Pendidikan berkarakter. Pengembangan KONDISI SAAT INI DAN ISU STRATEGIS

170 diterapkan untuk anak-anak normal. Mereka memerlukan metode dan teknik pembelajaran yang khusus. Kedua anak luar plus yaitu anak-anak yang memiliki kemampuan khususlebih tinggi disbanding dengan ana-anak normal biasa, seperti anak yang sangat cerdas, geneus, indigo, dll. Potensi yang hebat tersebut tidak bisa berkembang secara optimal bilamana mereka diberi fasilitas pembelajaran yang kapasitasnya hanya untuk anak-anak normal dan cerdas saja. Akibatnya di Sumatera Barat khusunya dan Indonesia pada umumnya sulit menemukan orang-orang yang luar biasa hebatnya, pada hal ada 0,5 anak yang memiliki potensi yang begitu hebat. Dalam media masa pernah kita mendengar danatau melihat anak yang remaja yang menguasai banyak bahasa asing dan menguncapkannya secara lancar, hafiz Al‟Quran pada hal usianya masih sangat mudakecil, hebat dalam matematika, dsb. Namun anak-anak seperti itu belumtidak mendapatkan pembinaanpendidikan secara khusus, akibatnya kita tidak dapat memberdayakan anak-anakorang-orang yang hebat tersebut untuk kemajuan bangsa. Berkaitan dengan perosalan tersebut kita perlu memikirkan dan mengembangkan pendidikan untuk anak-anak luar biasa tersebut.

f. Pendidikan berkarakter.

Dibagian terdahulu telah disinggung tentang pentingnya pendidikan karakter, namun secara khusus perlu dikaji lebih dalam lagi persoalan ini. Secara nasional masalah pendidikan karakter telah menjadi perhatian yang serius hal ini dibuktikan dengan dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum 2013. Persoalannya adalah belum semua pihak yang terkait memahami dengan baik bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran. Bagaimana mengukur dan mengevaluasi bahwa pendidikan karakter yang dilakukan itu telah berhasil; bagaimana perubahan karakter yang sudah baik itu dapat dipertahankan dan diamalkan dalam kehidupanya sehari-hari. Di bagian awal telah dikemukakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tetapi peran pihak keluarga, dan masyarakat tidak bisa diabaikan, karena seorang anak selalu beradahidup dalam tiga lingkungan tersebut. Pendidikan karakter juga perlu dilakukan dalam seting pendidikan informal, non formal, dan formal. Format pendidikan karakter untuk pemuda dan anggota masyarakat yang tidak terjangkau dalam pendidikan formal dan non formal juga belum ada model yang jelas.

g. Pengembangan

budaya baca dan pembinaan perpustakaan. Upaya mencerdaskan masyarakat tidak akan terlepas dari membiasakannya untuk gemar membaca, dan membaca menjadikan kebutuhan dalam hidupnya. Banyak hal yang diperoleh melalui membaca, 171 dari hasil bacaannya itu orang akan berinovasi, mengembangkan kreativitasnya, dan banyak bisa dilakukan untuk kemajuan hidupnya. Minat alami masyarakat gemar membaca seharusnya mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah daerah tingkat propinsi, kabupaten, dan kota, dengan menyediakan fasilitas yang mudah di akses oleh masyarakat. Perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah daerah perlu bersinergi dengan perpustakaan yang ada di lembaga-lembaga pendidikan. Perpustakaan daerah mestinya menjadi sumber pusat kajian berbagai bidang ilmu, kajian budaya, oleh karena itu perlu menyediakan informasi yang cukup lengkap khususnya tentang budaya daerahdan dikelola secara modern dengan teknologi yang canggih.

2. KESEHATAN

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 2010 –2014 telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk pembangunan kedepan masih terdapat persoalan dan tantangan dari berbagai aspek yang dihadapi.Permasalahan pembangunan merupakan suatu kondisi yang masih perlu ditingkatkan atau dikembangkan karena hasilnya belum optimal. Pada bagian atau tahap perumusan isu-isu strategis, permasalahan-permasalahan pembangunan prioritas saja yang menjadi agenda utama rencana pembangunan daerah dalam 5 lima tahun kedepan. Permasalahan utama dalam bidang kesehatan adalah: 1. Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta Gizi lebih yang semakin meningkat dan terjadi Penyebaran beberapa penyakit menular multiple burden of desease diluar sasaran MDGs 2015, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain new emerging dan re-emerging serta kejadian luar biasa yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan, 2. Sistem Kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah sarana pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di kabupatenkota. Disamping itu kualitas SDM yang juga dirasakan masih belum optimal 3. Sistem pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif dan preventif, hal ini terlihat dari proporsi anggaran lebih tinggi untuk kuratif, 4. Belum optimalnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di Masyarakat, 5. Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standard dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang prima; 172 6. Belum optimalnya aspek Regulasi dan Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung manajemen kesehatan; 7. Pembiayaan Kesehatan seluruh KabupatenKota yang masih dibawah amanat Undang-Undang Kesehatan belum mencapai 10 .

