24
Kabupaten Kota 2010
2011 2012
2013
10. Solok Selatan 68.98
69.34 69.69
70.23 11. Dharmasraya
69.13 69.89
70.25 70.52
12. Pasaman Barat 70.18
70.62 71.07
71.39
Kota
1. P a d a n g 77.81
78.15 78.55
78.82 2. S o l o k
75.65 76.04
76.54 76.85
3. Sawahlunto 74.96
75.41 75.87
76.11 4. Padang Panjang
77.45 78.12
78.51 78.81
5. Bukittinggi 78.26
78.73 79.07
79.29 6. Payakumbuh
75.81 76.29
76.76 76.99
7. Pariaman 74.46
74.89 75.23
75.46
Sumatera Barat 73.78
74.28 74.70
75.01
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja bidang pendidikan selama 4 tahun terakhir 2010-2013 dapat disimpulkan capauan kinerja berikut ini.
a. Angka partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM selama 4 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 0,33 untuk
semua jenjang pendidikan SD; SLP; SLA. Kenaikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a makin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya; b upaya pemeberian bantuan
pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu untuk biaya sekolah; c adanya bantuan
dana BOS yang telah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah Pemda Provinsi Sumatera Barat pernah mendapatkan penghargaan
atas suksesnya mengelola dana BOS tersebut.d terselenggaranya pelaksanaan pendidikan paket A, B,dan C oleh semua pihak yang
terkait di Propinsi Sumatera Barat.
b. Telah terjadi penurunan jumlah angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP rata-rata kurang dari 0,4. Penurunan ini
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a pemerintah telah berhasil melaksanakan wajib belajar 9 tahun,
sebagai konsekuensinya siswa tidak dibebani biaya sekolah gratis; b meningkatnya pembangunan infrastruktur yang berdampak pada
kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk akses kesekolah. Untuk jenjang pendidikan SLTA justru bertambah jumlah angka putus
sekolah meskipun kecil jumlahnya, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti belum terlaksananya secara
menyeluruh wajib belajar 12 tahun karena masih dalam taraf rintisan untuk sekolah negeri akibatnya orangtua siswa masih harus
mananggung biaya pendidikan untuk sekolah anaknya, dan tidak semua orangtua mampun untuk itu.
25
c. Angka kelulusan untuk siswa jenjang pendidikan SD dan jenjang pendidikan SLTP mengalami kenaikan hingga mencapai di atas 97,
namun untuk jenjang pendidikan SLTA justru mengalami penurunan dan kenaikan fluktuatif dan tahun 2013 hanya mencapai 85,39
tingkat kelulusannya. Penurunan jumlah kelulusan ini kemungkinan disebabkan oleh makin meningkatnya tuntutan angka kelulusan
menjadi 5,5 namun tidak disertai kesiapan siswa menghadapi hal itu
d. Jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP mengalami penurunanmakin rendah, sedangkan untuk melanjutkan
kejenjang SLTA jumlahnya makin meningkat tahun 2013 hingga 99,13.
e. Terjadi peningkatan jumlah guru untuk semua jenjang pendidikan yang telah memenuhi kualifikasi S1DIV mengalami peningkatan. Hal
ini didukung oleh perhatian pemerintah daerah yang banysk memberikan berbagai kemudahan bagi guru yang akan melanjutkan
studinya.
f. Indek Pembangunan Manusia IPM mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir 2010-2013, kenaikan ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti a meningkatnya lama sekolah, b meningkatnya jumlah masyarakat yang melek huruf, dan 3 meningkatnya angka
harapan hidup. Upaya pemerintah daerah memberikan bantuan kepada keluarga miskin untuk sekolah anaknya berkontribusi
meningkatnya lama sekolah, upaya mengintensifkan paket belajar A, B, dan C berkontribusi pada menurunnya jumlah masyarakat yang
buta aksara, dan pelayanan kesehatan yang makin baik, sosialisasi hidup sehat juga memberikan dampak pada meningkatnya angka
harapan hidup masyarakat.
Dari hasil evaluasi, studi literatur, studi lapangan, dan studi banding ke Provinsi tetangga Propinsi: Riau, Jambi, Bengkulu, dan
Medan, dapat diketahui peluang dan tantangan yang ada dalam bidang pendidikan sebagai berikut.
