20
Setiap pelaku tataniaga akan memperoleh keuntungan yang berbeda dalam setiap proses tataniaga. Terdapatnya jarak diantara produsen dan konsumen maka
aktivitas penyaluran dan distribusi suatu produk dari produsen ke konsumen sering melibatkan lembaga tataniaga. Proses penyaluran produk sampai ke tangan
konsumen akhir dapat menggunakan saluran tataniaga yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijakan saluran tataniaga yang akan dilaksanakan
perusahaan atau lembaga tersebut. Rantai tataniaga atau distribusi menurut bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu saluran distribusi langsung dan distribusi
tidak langsung. Saluran distribusi langsung yaitu penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjualan di
tempat produksi, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat. Saluran distribusi tidak langsung yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk
menyalurkan barang atau jasa kepada para konsumen. Biasanya pada saluaran seperti ini bergerak di bidang pedagang besar dan pengecer. Menurut Rahim dan
Hastuti 2008 panjang-pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian bergantung pada beberapa faktor, diantaranya jarak antara
produsen dan konsumen, ketahanan produk mudah rusak atau tidak, skala produksi, posisi keuangan pengusaha.
3.1.2 Konsep Efisiensi Tataniaga
Menurut Downy dan Steven 1992 dalam Rahim dan Hastuti 2008 efisiensi tataniaga merupakan tolak ukur atas produktivitas proses tataniaga
dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama berlangsunganya proses tataniaga. Menurut Soekartawi 1989,
efisiensi tataniaga diukur dengan membandingkan nilai output dan input dan
21
efisiensi tataniaga akan terjadi jika: 1 Biaya tataniaga bisa ditekan sehingga adanya keuntungan, 2 Adanya kompetisi pasar yang sehat, 3 Persentasi
pembedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, 4 Tersedianya fasilitas fisik tataniaga.
Maka diharapkan dengan pola saluran
tataniaga yang efisien dapat diketahui saluran tataniaga yang dapat mendatangkan manfaat bagi lembaga tataniaga yang terlibat dari saluran tataniaga yang efisien
tersebut. Menurut Rahim dan Hastuti 2008 efisiensi pemasaran dapat
didefinisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu: 1 output tetap konstan sedangkan input mengecil, 2
output meningkat sedangkan input konstan, 3 Peningkatan output lebih tinggi dari peningkatan input, dan 4 Penurunan output tidak melebihi penurunan pada
input. Asmarantaka 2009 mengukur efisiensi tataniaga melalui indakator efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan
dengan penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio dari output- input tataniaga. Rasio efisiensi operasional dapat dilihat dari peningkatan dalam
dua cara, yaitu : 1.
Perubahan sistem tataniaga dengan mengurangi biaya pada fungsi-fungsi tataniaga tanpa mengubah manfaat atas kepuasan konsumen.
2. Meningkatkan kegunaan output dari proses tataniaga tanpa meningkatkan
biaya tataniaga Fokus dalam analisis operasional adalah kajian biaya-biaya tataniaga dan
aktivitas kegiatan tataniaga mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir. Hal ini biasanya banyak peneliti yang menggunakan marjin tataniaga dan sebaran
22
harga ditingkat produden dengan harga di tingkat eceran untk mengetahui besaran indikator efisiensi operasional. Efisiensi harga lebih menekankan kepada
kemampuan dari sistem tataniaga yang sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi harga dapat dianalisis melalui ada atau tidaknya keterpaduan pasar
antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya.
3.1.3 Konsep SCP Structure, Conduct, dan Performance