karena harga pedagang lebih mempengaruhi harga dibandingkan penjual.

6.2 Saluran Tataniaga Manggis