SOSIAL BUDAYA 1. KONDISI SAAT INI

13

BAB II KONDISI SAAT INI DAN ISU STRATEGIS

2.1. KONDISI SAAT INI

2.1.1. SOSIAL BUDAYA 1.

PENDIDIKAN a. Angka Melek Huruf Upaya pemerintah Sumatera Barat untuk meningkatkan angka melek huruf terus dilakukan.Tahun 2013 telah mampu mencapai hasil yang cukup menggembirakan, dibuktikan dengan rendahnya angka buta aksara dari jumlah penduduk di Sumatera Barat sebesar 4,486,909 orang Sumatera Barat dalam Angka tahun 2013. Keberhasilan tersebut antara lain didukung terlaksananya program pendidikan non formal seperti adanya paket belajar A,B, dan C, dan kesadaran masyarakat yang cukup tinggi untuk meningkatkan pendidikannya. Hingga tahun 2013 angka jumlah penduduk yang buta aksara dari usia 10 tahun hingga 44 tahun di bawah 6.Jumlah buta aksara yang cukup tinggi adalah masyarakat yang usianya 45 tahun ke atas masih 15,24. Pada usia ini minat untuk mengikuti pendidikan khusunya untuk belajar Paket A relatif rendah dengan berbagai alasan. Mengingat lajunya pertumbuhan penduduk di Sumatera Barat, maka upaya peningkatan jumlah penduduk melek huruf masih perlu diupayakan untuk masa yang akan datang. Berikut ini disajikan kondisi masyarakat yang masih mengalami buta aksara atau buta huruf. Tabel 2.11 Penduduk yang belum melek huruf buta aksara No Indikator Angka Buta Huruf Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka Buta Huruf10 th + 6.34 6.44 6.02 5.25 2 Angka Buta Huruf15 th + 7.09 7.19 6.75 5.86 3 Angka Buta Huruf15-44 th 1.71 2.3 2 1.61 4 Angka Buta Huruf45 th + 18.25 17.89 17.2 15.24 Sumber: BPS, Susenas 1994-2013. Angka buta huruf terbanyak di Provinsi Sumatera Barat adalah di Kep. Mentawai sebanyak 5,43 diikuti Sijunjung 4,88 pada tahun 2013. Untuk angka penduduk buta huruf per kabkota lihat tabel 2. 14 Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur 15 - 64 Tahun ke Atas yang Buta Huruf Menurut Jenis Kelamin dan KabupatenKota Tahun 2013 KabupatenKota Laki-Laki Perempuan Jumlah Kabupaten 01. Kepulauan Mentawai 2,54 8,66 5,43 02. Pesisir Selatan 1,24 1,56 1,40 03. S o l o k 1,93 2,65 2,29 04. Sijunjung 2,90 6,82 4,88 05. Tanah Datar 1,38 2,12 1,76 06. Padang Pariaman 1,52 3,66 2,61 07. A g a m 0,50 1,27 0,89 08. Lima Puluh Kota 0,28 0,71 0,49 09. P a s a m a n 0,77 1,10 0,93 10. Solok Selatan 1,24 2,41 1,83 11. Dharmasraya 2,20 3,55 2,85 12. Pasaman Barat 1,89 3,00 2,44 Kota 71. P a d a n g 0,50 0,72 0,61 72. S o l o k 0,00 1,16 0,59 73. Sawahlunto 0,20 0,16 0,18 74. Padang Panjang 1,11 0,23 0,67 75. Bukittinggi 0,56 0,19 0,37 76. Payakumbuh 0,56 0,48 0,52 77. Pariaman 0,08 0,68 0,39 Jumlah 1,12 1,98 1,56 b. Rata-Rata lama sekolah Pada tahun 2013 rata-rata lama sekolah penduduk di Sumatera Barat baru mencapai 10,05 tahun, artinya setara dengan tingkat SLTP. Kenaikan rata-rata lama sekolah pertahun baru mencapai 0,9 sd 0, 11 persen. Capaian ini lebih tinggi dari capaian rata-rata Lama sekolah untuk tingkat nasional tahun 2008 baru mencapai 7.5 sedangkan tahun 2010 Sumatera Barat sudah mencapai 8,79. Faktor yang mendukung meningkatnya lama sekolah antara lain dapat ditekannya angka putus sekolah melalui bantuan dari berbagai lembaga seperti bantuan biaya sekolah dari BOS, dan lembaga Beasiswa lainnya. Berikut ini disajikan perkembangan capain lama sekolah dari tahun 2009 hingga tahun 2013. 