Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

282 6. Perkiraan pertumbuhan nilai investasi swasta Penanaman Modal Dalam negeri dan Penanaman Modal Asing sebesar 5 persen per tahun. Dengan memperhitungkan berbagai asumsi tersebut, sampai dengan tahun 2020 diperkirakan akan terjadi kesenjangan investasi. Kebutuhan investasi tersebut hanya akan dapat dipenuhi oleh di Provinsi Sumatera Barat dengan mempertimbangkan potensi dan kemajuan yang telah dicapai selama ini, kondisi sosial yang kondusif, dan kondisi ketertiban dan keamanan yang terjaga dengan baik sehingga menarik investor untuk menanamkan modal di Sumatera Barat. Tabel 6.1 Perkiraan Kebutuhan Investasi Di Provinsi Sumatera BaratTahun 2015-2020 NO SEKTOR TAHUN 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Pertumbuhan Ekonomi 6,34 6,43 6,51 6,60 6,69 6,78 2 ICOR 3,46 3,43 3,40 3,37 3,34 3,34 3 PDRB Konstan Tahun 2000 Rp. Milyar 52.705 56.094 59.748 63.692 67.952 72.557 4 Tingkat Inflasi 6,87 7,24 8,01 7,29 7,35 7,47 5 Kebutuhan Investasi Rp. Milyar 31.685 33.965 36.568 38.860 41.624 45.049 6 Kapasitas Fiskal Rp. Milyar 4.299 4.858 5.490 6.205 7.013 7.928 a. Belanja Modal Pemerintah Provinsi Rp. Milyar 845,95 935,67 1.034,90 1.144,66 1.266,07 1.400,34 b. Belanja Modal Pemerintah KabKota Rp. Milyar 3.453,25 3.922,24 4.454,93 5.059,97 5.747,17 6.527,71 7 Kesenjangan Investasi Rp. Milyar 27.385 29.107 31.078 32.656 34.611 37.121 8 Perkiraan Investasi Pemerintah Rp. Milyar 10.196 11.390 12.723 14.213 15.878 17.737 9 Perkiraan Investasi Sawsta Rp. Milyar 17.189 17.717 18.355 18.442 18.734 19.384 10 Perkiraan Investasi Sawsta PMDN Rp. Milyar 963 1.011 1.062 1.115 1.171 1.229 11 Perkiraan Investasi Sawsta PMA Rp. Milyar 1.426 1.497 1.572 1.650 1.733 1.820 12 Kebutuhan Investasi Sawsta PMDN + PMA Rp. Milyar 14.800 15.208 15.721 15.677 15.830 16.335 Sumber: Hasil Analisis 2014 6.3.Kebijakan Keuangan Daerah Analisis kebijakan keuangan daerah dalam bagian ini tidak hanya ditujukan bagi pemerintahan daerah provinsi, tetapi secara umum juga dibutuhkan oleh pemerintahan daerah kotakabupaten di Provinsi Sumatera Barat.

6.3.1 Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

Sekalipun penerimaan pendapatan daerah di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun peluang untuk meningkatkan penerimaan tersebut masih terbuka lebar. Seperti dijelaskan dalam rencana kerja Tim Korsupgah 2014,bahwa terjadi berbagai kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah di Provinsi Sumatera Barat, termasuk pengelolaan pendapatan asli daerah dan khususnya lagi adalah tentang pajak daerah. Berdasarkan pertimbangan perkembangan pengelolaan keuangan daerah tersebut, maka kebijakan 283 pengelolaan keuangan daerah di Provinsi Sumatera Barat selama periode tahun 2015-2020 diarahkan pada hal-hal berikut. 1 . Menyusun data base potensi riil pajak daerah dan retribusi daerah melalui analisis perhitungan, analisis statistik, dan survey sehingga perhitungan target penerimaan dapat dan harus berdasarkan data base potensi riil tersebut. Hal ini, diharapkan mampu menghasilkan target penerimaan pendapatan asli daerah lebih realistis. 2 . Mengoptimalkan penerimaan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD baik pajak, retribusi dan pendapatan lain yang sah tanpa memberatkan dunia usaha dan masyarakat melalui: a. Evaluasi dan memantapkan sistem dan prosedur administrasi dalam pemungutan, pencatatan dan pengelolaan pajak dan retribusi daerah, serta diikuti dengan peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan; b. Evaluasi dan revisi secara berkala terhadap berbagai peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi daerah, serta sosialisasi dan pelayanan perpajakan untuk meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah; c. Intensifikasi pemungutan pajak daerah melalui pengawasan di lapangan secara terus-menerus, menggali dan penagihan tunggakan dengan cara persuasif yang ditindaklanjuti dengan penagihan secara paksa sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku; d. Peningkatan hasil pengelolaan kekayaan daerah melalui pengelolaansumber daya daerah secara lebih profesional dan marketable . Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan asset daerah seperti gedung, asrama, aula dan asset produktif lainnya yang dimiliki oleh pemerintahan daerah sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik dan meningkatkan retribusi sewa dari pengelolaan asset tersebut; e. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah BUMD dan Badan Layanan Umum Daerah BLUD dalam memberikan pelayanan publik dan meningkatkan pendapatan daerah termasuk meningkatkan bagian laba BUMD; f. Khusus untuk pemerintahan kota dan kabupaten, intensifikasi pemungutan PBB dan BPHTB perlu dilakukan. Utama sekali melakukan penilaian ulang terhadap nilai NJOP sehingga mencerminkan nilai riil dari objek PBB tersebut; 284 3 . Mengupayakan peningkatan penerimaaan dari dana perimbangan melalui: a. Meningkatkan akurasi data kependudukan dan data lain yang dibutuhkan dalam perhitungan dana alokasi umum sehingga penerimaan dana alokasi umum dapat ditingkatkan. b. Mengembangkan datadasar dan sistem informasi yang akurat dalam pendataan sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan;

6.3.2. Kebijakan Belanja Daerah