EKONOMI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

220 b. Meningkatkan peran perempuan di bidang politik. c. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, terutama di bidang pendidikan, kesehatan. d. Meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. e. Menyempurnakan perangkat hukum yang lebih lengkap dalam melindungi perempuan dan anak dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, termasuk kekerasan dalam keluarga. f. Meningkatkan peran kelembagaan, koordinasi dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan pembangunan di tingkat propinsi dan kabupatenkota. g. Meningkatkan kapasitas dan peran pengelola dan mitra strategis dalam menggerakkan lini lapangan untuk menjamin akses, kualitas dan keberlangsungan dalam pelayanan Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga.

4.2. EKONOMI

1. PENANAMAN MODAL

Meningkatkan koordinasi dan sinergitas antar stakeholder penanaman modal termasuk dengan kota dan kabupaten, dengan arah kebijakan peningkatan RUPM yang terpadu antar provinsi, kota, dan kabupaten, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan kepastian hukum, peningkatan pengembangan potensi investasi daerah dengan melakukan identifikasi peluang usaha sesuai dengan potensi sumberdaya alam daerah, dan peningkatan promosi investasi yang efektif dengan menyajikan profil-profil investasi. Optimalisasi kinerja pelayanan perijinan investasi dengan arah kebijakan penyederhanaan prosedur perijinan serta optimalisasi pemanfaatan teklogi informasi dalam pelayanan perijinan, memfasilitasi kepastian hukum dalam berinvestasi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka matrik isu strategis, tujuan, sasaran, strategi dan kibijakan urusan penanaman modal, dapat dirumuskan sebagai berikut: 221 Matrik Isu Strategis, Tujuan, Sasaran, Strategi Dan Kibijakan Urusan Penanaman Modal No Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi Arah dan Kebijakan Mengoptimalkan investasi yang dilindungi payung hukum Memfasilitasi kepastian hukum dan keamanan Mendorong kegiatan pengendalian penanaman modal untuk meningkatkan iklim dan Peningkatan pengendalian penanaman modal Meningkatnya investasi melalui penyusunan RUPM yang terpadu Meningkatkan kualitas RUPM Peningkatan pengendalian penanaman modal Meningkatnya investasi melalui pengembangan promosi potensi investasi Meningkatkan kualitas penyelenggaraan promosi penanaman modal melalui penyelenggaraan Peningkatan pengendalian penanaman modal 2 Meningkatkan daya tarik dan daya saing investasi daerah Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan terpadu Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan terpadu Revitalisasi pelayanan perizinan yang terpadu Peningkatan pelayanan perizinan Peningkatan kepastian hukum dan usaha Peraturan yang mendukung iklim investasi Peningkatan koordinasi antar instansi penanaman modal provinsi dan kotakabupaten Kepastian hukum dan kordinasi antar instansi penanaman modal provinsi dan kotakabupaten masih lemah 1

2. KUKM

Berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan KUKM maka Strategi pengembangan KUKM di Sumatera Barat adalah: a. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM b. Menciptakan Akses KUKM kepada Sumberdaya Produktif c. Memfasilitasi peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM d. Mendorong dan memfasilitasi penguatan Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebunanpeternakanperikanan. Arah umum kebijakan pembangunan koperasi dan UKM adalah; Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada Koperasi dan UKM, peningkatan peran Koperasi dan UKM dalam perekonomian daerah serta pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM. Secara umum tujuan dan sasaran serta arah kebijakan pembangunan Koperasi dan usaha kecil menengah tersimpul pada Tabel berikut: No Isu - Isu Tujuan Sasaran Strategi 1 Iklim Usaha yang belum Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM Meningkatkan Iklim Usaha yang Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM Terwujudnya Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM 2 Akses Koperasi dan UKM kepada Sumberdaya Produktif masih rendah Menyediakan Akses KUKM Kepada Sumberdaya Produktif Tersedianya Akses KUKM kepada Sumberdaya Produktif Menciptakan Akses KUKM kepada Sumberdaya Produktif 222 3 Pengembangan Produk dan Pemasaran KUKM Mendorong pengembangan Produk dan Pemasaran KUKM Berkembangnya Produk dan Pasar produk KUKM Mendorong dan memfasilitasi pengembangan Produk dan Pemasaran KUKM 4 Daya Saing SDM Koperasi dan UKM masih belum kuat Mendorong Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM Meningkatnya Daya Saing SDM Koperasi dan UKM Memfasilitasi peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM 5 Peran Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebu naneternakanperi kanan masih lemah Peningkatan peran Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebu nanpeternakanpe rikanan. Penguatan Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebuna npeternakanperika nan. Mendorong dan memfasilitasi penguatan Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebunan peternakanperikana n.

3. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel tersebut memperlihatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK di Sumatera Barat selama periode 2010-2013: Tabel. 4.1 TPAK Sumatra Barat dan Indonesia Tahun 2010-2013 No Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013 1 TPAK Sumbar 66,36 66,19 64,47 62,90 Indonesia 67,72 88,34 67,88 66,90 Data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Sumatera Barat cendrung menurun dari tahun ke tahun. Kondisi ini sejalan dengan tingkat pengangguran yang cendrung bertambah, yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Jika dibandingkan dengan kondisi nasional, maka TPAK Sumatera Barat lebih rendah. Kondisi ini kemungkinan bisa disebabkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada atau kualitas sumber daya yang rendah sehingga tidak terserap dalam dunia kerja. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Semakin tinggi tingkat pengangguran terbuka, semakin ekslusif proses pembangunan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pengangguran terbuka, semakin inklusif pembangunan yang sedang dilaksanakan. Selama periode 2009- 223 2013 telah terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada tahun 2009 tingkat pengangguran terbuka sebesar 7,97 menjadi 6,99 di tahun 2013. Kondisi ini menandakan semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pembangunan. Bila di bandingkan dengan nasional, tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sumatera Barat berfluktuasi terhadap tingkat pengangguran terbuka nasional selama periode 2010-2013. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sumatera Barat sebesar 6,95 dan nasional sebesar 7,14. Sementara itu, ditahun 2014 tingkat pengangguran terbuka Provinsi Sumatera Barat lebih besar dari nasional yang sebesar 6,25.Kondisi ini menandakan perekonomian Provinsi Sumatera Barat belum optimal dalam penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan rata-rata nasional. Fakta ini juga menjustifikasi bahwa tingkat standar hidup nasional lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu, Provinsi Sumatera Barat masih perlu bekerja keras dalam mencapai tingkat kesejahteraan rata-rata nasional dengan melibatkan lebih banyak masyarakat. Kondisi ini dapat dilakukan dengan peningkatan lapangan kerja, produktifitas dan diversfikasi usaha. Argumentasi ini dapat dipahami karena penyerapan lapangan kerja Provinsi Sumatera Barat relatif lambat dibandingkan dengan rata-rata nasional. Belum banyaknya peluang berusaha dan bekerja menyebabkan pangsa pengangguran bertambah. Penyerapan tenaga kerja Provinsi Sumatera Barat cenderung pada sektor pertanian dan perdagangan. Kondisi ini mengindikasikan masih banyaknya tenaga kerja terkonsentrasi pada sektor pertanian dan perdagangan. Oleh karena itu, perbaikan iklim usaha wajib dilakukan, peningkatan infrastruktur, keamanan berusaha dan kepastian hukum penting pula menjadi fokus perhatian terutama dalam rangka menarik investasi di Provinsi Sumatera Barat. Selain itu, pemerintah perlu mencipatakan program-program terobosan yang dapat menumbuhkan jiwa wirausaha masyarakat untuk memunculkan usaha-usaha baru yang dapat meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan standar hidup masyarakat Provinsi Sumatera Barat 224