15 Tabel 2.3 Kenaikan Rata-rata Lama Sekolah No Indikator Capaian Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1 Angka rata-rata lama sekolah 8,45 8,79 8,57 8,60 8,63 Sumber: Bappeda Prop. Sumbar,2014. c. Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM Masalah pemerataan pendidikan ditinjau dari Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM untuk kondisi Sumatera Barat cukup bervariasi. Untuk APK SDMISDLBPAKET A hingga tahun 2013 sudah cukup tinggi yaitu 111,94 kondisi ini lebih tinggi dari capaian tingkat nasional yaitu 107,62. Untuk tingkat APK SMPMSDLBPAKET B Kondisi Pendidikan di Sumatera Barat sudah mencapai 92,96 ini juga lebih tinggi dari capaian nasional yaitu 89,71. Demikian pula halnya dengan APK tingkat APK SMASMKMASMALBPAKET C telah mencapai 86,75, sedangkan tingkat nasional adalah 68,01. Dalam hal ini menunjukkan bahwacapaian APK di Sumatera Barat untuk semua jenjang pendidikan telah melampaui target nasional. Untuk APM umumnya juga lebih tinggi capaiannya dibandingkan dengan capaian tingkat nasional, kecuali untuk jenjang SDMISDLBPAKET A 94,46 sedangkan capaian tingkat nasional 95,47. Capaian APM untuk APM SMPMSDLBPAKET B 80,90 ini lebih tinggi dari target capaian nasional yaitu 73,56. Demikian pula halnya dengan APM SMASMKMASMALB PAKET C yaitu 69,67, ini juga lebih tinggi daripada capaian tingkat nasional sebesar 53,74. Pencapaian pada Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di jenjang pendidikan SMP di tahun 2013 mencapai 110,16, dan juga berada diatas rata-rata nasional yang sebesar 105.69. Pencapaian pada indikator ini telah melebihi dari target yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 100. Untuk pencapaian Rasio APM perempuan terhadap laki- laki di jenjang pendidikan SMA di tahun 2013 di Sumatera Barat sebesar 126,63, dan lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang sebesar 100.66 ditahun yang sama, dan untuk pencapaian pada indikator Rasio APM perempuan terhadap laki-laki di Perguruan Tinggi di Sumatera Barat pada tahun 2013 sebesar 161,79, dan capaian ini lebih tinggi daripada rata-rata capaian nasional yang sebesar 109,73. Pendidikan anak usia dini PAUD berkembang dengan cepat, hal ini berdampak pada meningkatnya APK SDMISDLB, pada tahun 2013telah mencapai 111,94 . Tingginya angka APK ini ada beberapa kemungkinan faktor penyebabnya, seperti adanya sebagian anak dilihat dari segi usia mestinya belum waktunya masuk SD, tetapi kenyataannya 16 mereka sudah duduk di bangku sekolah SD. Hal ini terjadi karena anak sudah merasa bosan mengikuti pendidikan di PAUD dan kemampuannyasudah mendukung untuk masuk SD. Secara riil APM yang dicapai SDMISDLBPAKET A 94,46. Angka APM lebih rendah karena APM ini adalah anak-anak yang berada di sekolah itu sesuai dengan usianya pada jenjang pendidikan tertentu. Untuk APK dan APM capaiannya memang sudah di atas capaian nasional, tetapi untuk Sumatera Barat masih sangat diperlukan upaya untuk meningkatkannya sampai batas optimal. Berikut ini disajikan data tentang APK dan APM secara lebih rinci. Tabel 2.4 Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM No Indikator Capaian Tahun Pertum buhan Realisasi 2010 2011 2012 2013 Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian 1 Angka Partisipasi Kasar APK SDMIPaket A 112,54 118,48 111,91 119,98 111,94 120,44 115,80 0,97 2 Angka Partisipasi Kasar APK SMPMTsPaket B 98,31 98,92 92,96 100,42 93,51 101,92 103,52 1,95 3 Angka Partisipasi Kasar APK SMASMKMAPaket