1. Peluang a. Hingga saat ini Sumatera Barat masih dikenal oleh masyarakat
di luar Sumatera Barat sebagai propinsi yang banyak menghasilkan
cendekiawan berkaliber
nasional bahkan
internasional. Banyak negarawan yang berasal dari sumatera barat, kondisi ini menimbulkan kepercayaan bahwa Sumatera
Barat dapat melahirkan SDM yang berkualitas dan mampu mengelola pendidikan dengan baik. Hal ini dibuktikan banyaknya
orangtua dari luar Propinsi Sumatera Barat yang berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya di Kota Padang khususnya dan
Sumatera Barat pada umumnya. Untuk tingkat perguruan tinggi
26
bahkan ada calon mahasiswa yang berasal dari nagara lain seperti Malaysia, Singapura, dll.
b. Banyak peminat yang ingin masuk pesantren tetapi di Sumatera Barat belum ada sekolahpesantren yang dikelola secara
modern, bahkan daerah Jambi, Bengkulu, Riau, dan Sumatera Utara Bagian Selatan juga belum ada sekolah pesantren yang
terkenal, sehingga para peminat yang ingin masuk pesantren modern tersebut umumnya pergi ke daerah lain seperti ke Pulau
Jawa. Ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Pemerintah Sumatera Barat untuk menampung peminat
tersebut.
c. Filosofis masyarakat Minangkabau Sumatera Barat “adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah” diyakini oleh masyarakat luar Sumatera Barat bahwa nuansa ke-Islaman
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau sangat tinggi, dengan demikian berdampak pada kepercayaan mereka akan
rasa aman dan damai bilamana anaknya melanjutkan pendidikan di Sumatera Barat. Ditambah lagi masyarakat
M
inangkabau memiliki kekhususan budaya “Matrilinial” menjadi kajian khusus bagi yang ingin mendalami aspek budaya
tersebut. d. Pada tingkat perguruan tinggi Sumatera Barat memiliki program
unggulan khususnya bidang kedokteran UNAND, pada bidang tersebut kita ketahui bahwa calon mahasiswamahasiswi dari
Malaysia jumlahnya cukup banyak. Bagaimana Pemerintah daerah Sumatera Barat berkontribusi dalam mengembangkan
program-program unggulan itu sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya.
2. Tantangan a. Belum semua sekolahpesantren, dan perguruan tinggi,
termasuk masyarakat umum, menyediakan fasilitas tempat tinggal yang memadai
representatif
bagi siswamahasiswa yang memerlukannya. Sekolah
Boarding School
sekolah berasrama di Sumatera Barat jumlahnya masih sangat terbatas,
padahal sekolah ini dapat menyediakan fasilitas yang cukup memadai dan dikelola dengan sistem yang tentunya lebih baik
dibanding sekolah yang bukan
boarding school
. Akibatnya masyarakat dari daerahPropinsi di luar Sumatera Barat
berkurang minatnya untuk menyekolahkan anaknya di daerah kita ini.
27
b. Lembaga pendidikan khususnya pesantren yang ada di Sumatera Barat ini, pada umumnya masih dikelola secara
tradisional belum semuanya dikelola secara modern, akibatnya cukup banyak masyarakat di Sumatera Barat dan propinsi
lainnya di wilayah Sumatera menyekolahkan anaknya ke pesantren yang sudah maju dan dikalola dengan baik terutama
di Pulau Jawa yang pendidikanPesantrennya dikelola secara lebih baik dan modern.
c. Kemajuan teknologi-informatika yang begitu cepat dan mudah
diakses oleh masyarakat pada umumnya berdampak pada perilaku sebagian generasi muda, terjadi pergeseran nilai-nilai
yang adakalanya bertentangan dengan norma dan adat-istiadat Minangkabau. Bilamana hal ini tidak diantisipasi secara
bijaksana oleh pemerintah daerah Sumatera Barat, maka karakter generasi muda akan mengalami perubahan yang
mengarah pada sifat-sifat yang melanggar norma dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Minangkabau. Pendidikan
kembali kesurau dan filosofis “adat basandi syarak, syarak basandi kitabulloh” hanyalah akan menjadi kata-kata indah
belaka. Pendidikan karakter tidak bisa diserahkan kepada fihak sekolah saja, melainkan fihak keluarga memegang peranan yang
amat penting, pendidikan usia dini merupakan salah satu alternatif yang tepat melalui jalur pendidikan non formal.
d. Sumber daya alam SDA yang ada di Sumatera Barat belum dikelola secara optimal, berdampak pada status ekonomi
masyarakat tidak berkembang dan tidak merata seperti yang diharapkan, akibatnya masih cukup banyak anak-anak putus
sekolah karena kekurangan biaya meskipun biaya sekolah gratis, dan harus bekerja membantu orangtuanya.