4. PERTANIAN

Strategi umum pembangunan pertanian perkebunanpeternakanperikanan meliputi :Strategi peningkatan produktivitas dan kualitas produk, strategi penanganan pascapanen danStrategi pembinaan usaha. Secara lebih spesifik adalah: a. Mendorong Peningkatan luas produksi, produktivitas dan mutu tanaman pertanianperkebunan, peternakan dan perikanan secara berkelanjutan; b. Mendorong peningkatan kualitas SDM dan Penyuluhan serta IPTEK dan Inovasi Daerah untuk pertanian, Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha; c. Mendorong peningkatan pendapatan dan efisiensi usaha masyarakat petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan, dan nelayan; d. Mendorong peningkatan dukungan terhadap system ketahanan dan kedaulatan pangan; e. Pengembanganakses petani terhadap permodalan dan Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian dan mendorong peningkatan Investasi usaha perkebunanpertanian Berkelanjutan, peternakan dan perikanan, f. Mendorong peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian perkebunanpeternakanperikanan, Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. g. Mendorong Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran, nilai tambah dan daya saing hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan Perikanan yang masih belum berkembang Secara umum tujuan dan sasaran serta arah kebijakan pembangunan Koperasi dan usaha kecil menengah tersimpul pada Tabel berikut: No Isu - Isu Tujuan Sasaran Strategi 1 Peningkatan produktivitas, pertanian, perkebunan dan populasi peternakan dan perikanan belum berkelanjutan, dan masih rendah Meningkatkanp roduktivitas, produk pertanian secara berkelanjutan Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan baku untuk pembangunan agroindustri. Mendorong Peningkatan luas produksi, produktivitas dan mutu tanaman pertanianperkebunan , peternakan dan perikanan secara berkelanjutan; 2 Kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani serta penyuluhan dan IPTEK Inovasi Pengembanga n Sumber Daya Manusia SDM dan Terwujudnya peningkatan kualitas SDM dan Penyuluhan serta IPTEK dan Mendorong peningkatan kualitas SDM dan Penyuluhan serta IPTEK dan Inovasi Daerah untuk 225 No Isu - Isu Tujuan Sasaran Strategi Daerah untuk pertanian yang belum berkembang optimal penyuluhan serta IPTEK dan Inovasi Daerah untuk pertanian Inovasi Daerah untuk Pertanian pertanian 3 Kesejahteraan petani yang masih rendah seiring rendahnya efisiensi usaha, Meningkatkan pendapatan dan efisiensi usaha masyarakat petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan, dan nelayan; Terwujudnya peningkatan pendapatan dan efisiensi usaha masyarakat petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan, dan nelayan; Mendorong peningkatan pendapatan dan efisiensi usaha masyarakat petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan, dan nelayan; 4 Ketahanan dan kedaulatan serta keamanan pangan yang masih perlu ditingkatkan Peningkatan Ketahanan, kedaulatan dan keamanan pangan; Peningkatan dukungan terhadap system ketahanan dan kedaulatan pangan; Mendorong peningkatan dukungan terhadap system ketahanan dan kedaulatan pangan; 5 Akses terhadap permodalan berbagai skim kredit dan pemasaran hasil pertanian pangan dan hortikultura, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan Peningkatan akses permodalan petani danPengolaha n serta pemasaran hasil pertanian Meningkatnya akses petani terhadap permodalan petani dan Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian Pengembangan akses petani terhadap permodalandan Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian 6 Sarana dan prasarana pertanian pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan masih terbatas Lahan, Irigasi, Bibit, Pupuk dan Pestisida, Alat dan Mesin, serta Pembiayaan Pertanian Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian perkebunanp eternakanperi kanan Terbangunnya dan tersedianya sarana dan prasarana pertanian Mendorong peningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian perkebunanpeternak anperikanan 7 Pengolahan dan Pemasaran hasil pertanian untuk nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan, peternakan dan Perikanan belum berkembang Mengembangk an Pengolahan dan Pemasaran, mutu dan daya saing hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan Perikanan Terbangunnya kelembagaan Pengolahan dan Pemasaran, serta daya saing hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan Perikanan Mendorong Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran, nilai tambah dan daya saing hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan Perikanan masih belum berkembang Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian tersebut makan arah kebijakan yang ditempuh adalah:membangun dan mengembangkan organisasi, sistem administrasi danmanajemen pembangunan Pertanian yangmendukungsubsektor tanaman pangan, 226 hortikultura, perkebunan danpeternakan, perikanan dan kehutanan dalam mencapai sasaran produksi komoditasunggulan daerah dan nasional. Adapun kebijakan teknis pembangunan perkebunan pertanianpeternakanperikanan yang merupakanpenjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu : meningkatkanproduksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melaluipengembangan komoditas, SDM, kelembagaan, dan kemitraan usaha, investasiusaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam dan lingkunganhidup dengan dukunganpengembangan sistem informasi manajemen. Berdasarkan tujuan dan sasaran utama pembangunan pertanian umumnya maka arah kebijakannya secara khusus adalah : Arah kebijakan budidaya adalah optimalisasi pengembangan komoditas unggulan berbasis kawasan, meningkatkan ketersediaan input produksi lahan, bibit, pupuk, irigasi dan sarana lainnya, dan bimbingan usaha secara berkelanjutan, serta inovasi teknologi, meningkatkan pencegahan dan penanganan Gangguan Usaha Perkebunan pertanianpeternakanperikanan. Arah Kebijakan Penanganan Pascapanen adalah; Meningkatkan mutu berbasis kegiatan pascapanen melalui perbaikansistem penanganan pascapanen dengan penerapan teknologi tepat guna danfasilitasi alat pascapanen di pedesaan, kemampuan, kemandirian dan profesinaliisme pelakuusaha serta meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya saing hasilperkebunanpertanian peternakan perikanan. Arah Kebijakan Pembinaan Usahaadalah; Meningkatkan investasi dan iklim usaha yang kondusif denganpengembangan kelembagaan dan kemitraan di bidang usahaperkebunanpertanianpeternakan dan perikanan yang, penilaian usaha, sosialisasi, penerapan, pembinaan pembangunan pertanian berkelanjutan, pengelolaan SDA dan lingkungan hidup serta penanganangangguan usaha dan konflik. Arah Kebijakan Peningkatan Kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani serta penyuluhan dan IPTEK Inovasi Daerah untuk pertanian perkebunanpeternakan dan perikananyang belum berkembang optimal Arah kebijakan sarana dan prasarana pertanian perkebunanpeternakanperikanan sesuai dengan kebutuhan dari; 1. Aspek Perluasan dan Pengelolaan Lahan, 2. Aspek Pengelolaan Air Irigasi, 3. Aspek Bibit, Pupuk dan Pestisida, 4. Aspek Alat dan Mesin Pertanian, PerikananTangkap dan Perikanan Budidaya, dan 5. Aspek Pembiayaan Pertanian, dan kelembagaan penunjang lainnya. 227