C 83,92 84,33 67,42 84,75 86,75 85,16 95,30 6,29 1 Angka Partisipasi Murni APM SDMIPaket A 99,67 99,67 94,46 99,75 94,49 100 99,54 0,05 2 Angka Partisipasi Murni APM SMPMTsPaket B 77,25 78,80 75,43 80,35 80,90 82,90 80,75 1,57 3 Angka Partisipasi Murni APM SMASMKMAPaket C 55,50 62,50 50,34 67,5 69,67 72,5 71,96 10,80 Angka partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM selama 4 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 0,33 untuk semua jenjang pendidikan SD; SLP; SLA. Kenaikan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya; b upaya pemberian bantuan pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota, memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu untuk biaya sekolah; c adanya bantuan dana BOS yang telah dikelola dengan baik oleh Pemerintah daerah Pemda Propinsi Sumatera Barat pernah mendapatkan penghargaan atas suksesnya mengelola dana BOS tersebut; d terselenggaranya pelaksanaan pendidikan paket A, B dan C dengan baik oleh semua pihak yang terkait di Propinsi Sumatera Barat. Tabel 2.5 APK APM kabkota se Sumatera Barat No. Kabupaten kota APK APM SD SMP SMASMK SD SMP SMA SMK 1 Kabupaten Agam 103,96 95,15 84,07 96,62 81,46 70,70 2 Kabupaten Pasaman 108,47 75,22 51,52 93,60 59,09 39,08 3 Kabupaten Lima Puluh Kota 121,38 126,73 50,33 108,16 77,11 37,74 4 Kabupaten Solok 114,13 90,26 58,01 96,72 90,26 52,00 5 Kabupaten Padang 103,33 82,54 55,24 88,42 61,52 39,41 17 No. Kabupaten kota APK APM SD SMP SMASMK SD SMP SMA SMK Pariaman 6 Kabupaten Pesisir Selatan 123,48 99,60 75,02 98,94 99,60 70,11 7 Kabupaten Tanah Datar 104,00 91,28 74,62 94,71 72,52 61,92 8 Kabupaten Sijunjung 112,65 85,25 51,29 99,06 85,25 41,03 9 Kabupaten Kep. Mentawai 92,91 71,33 96,81 80,25 59,28 75,72 10 Kabupaten Solok Selatan 131,05 128,50 100,37 105,95 96,80 86,01 11 Kabupaten Dharmasraya 101,69 73,93 99,52 92,07 54,76 63,02 12 Kabupaten Pasaman Barat 108,41 100,77 73,78 99,99 94,46 69,68 13 Kota Bukittinggi 134,20 126,92 138,49 115,99 92,00 126,43 14 Kota Padang 120,00 103,43 83,25 100,00 65,99 75,00 15 Kota Padang Panjang 103,45 160,43 189,17 97,51 115,16 134,45 16 Kota Sawahlunto 115,98 101,99 78,57 101,08 71,66 74,41 17 Kota Solok 117,30 124,98 168,62 97,88 94,19 89,35 18 Kota Payakumbuh 134,85 123,32 134,60 119,28 104,46 102,62 19 Kota Pariaman 124,39 96,88 147,03 102,03 59,60 58,98 Sumatera Barat 108,64 96,65 86,49 94,15 75,58 67,33 d. Angka Partisipasi Sekolah, Rasio Ketersediaan Sekolah dan Rasio Guru Angka partisipasi sekolah menunjukkan perbandingan jumlah anak yang sekolah dengan jumlah anak usia sekolah, yang dihitung untuk pendidikan dasar, menengah selain itu juga perlu diketahui rasio ketersediaan sekolahjumlah penduduk usia sekolah dan rasio gurumurid. Upaya penguatan sumberdaya manusia terus dilakukan oleh pemerintah, salah satu cara yang ditempuh yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan anak sejak usia dini. Tabel berikut ini menggambarkan jumlah anak usia dini yang mengikuti pendidikan PAUD selama 5 tahun terakhir. Tabel 2.6 Pendidikan Anak Usia Dini PAUD No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Pendidikan Anak Usia Dini PAUD 63,26 63,15 na na Berdasarkan data pada tabel 7 diatas menunjukkan adanya penurunan jumlah anak usia dini yang mengikuti pendidikan non formal tersebut. Pada tahun 2009 berjumlah 61,91 anak yang mengikuti PAUD, namun pada tahun 2011 menurun