Peta geografis daerah Sumatera Barat cukup luas dan infrastruktur belum dapat diwujudkan dengan baik dan merata,
akibatnya masih terdapat sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil danatau terbelakang. Hal ini berdampak pada
permasalahan pemerataan dan mutu pendidikan di Sumatera Barat
2. KESEHATAN
Berikut disampaikan kajian pencapaian target kinerja program bidang Kesehatan Provinsi Sumatera Barat sebagai unit
pelaksana program pemerintah daerah untuk sektor kesehatan merujuk RPJMD dalam menyusun kebijakan dan program, serta
kegiatan tahunan tahun 2010- 2014. Penilaian dilakukan dengan index antara target dan realisasi sebagai berikut.
28
Indek ≥ 1,00 =
Klasifikasi A
, Target RPJMD tahun 2010- 2013 terlampaui.
Sangat memuaskan, target perlu tetap ditingkatkan.
0,75≤Indek 1,00 =
Klasifikasi B
, Target RPJMD tahun 2010- 2013 belum tercapai
Perlu perhatian
dan langkah
peningkatan 0,55 Indeks 0,75 =
Klasifikasi C
, Target RPJMD tahun 2010- 2013
belum terpenuhi
dan perlu
perbaikan terhadap kinerja pencapaian target.
Indeks ≤ 0,55 =
Klasifikasi D
, Target RPJMD tahun 2010- 2013 masih jauh dari harapan, perlu
penanganan dan tindakan khusus terhadap kinerja pencapaian target.
Untuk lebih jelasnya mengenai indikator pencapaian derajat Kesehatan selama tahun 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel berikut, Pencapaian
Target Derajat Kesehatan Propinsi Sumatera Barat 2010-2013 Terhadap target Indikator Kinerja Target RPJMD tahun 2010- 2013.
Tabel 2.16
Target dan Realisasi capaian Indikator Utama Kesehatan tahun 2010 sampai 2013
INDIKATOR UTAMA TAHUN
2010 TAR
GET REA
LI SASI INDEX
TAR GET
REALI SASI
INDE X
TAR GET
REALI SASI
INDEX 2011
2012 2013
UmurHarapan Hidup UHH 69.5
71.12 69.76 0.98
71.48 70.02
0.98 71.84
70.02 0.97
Angka Kematian Ibu Melahirkan PER 100.000 KH
207 190
212 0.88
166 212
0.72 142
212 0.51
Angka Kematian Bayi PER 1000 KH
28 22
28 0.73
27 27
1.00 18
27 0.50
Angka Gizi Kurang BBTB padaBalita
8.2 8.2
8.2 1.00
7.8 7.2
1.08 7.4
6.5 1.12
Akses Air Minum yang berkualitas 46.68
64 65.02
1.02 65
72.81 1.12
66 78.7
1.19 Kasus baru Tuberculosis
57.05 55
57.77 1.05
60 61
1.02 70
139.05 1.99
Kasus Malaria Annual Paracite Index-API1000pd
0.24 2
3 0.50
2 0.27
1.87 1
0.25 1.75
ODHA yang diobati 100
90 100
1.11 93
100 1.08
95 100
1.05 Cakupan immunisasi bayi usia 0-11
bulan 95.6
80 89
1.11 85
89 1.05
90 91
1.01 Penduduk menggunakan Jamban
Sehat 61.49
67 68.35
1.02 70
70.05 1.00
73 73.56
1.01
29
INDIKATOR UTAMA TAHUN
2010 TAR
GET REA
LI SASI INDEX
TAR GET
REALI SASI
INDE X
TAR GET
REALI SASI
INDEX 2011
2012 2013
Jaminan pemeliharaan kesehatan 50.08
63.8 61.6
0.97 78.6
72.64 0.92
91.3 73.3
0.80 Bed Occupation Rate BOR
65.1 71
74.2 1.05
73 75.9
1.04 75
75.86 1.01
Total 11.41
12.87 12.92
INDEXRERATATAHUN 0.95
1.07 1.08