5. KEHUTANAN

Strategi yang diperlukan agar hutan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan fungsinya dalam konsep pembangunan berkelanjutan, maka strategi yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan fungsi hutan kepada komunitas yang tinggal di sekitar hutan, meningkatkan pengetahuan dan penyadaran masyarakat sejak dini tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan terkait pengelolaan hutan, melakukan pengawasan yang efektif agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang atau pengrusakan dalam hal dalam pemanfaatan hutan.

6. PARIWISATA

Strategi yang diperlukan untuk mencapat tujuan pembangunan pariwisata adalah meningkatkan arah pengembangan wisata dari wisata berbasis keindahan daratan dan keunikan sosial budaya, juga kepada pengembangan wisata berbasis perairan dan kepulauan. Dengan demikian, target wisatawan juga ditingkatkan tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan internasional. Pengelolaan pariwisata dilakukan secara profesional, termasuk promosinya agar memiliki nilai jual secara internasional. Selain itu, juga perlu sosialisasi secara internal kepada masyarakat secara tepat, agar walaupun Sumbar kedepan lebih terbuka untuk menerima orang luar, namun tetap dapat mempertahankan karakteristik melalui sosial budayanya yang khas yang berdaya saing.

7. KELAUTAN DAN PERIKANAN Strategi

a. Menyiapkan dan mendayagunakan small expert team melalui perumusan kriteria dan identifikasi SDM sebagai mitra dalam proses penyusunan dan implementasi kebijakan pembangunan ekonomi maritim melalui satu koordinasi pada institusi perencana pembangunan daerah. b. Menerapkan Pendekatan Rantai Nilai Value Chain Approach untuk pengembangan sektor terpilih dalam prioritas pembangunan ekonomi maritim. c. Mengembangkan penyuluhan untuk membangun pengelolaan sumberdaya maritim dan perikanan berbasis masyarakat co- management dalam rangka membangun tanggung jawab masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Kebijakan a. Meningkatkan fasilitasi dalam bentuk prasarana, sarana, advokasi, dan konsultasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. 228 b. Memperluas penyediaan informasi dan akses pelaku usaha ekonomi maritim terhadap informasi dalam sistem produksi, pengolahan produk dan jasa ekonomi economic goods and services kelautan, serta saluran tata niaga. c. Membangun keberlanjutan usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil laut dan perikanan, dan pariwisata bahari dengan menerapkan pendekatan market-based solution untuk memperkuat kemitraan diantara penerima manfaat beneficeries dalam sistem rantai nilai. Sehingga keberlanjutan usaha tidak tergantung kepada program atau proyek bantuan dari pemerintah.

4.3. INFRASTRUKTUR 1.