menjadi 63,15, meskipun penurunan tersebut tidak terlalu besar jumlahnya. Penurunan ini disebabkan populasi anak usia dini juga menurun berkat keberhasilan program Keluarga Berencana KB. 18 Perkembangan aspek pendidikan dasar selama lima tahun menunjukkan adanya kecenderungan mengalami kenaikan, meskipun tidak terlalu drastis. Aspek pendidikan dasar ini meliputi angka partisipasi sekolah, rasio ketersediaan sekolahpenduduk usia sekolah, rasio gurumuridrata- rataperkelas. Gambaran secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tebel 2.7 Angka partisipasi sekolah, Rasio ketersediaan sekolahpenduduk usia sekolah, Rasio gurumurid rata-rata perkelas. No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka partisipasi sekolah BPS 98,24 98,10 98,38 99,45 2 Rasio ketersediaan sekolahpenduduk usia sekolah D. Pendidikan 0,36 0,49 0,50 0,53 Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah BPS selama lima tahun mengalami kenaikaan rata-rata 0,09 . Sesuai dengan data tersebut menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah capaiannya fluktuatif dan relatif kecil. Hal ini diperlukan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan BPS tersebut. Untuk rasio ketersediaan sekolahpenduduk usia sekolah hingga tahun 2013 mencapai 0,53 rasio ini lebih besar dibanding rasio tahun 2009 yang hanya 0,41. Keberhasilan peningkatan ini didukung oleh perhatian pemerintah yang cukup besar untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan sesudah pasca gempa bumi tahun 2009. Dengan demikian perlu upaya untuk membangun sekolah-sekolah khususnya untuk pendidikan dasar. Angka partisipasi sekolah pendidikan menengah; Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah; Rasio guru terhadap murid; dan Rasio guru terhadap murid rata-rata perkelas juga mengalami perubahan yang lebih baik. Data secara rinci disajikan pada tabel 8 berikut ini. Tabel 2.8 Angka partisipasi sekolah pendidikan menengah Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah, Rasio guru terhadap murid, Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka partisipasi sekolah APS SMP 89,51 89,64 90,79 99,11 2 Angka partisipasi sekolah APS SMA 65,65 68,12 71,38 - 3 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah APS 0,28 0,20 0,25 0,27 4 Rasio guru Bidang study terhadap murid 55 30 30 30 5 Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata 25 25 25 25 19 Angka partisipasi sekolah APS untuk tingkat SMP sesuai dengan data pada tabel 5 di atas cenderung mengalami perubahan kearah yang lebih baik lagi, untuk setiap tahunnya selama empat tahun tahun 2009- 2012. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aspirasi pendidikan bagi masyarakat. Untuk tingkat SMA APS-nya lebih rendah dibanding tingkat SMP yaitu71,38 pada tahun 2012. Pada masa yang akan datang perlu ditingkatkan lagi hingga batas capaian maksimal, baik tingkat SMP maupun SMA. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata juga sesuai dengan target yang direncanakan dalam MDGs. Yaitu 1:25. Pertanyaan kembali muncul apakah rasio tersebut merata untuk setiap daerah?. Apabila sudah berarti cukup ideal untuk saat ini, dalam MDGs ditargetkan 1:20 untuk tahun 2015 dan selanjutnya. e. Sarana Pendidikan Setiap tahun pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan fasilitas dan kondisi bangunan sekolah agar tetap layak untuk dipakai. Berikut ini data tentang kondisi bangunan untuk jenjang pendidikan SDMI. Tabel 2.9 Ruang kelas layak pakai jenjang pendidikan SDMI No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Sekolah pendidikan SDMI kondisi bangunan baik 55,70 66,77 68,1 69,78 2 Sekolah pendidikan SMPMTs dan SMASMKMA kondisi bangunan baik 90,58 70,00 75,42 85,38 Berdasarkan data pada tabel 9diatas menunjukkan adanya peningkatan setiap tahun tentang kondisi bangunan yang layak pakai untuk tingkat SDMI. Lain halnya kondisi bangunan untuk tingkat Sekolah pendidikan SMPMTs dan SMASMKMA justru terjadi perubahan yang fluktuatif, pada tahun 2009 hingga 2010 bangunan yang layak diatas 90 , namun tahun 2011 dan 2012 memprihatinkan hanya sekitar 70-75 dengan asumsi dana lebihdikonsentrasikan untuk membangun ruang kelas yang terkena gempa tahun 2009 sehingga rehabilitasi ruang kelas yang tidak gena gempa belum mendapatkan alokasi anggaran untuk direalisasikan.Untuk tahun 2013 ada peningkatan menjadi 85,38 jumlah bangunan yang layak pakai untuk pendidikan. Untuk masa yang akan datang perlu diupayakan agar jumlah bangunan sekolah yang layak pakai mencapai 100. Peningkatan fasilitas pendidikan yang cukup baik ini didukung oleh perhatiankebijakan pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana pembangunan yang mencukupi untuk perbaikanpembangunan gedung sekolah. 20 f. Angka Putus Sekolah dan Kelulusan Jumlah anak yang mengalami putus sekolah ternyata tidak banyak, umumnya di bawah 1 untuk semua jenjang pendidikan. Jumlah yang cukup tinggi adalah siswa pada jenjang SMASMKMA dibanding dengan tingkat SD dan SMP. Namun demikian sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 dapat ditekan hingga 0,89. Upaya ini perlu dilanjutkan agar tahun-tahun berikutnya tidak ada lagi anak putus sekolah untuk semua jenjang pendidikan. Tabel 2.10 Angka Putus Sekolah APS untuk SDMI, SMPMTs, dan SMASMKMA No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka Putus Sekolah APS SDMI 0,18 0,17 0,15 0,21 2 Angka Putus Sekolah APS SMPMTs 0,79 0,49 0,45 0,37 3 Angka Putus Sekolah APS SMASMKMA 1,97 0,87 0,88 0,89 Sumber : BPS Tahun 2014 Penurunan angka putus sekolah kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti keberhasilan Pemda menyalurkanmemanfaatkan dana BOS dalam hal ini Pemda Propinsi Sumatera Barat pernah menerima penghargaan dari pemerintah Pusat; keberhasilan melaksanakan wajib belajar 9 tahun, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, meningkatnya pembangunan infrastruktur sehingga mempermudah anak-anak untuk ke sekolah. Telah terjadi penurunan jumlah angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP rata-rata kurang dari 0,4. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a pemerintah telah berhasil melaksanakan wajib belajar 9 tahun, sebagai konsekuensinya siswa tidak dibebani biaya sekolah gratis; b meningkatnya pembangunan infrastruktur yang berdampak pada kemudahan- kemudahan bagi siswa untuk akses kesekolah. Untuk jenjang pendidikan SLTA justru bertambah jumlah angka putus sekolah meskipun kecil jumlahnya, kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti belum terlaksananya secara menyeluruh wajib belajar 12 tahun karena masih dalam taraf rintisan untuk sekolah negeri akibatnya orangtua siswa masih harus mananggung biaya pendidikan untuk sekolah anaknya, dan tidak semua orangtua mampu untuk itu. Angka kelulusan untuk semua jenjang pendidikan selama lima tahun tahun 2009-2013, cukup menggembirakan yaitu hampir semuanya di atas 95 . Ini berkat upaya SKPD terkait yang serius meningkatkan jumlah siswa yang lulus Ujian Nasional. Peningkatan kelulusan tersebut seharusnya tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi mestinya juga meningkat kualitasnya. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 9 berikut ini. 21 Tabel 2.11 Angka Kelulusan AL SDMI, Angka Kelulusan AL SMPMTs, Angka Kelulusan AL SMASMKMA No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka Kelulusan AL SDMI 99,80 99,53 96,72 97,99 2 Angka Kelulusan AL SMPMTs 94,20 95,15 97,56 99,06 3 Angka Kelulusan AL SMASMKMA 98,77 95,25 90,60 85,39 Angka kelulusan untuk tingkat SDMI selama lima tahun mendekati 100, hal ini merupakan suatu prestasi yang sangat bagus. Upaya ini perlu ditingkatkan agar mencapai angka 100 untuk semua jenjang pendidikan. Demikian pula untuk tingkat SMPMTs tidak jauh berbeda prestasinya dengan tingkat SDMI, bahkan pada tahun 2013 hampir 100 angka kelulusannya. Untuk jenjang SMASMKMA angka kelulusannya fluktuatif. Pada tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009 yaitu mencapai 98,77, namun tiga tahun berikutnya mengalami penurunan jumlah kelulusan dan tahun 2013 hanya 85,39, ini mengalami penurunan yang cukup drastis,disebabkan antara lain oleh adanya perubahan sistem pelaksanaan ujian soal dibuat bervariasi; meningkatnya standar kelulusan menjadi 5,5 namun tidak disertai dengan kesiapan siswa yang memadai untuk itu. g. Angka Melanjutkan Pendidikan Melihat data yang ada selama lima tahun tahun 2009-2013 secara umum dapat dikemukanan bahwa angka melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi cukup baik, rata-rata di atas 90 bagi anak- anak usia sekolah melanjutkan pendidikannya. Berikut ini disajikan data tetang jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi Tabel 2.12 Angka Melanjutkan AM dari SDMI ke SMPMTs, Angka Melanjutkan AM dari SMPMTs ke SMASMKMA No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Angka Melanjutkan AM dari SDMI ke SMPMTs 99,79 97,30 95,28 94,53 2 Angka Melanjutkan AM dari SMPMTs ke SMASMKMA 94,99 88,90 90,81 99,13 22 Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa angka melanjutkan AM dari SDMI ke SMPMTs untuk tiga tahun terakhir tahun 2011- 2013 mengalami penurunan, meskipun relatif kecil dan masih diatas 90- an persen. Artinya masih cukup banyak siswa yang berusaha melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan lama sekolah bagi penduduk di Indonesia. Angka Melanjutkan AM dari SMPMTs ke SMASMKMA juga mengalami perubahan untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2009 mencapai 95,30 lalu mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2011 yaitu 88,90, namun naik lagi jumlahnya hingga tahun 2013 mencapai 99,13, ini merupakan jumlah yang cukup besar. Meningkatnya angka melanjutkan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kebijakan Pemda. Propinsi Sumatera Barat memberikan bantuan beasiswa, meningkatnya ekonomi masyarakat sehingga mampu membiayai pendidikan anak- anaknya; meningkatnya daya tampung sekolah sekolah Negeri dan swasta karena keberhasilan pembangunan fisik sekolah. Untuk masa yang akan datang perlu ditingkatkan hingga 100 sehingga lama sekolah bagi penduduk Indonesia lebih tinggi lagi. Hingga tahun 2013 sudah mencapai 10,05. h. Guru yang memenuhi