3. KEMISKINAN

Isu-isu strategis yang terkait dengan kemiskinan di Sumatera Barat adalah a. Belum sinerginya pemerintah provinsi, kota dan kabupaten dalam pengentasan kemiskinan sehingga program yang dilaksanakan oleh kota dan kabupaten sering tidak saling memperkuat dengan program provinsi. Terutama untuk program lintas kota dan kabupaten. Karena itu perlu memperkuat kebijakan dan sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam pengentasan kemiskinan dan pengembangan insfrastruktur ekonomi dan pelayanan publik, terutama untuk mengentaskan kabupaten tertinggal yang masih ada di Sumatera Barat. b. Isu kemiskinan tidak terlepas dari masalah ketenagakerjaan. Penduduk miskin pada umumnya merupakan mereka yang tersingkir dari persaingan dunia kerja, karena tidak memiliki kemampuan dan skill yang mampu untuk berkompetisi. Karena itu pembukaan lapangan pekerjaan dan pelatihakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh penduduk miskin perlu ditingkatkan untuk mendorong TPAK serta mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk berkompetisi dalam dunia kerja. c. Selanjutnya isu yang terkait dengan kemiskinan adalah Penyediaan perumahan dan bantuan bahan makan untuk masyarakat miskin. Hal ini sangat penting diperhatikan terutama bagi penduduk yang benar- benar miskin yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi dan bekerja. Karena jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan munculnya masalah sosial seperti gepeng dan pengemis. d. Masih banyak penduduk miskin yang belum terdata dengan baik, sehingga program pengentasan kemiskinan tidak mencapai sasaran. e. Perlu didorong peranan UMKM dalam pengentasan kemiskinan, karena UMKM pada umumnya UMKM berada dan berinteraksi dengan penduduk miskin. Sehingga peningkatan kegiatan dan usaha UMKM secara otomatis akan berdampak positif terhadap masyarakat miskin disekitarnya. 4. AGAMA Isu-isu trategis adalah : a. Mewujudkan kehidupan agama dan budaya berdasarkan filosofi ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” 173 b. Dijadikan sebagai persyaratan utama untuk dapat mewujudkan masyarakat yang agamais dan berbudaya. Landasan filosofis ini sudah dimiliki sejak lama, sehingga kedepan perlu terus dipelihara dan diterapkan dalam tata kehidupan masyarakat. c. Penampakan nilai-nilai agama dan budaya bagi masyarakat melalui simbul-simbul agama dan budaya berdasar filosofis abs sbk. Untuk merealisasikan isu tersebut maka isu-isu strategis adalah sebagai berikut : a. Peningkatan kualitas Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 telah dirumuskan 4 empat program dan tetap dilanjutkan tahun 2011-2014 untuk prioritas pembangunan peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Ke empat program tersebut diimplementasikan di dalam program-program RKPD tahun 2011-2014, yaitu ; 1. Program peningkatan pelayanan kehidupan beragama. 2. Program peningkatan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan. 3. Program peningkatan pendidikan agama dan keagamaan. 4. Program peningkatan kerukunan umat beragama. Maka tahun 2014 -2019 upaya ini harus dilanjutkan.Khusus pada poin 2 seharusnya diutamakan kepada anggota DPRD tingkat I dan II dalam bentuk workshop dan FGD. Dalam melaksanakan empat program di atas maka upaya dimplementasi dalam kegiatan sebagai berikut : 1 Memberikan ruang gerak yang luas terhadap hasrat umat beragama untuk mengamalkan ajaran agama dengan mempertimbangkan lingkungan sosial budaya masyarakat, 2 Meningkatnya dukungan bagi peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan agama, 3 Meningkatnya pengembangan upaya-upaya persuasif dan dialogis dalam menjembatani perbedaan baik dalam satu agama maupun antar agama, 4 Meningkatnya toleransi antar paham keagamaan yang dapat menciptakan kebersatuan dan kebersamaan umat yang