169
dan nilai-nilai bangsa yang bermartabat. Kita menyadari bahwa pendidikan karakter mesti dimulai sejak usia dini, kerjasama antara fihak
keluarga, sekolah, dan masyarakat Ki Hadjardewantoro, menyebutnya “Tri Pusat Pendidikan” perlu dijalin dengan baik.
Sejalan dengan pemikiran itu maka pendidikan usia dini sangat diperlukan, apalagi usia ter
sebut berada pada masa ”
golden age
” yang butuh perhatian serius bagi semua pihak terkait. Keberhasilan pendidikan
usia dini akan berpengaruh pada perkembangan anak pada periode usia berikutnya. Perkembangan kepribadian pada masa ini akan menjadi dasar
untuk perkembangan usia berikutnya. Dengan demikian pendidikan usia dini sangat penting dan perlu dilaksanakan dengan baik.
c. Akses pendidikan dasardan menengah
Pasca bencana alam gempa bumi 2009 masih berdampak pada kondisi bagungan sekolah yang mengalami kerusakan, akibatnya masih
ada ruang kelas yang belum layak pakai. Di samping itu jumlah dana untuk perbaikan fasilitas anggarannya bertahap, sementara perawatan
untuk gedung sekolah perlu dilakukan. Kebutuhan akan fasilitas pendidikan yang layak tidak mugkin ditunda-tunda secara bertahap perlu
diupayakan, agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Dukungan fasilitas pendidikan yang memadai akan berdampak pada meningkatnya mutu pendidikan dan menarik calon peserta didik dari
daerah lain untuk melanjutkan pendidikan di Sumatera Barat. Di samping itu
boarding school
menjadi salah satu kebutuhan yang cukup penting agar pendidikan dapat dikelola dengan baik, sehingga terwujudlah
Sumatera Barat menjadi pusat pendidikan yang bernuansa Islami.
d. Pendidikan non formal dan informal.
Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa angka putus sekolah masih belum bisa dihindarkan tahun 2013 tingkat SD ada 0,21;
SLTP sebanyak 0,37, dan tingkat SLTA berjumlah 0,89. Persoalan ini perlu dicari alternatif pemecahannya. Di samping itu masih ada
masyarakat usia 15- 24 tahun mengalami buta aksara. Pendidikan formal tidak mungkin mampu mengatasi persoalan anak putus sekolah maupun
masyarakat yang buta aksara. Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan pendidikan informal dan non formal untuk menangani masalah
pendidikan bagi anak-anak putus sekolah, dan menangani masyarakat yang buta aksara menjadi melek huruf.
e. Pendidikan luar biasa
Pengertian pendidikan luar biasa atau sering juga disebut pendidikan anak berkebutuhan khusus, mempunyai dua makna. Makna
pertama anak luar biasa adalah anak yang mengalami “ketunaan”
seperti tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, dll. yang mana anak-anak seperti itu tidak bisa mengikuti secara penuh pembelajaran yang
170
diterapkan untuk anak-anak normal. Mereka memerlukan metode dan teknik pembelajaran yang khusus.
Kedua anak luar plus yaitu anak-anak yang memiliki kemampuan
khususlebih tinggi disbanding dengan ana-anak normal biasa, seperti anak yang sangat cerdas, geneus, indigo, dll. Potensi yang hebat tersebut
tidak bisa berkembang secara optimal bilamana mereka diberi fasilitas pembelajaran yang kapasitasnya hanya untuk anak-anak normal dan
cerdas saja. Akibatnya di Sumatera Barat khusunya dan Indonesia pada umumnya sulit menemukan orang-orang yang luar biasa hebatnya, pada
hal ada 0,5 anak yang memiliki potensi yang begitu hebat. Dalam media masa pernah kita mendengar danatau melihat anak yang remaja yang
menguasai banyak bahasa asing dan menguncapkannya secara lancar,
hafiz Al‟Quran pada hal usianya masih sangat mudakecil, hebat dalam matematika, dsb. Namun anak-anak seperti itu belumtidak mendapatkan
pembinaanpendidikan secara khusus, akibatnya kita tidak dapat memberdayakan anak-anakorang-orang yang hebat tersebut untuk
kemajuan bangsa. Berkaitan dengan perosalan tersebut kita perlu memikirkan dan mengembangkan pendidikan untuk anak-anak luar biasa
tersebut.
f. Pendidikan berkarakter.