kualifikasi S1D-IV Upaya peningkatan jumlah guru yang berkualifikasi S1D-IV terus diupayakan dengan memberikan bantuan biaya untuk melanjutkan studi bagi guru-guru yang belum S1D-IV, bahkan hingga jenjang pendidikan S2 dan S3. Upaya tersebut cukup berhasil dengan ditandai naiknya jumlah guru yang berkualifikasi S1D-IV terutama untuk guru SD. Percepatan peningkatan kualifikasi guru ini di samping adanya kebijakan secara nasional untuk standar pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, juga di dukung adanya pemberian bantuan biaya oleh Pemda KabupatenKota serta adanya kemudahan untuk izin belajar dari pihak terkait. Data secara rinci disajikan pada tabel 13 berikut ini. Tabel 2.13 Guru yang memenuhi kualifikasi S1D-IV No Guru Persentase Guru dengan Tingkat Pendidikan S1D-IV 2010 2011 2012 1 Guru SD 20,00 31,59 31,80 2 Guru SMP 86,63 90,50 90,50 3 Guru SMA 91,01 92,61 92,61 4 Guru SMK 91,01 91,95 92,95 23 i. Indek Pembangunan Manusia Propinsi Sumatera Barat Selama 4 tahun terakhir indek pembangunan manusia IPM di Propinsi Sumatera Barat mengalami kenaikan yang cukup berarti,disebabkan oleh beberapa faktor seperti a meningkatnya lama sekolah, b meningkatnya jumlah masyarakat yang melek huruf, dan 3 meningkatnya angka harapan hidup. Upaya pemerintah daerah memberikan bantuan kepada keluarga miskin untuk sekolah anaknya berkontribusi meningkatnya lama sekolah, upaya mengintensifkan paket belajar A, B, dan C berkontribusi pada menurunnya jumlah masyarakat yang buta aksara, dan pelayanan kesehatan yang makin baik, sosialisasi hidup sehat juga memberikan dampak pada meningkatnya angka harapan hidup masyarakat. Kriteria IPM diukur atas dasar 3 aspek yaitu 1 hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran; 2 pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar , menengah ; 3 standard kehidupan yang layak. Data lebih rinci dapat disampaikan pada tabel berikut ini. Tabel 2.14 Indek Pembangunan Manusia Propinsi Sumatera Barat No Indikator Capaian Tahun 2010 2011 2012 2013 1 Indek pembangunan Manusia IPM 73,78 74,24 74,70 75,01 Posisi IPM Propinsi Sumatera Barat yaitu 75,01, ternyata masih rendah dibanding dengan Propinsi Riau yaitu 77,25 dan Propinsi Sumatera Utara 75,55, namun lebih tinggi dibanding dengan Propinsi Bengkulu yaitu 74,41 dan Propinsi Jambi sebesar 74,35. Untuk melihat sebaran IPM kabkota se Sumatera Barat lihat Tabel berikut : Tabel 2.15 Indeks Pembangunan Manusia IPMmenurut KabupatenKota Tahun 1910-2013 Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 Kabupaten 01. Kep. Mentawai 68.75 69.06 69.26 69.72 02. Pesisir Selatan 71.15 71.77 72.43 72.98 03. S o l o k 70.93 71.73 72.15 72.46 04. Sijunjung 70.92 71.40 71.80 72.15 05.Tanah Datar 74.00 74.58 75.00 75.29 06. Padang Pariaman 71.45 71.98 72.53 72.93 07. A g a m 73.28 73.74 74.11 74.50 08. Lima Puluh Kota 71.22 71.78 72.24 72.54 09. P a s a m a n 72.71 73.19 73.78 74.10 24 Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 10. Solok Selatan 68.98 69.34 69.69 70.23 11. Dharmasraya 69.13 69.89 70.25 70.52 12. Pasaman Barat 70.18 70.62 71.07 71.39 Kota 1. P a d a n g 77.81 78.15 78.55 78.82 2. S o l o k 75.65 76.04 76.54 76.85 3. Sawahlunto 74.96 75.41 75.87 76.11 4. Padang Panjang 77.45 78.12 78.51 78.81 5. Bukittinggi 78.26 78.73 79.07 79.29 6. Payakumbuh 75.81 76.29 76.76 76.99 7. Pariaman 74.46 74.89 75.23 75.46 Sumatera Barat 73.78

74.28 74.70