harmonis, dan dapat mengembalikannya kepada pemah aman agama yang standar dan universal yaitu Al Qur‟an dan Hadist; 5 Mulai terarahnya pembangunan keagamaan secara berimbang antara orientasi pembangunan fisik dengan orientasi pencerdasan dan perbaikan kualitas dan kapasitas manusia melalui penguatan fungsi pusat ibadah yang komprehensif; dan 6 Meningkatnya pengkajian dan mengembangkan produk hukum daerah untuk peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama. 7 Penampakan nilai-nilai agama dan budaya melalui simbul-simbul kedua hal tersebut dalam bentuk papanisasi arab melayu di setiap lambang kantor instansi pemeintah dan non pemerintah. 174 b. Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 dan dilanjutkan tahun 2011 – 2015 telah dirumuskan 8 delapan dan tetap rumusan ini menjadi kebijakan tahun 2015-2019 untuk prioritas pembangunan peningkatan apresiasi seni dan budaya daerah, yaitu ;1. Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya, 2 Pengembangan Nilai Budaya, 3 Pengelolaan Keragaman Budaya, 4 Pengelolaan Keragaman Budaya Lokal, 5 Pengembangan Produk Wisata Budaya, 6 Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Adat, 7. Pengelolaan Kekayaan Budaya dan 8 Pengelolaan Keragaman Budaya. Isu-isu strategis dalam hal pencapaiannya Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah. Upaya- upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : 1 Mengembangkan kehidupan budaya menuju suatu peradaban yang bermartabat dan dilandasi moralitas yang tinggi; 2 Memupuk rasa percaya diri serta mengembangkan identitas budaya di tengah keragaman masyarakat daerah, nasional dan global; 3 Memupuk rasa solidaritas sosial serta mengembangkan toleransi terhadap perbedaan budaya sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kerukunan; 4 Mengembangkan pendidikan budaya mulai sejak usia dini dengan mendorong tumbuhnya partisipasi yang luas dalam masyarakat; 5 Mengembangkan kreatifitas budaya, baik yang bersifat kelompok maupun individu; 6 Mengembangkan iklim dan suasana kehidupan seni dan budaya yang kondusif, baik secara individual maupun komunal dan institusional; dan 7 Mengembangkan kelembagaan masyarakat adat dan meningkatkan peran ulama, ninik mamak dan cendikiawan dalam penerapan nilai-nilai adat, seni dan budaya. c. Pencegahan dan Pemberantasan Perbuatan maksiat Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yang juga rumusan 2011 – 2014 dan dilanjutkan tahun 2015-2019 telah dirumuskan 4 empat program untuk prioritas pembangunan pencegahan dan pemberantasan maksiat sebagaimana sebagai berikut; 1 Peningkatan Koordiasi Penanganan Perbuatan Maksiat, 2 Penyediaan Sistem Pendukung Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 3 Penataan Peraturan dan Kebijakan Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 4 Peningkatan Penghayatan dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Perbuatan Maksiat. Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran kinerja pencegahan dan pemberantasan perbuatan maksiat. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : 1 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap akibat perbuatan maksiat sehingga pada akhirnya 175 dapat menolak sendiri dan menghindari perbuatan maksiat secara mandiri; 2 Membangun “immunitas budaya” masyarakat, yang merupakan suatu mekanisme internal masyarakat dalam menyaring dan menyeleksi serbuan budaya asing ke tengah masyarakat Sumatera Barat; 3 Memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap jati diri sebagai masyarakat Minangkabau yang berbudaya, bersih dari pengaruh negatif globalisasi dan perubahan zaman; dan 4 Meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait dengan pemberantasan perbuatan maksiat, sehingga tercipta keterpaduan program yang lebih terarah, berdaya guna dan berhasil guna.

5. KEBUDAYAAN

a. Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 dan dilanjutkan tahun 2011 – 2015 telah dirumuskan 8 delapan dan tetap rumusan ini menjadi kebijakan tahun 2015-2019 untuk prioritas pembangunan peningkatan apresiasi seni dan budaya daerah, yaitu ;1. Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya, 2 Pengembangan Nilai Budaya, 3 Pengelolaan Keragaman Budaya, 4 Pengelolaan Keragaman Budaya Lokal, 5 Pengembangan Produk Wisata Budaya, 6 Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Adat, 7. Pengelolaan Kekayaan Budaya dan 8 Pengelolaan Keragaman Budaya. Isu-isu strategis dalam hal pencapaiannya Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah. Upaya- upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : 1 Mengembangkan kehidupan budaya menuju suatu peradaban yang bermartabat dan dilandasi moralitas yang tinggi; 2 Memupuk rasa percaya diri serta mengembangkan identitas budaya di tengah keragaman masyarakat daerah, nasional dan global; 3 Memupuk rasa solidaritas sosial serta mengembangkan toleransi terhadap perbedaan budaya sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kerukunan; 4 Mengembangkan pendidikan budaya mulai sejak usia dini dengan mendorong tumbuhnya partisipasi yang luas dalam masyarakat; 5 Mengembangkan kreatifitas budaya, baik yang bersifat kelompok maupun individu; 6 Mengembangkan iklim dan suasana kehidupan seni dan budaya yang kondusif, baik secara individual maupun komunal dan institusional; dan 7 Mengembangkan kelembagaan masyarakat adat dan meningkatkan peran ulama, ninik mamak dan cendikiawan dalam penerapan nilai-nilai adat, seni dan budaya. Selain aspek di atas isu-isu menghadapi RPJMD 2015-2019 adalah mengoptimalnya peran serta tokoh masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan Sumbar sebagai pusat ABS SBK terutama dalam bidang seni budayanya, menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk tranformasi nilai-nilai budaya dalam 176 kehidupan keseharian dan menampakan nilai-nilai budaya dalam masyarakat melalui papanisasi yang bernuansa nilai-nilai agama dan budaya Minangkabau. b. Pencegahan dan Pemberantasan Perbuatan maksiat Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yang juga rumusan 2011 – 2014 dan dilanjutkan tahun 2015-2019 telah dirumuskan 4 empat program untuk prioritas pembangunan pencegahan dan pemberantasan maksiat sebagaimana sebagai berikut; 1 Peningkatan Koordiasi Penanganan Perbuatan Maksiat, 2 Penyediaan Sistem Pendukung Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 3 Penataan Peraturan dan Kebijakan Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 4 Peningkatan Penghayatan dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Perbuatan Maksiat dan 6 pada RPJMD 2014-2019 adalah melibatkan berbagai komponen dalam pendidikan masyarakat secara formal, informal dan non formal. Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran kinerja pencegahan dan pemberantasan perbuatan maksiat. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : 1 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap akibat perbuatan maksiat sehingga pada akhirnya dapat menolak sendiri dan menghindari perbuatan maksiat secara mandiri; 2 Membangun “immunitas budaya” masyarakat, yang merupakan suatu mekanisme internal masyarakat dalam menyaring dan menyeleksi serbuan budaya asing ke tengah masyarakat Sumatera Barat; 3 Memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap jati diri sebagai masyarakat Minangkabau yang berbudaya, bersih dari pengaruh negatif globalisasi dan perubahan zaman; dan 4 Meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait dengan pemberantasan perbuatan maksiat, sehingga tercipta keterpaduan program yang lebih terarah, berdaya guna dan berhasil guna dan 5 membekali tokoh agama, adat, bundo kandung dan pemuda dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap pekat tersebut. 177

6. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

Perencanaan dan penganggaran di Propinsi Sumatera Barat masih belum responsive gender dan belum berbasis pada pemenuhan hak anak. Hal ini terlihat dari minimnya keterlibatan perempuan dan anak dalam proses perencanaan pembangunan mulai dari tingkat nagari sampai dengan tingkat provinsi, sehingga kebutuhan-kebutuhan spesifik perempuan dan anak belum semuanya terakomodir dalam program- program pembangunan. Disamping itu pemenuhan hak dan perlindungan perempuan dan anak masih rendah.Penanganan korban kekerasan yang dilakukan ditingkat masyarakat dan di pelayanan lainnya masih tidak terekam dengan baik, sehingga diyakini masih lebih banyak lagi anak dan perempuan korban kekerasan yang tidak terdeteksi.

7. KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

KKBPK Issu-issu strategis dalam KB dan KS yaitu Jumlah Penduduk yang masih diatas proyeksi. Dimana penduduk Sumbar bertambah 1,34 pertahun dengan laju pertumbuhan penduduk yang sama, dalam 30 tahun kedepan penduduk Sumbar akan bertambah DUA KALI LIPAT. Selanjutnya TFR yang masih tinggi. Dimana TFR Sumatera Barat berdasarkan SDKI tahun 2010 sudah mengalami penurunan yaitu menjadi 2,8 namun masih jauh dari target 2,1. Kecenderungan menurunnya usia kawin pertama wanita dan meningkatnya AngkaKelahiran Menurut Umur Age Specific Fertility Rate ASFR 15-19 tahun. Dibdang pembangunan keluarga masih rendahnya partisipasi orang tua dalam program pengasuhan anak balita, remaja dan lansia. 2.2.2. Ekonomi Isu-isu yang terkait dengan Ekonomi Makro daerah Sumatera Barat adalah: a. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dilihat dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh pertumbuhan pengeluaran masyarakat. Kemudian dilihat dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi didominasi oleh dua sektor yaitu sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komuikasi. Dengan demikian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tidak bisa dilepas dari faktor-faktor tersebut. b. Harga BBM dan harga komoditi pangan strategis menjadi isu strategis bagi pemerintah Sumatera Barat dalam upaya menstabilkan harga untuk mencegah tingginya inflasi. Karena diyakini kedua faktor tersebut akan menjadi sangat dominan dalam mendorong dan 178 berkurangnya inflasi yang terjadi di Sumatera Barat, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap rendahnya daya beli masyarakat. c. Masih rendahnya Pendapatan perkapita penduduk Sumatera Barat dibanding dengan pendapatan nasional serta tidak terpenuhinya target yang telah ditetapkan dalam RPJM selama tahun 2010-2013, manjadi isu strategisbagi pemerintah dalam upaya untuk mendorong perekonomian yang lebih baik. Terutama dalam mendorong usaha- usaha skala kecil dan menengah UMKM yang mendominasi perekonomian Sumatera Barat. d. Trend ketimpangan pendapatan yang terus meningkat setiap tahun menjadi isu strategis bagi pemerintah daerah Sumatera Barat, perlu kebijakan dan program yang jelas untuk mengatasi masalah tersebut. 1. PENANAMAN MODAL Banyak potensi investasi yang belum mampu dimanfaatkan secara optimal di Sumatera Barat. Bukan hanya potensi sumberdaya alamnya, seperti energi panas bumi, pertambangan, dan pariwisata, tetapi juga potensi SDM dan kuliner. Sangat menyedihkan jika kerupuk Sanjai Singkong dalam bentuk potongan kecil di ekspor oleh Pengusaha Bandung Jawa Barat. Sehari-hari banyak makanan kecil didatangkan dari Medan. Walaupun produk sejenis sudah dihasilkan di Sumatera Barat sejak dahulu kala. Sampai-sampai Rendang pun di Patenkan oleh Malaysia. Semuanya itu harus diupayakan, bagaimana makanan kuliner asli Minangkabau menjadi makanan khas dan bisa dipasarkan dibanyak Negara di Dunia. Meskipun perekonomian daerah menampakkan berbagai kemajuan, namun masih diperlukan berbagai upaya untuk mendorong kegiatan ekonomi lima tahun mendatang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja perekonomian daerah, strategi dalam urusan penanaman modal ditempuh melalui peningkatan investasi serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan investasi dan dunia usaha. Disamping itu, bagaimana mendorong peningkatan masuknya arus investasi yang mengarah kepada upaya kegiatan di bidang pengembangan industri pengolahan yang berbasiskan sumberdaya alam. Beberapa isu-isu strategis penanaman modal Provinsi Sumatera Barat, antara lain masalah perijinan karena masih ditemui kesulitan untuk menggalang upaya koordinasi yang sinergis dengan para stakeholder investasi, mengingat banyaknya kepentingan dan belum dilandasi semangat kebersamaan untuk pengembangan investasi sehingga Kepastian hukum dan usaha belum optimalyang berdampak terhadap minat investor untuk menanamkan investasi di Provinsi Sumatera Barat. 179 Kordinasi antar instansi penanaman modal provinsi dan kotakabupaten di Sumatera Barat belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak Kotakabupaten yang belum mempunyai RUPM. Bahkan, kalau sudah membuatnya, RUPM tersebut juga tidak sejalan dengan RUPM Provinsi. Di samping itu, belum optimalnya promosi terhadap potensi dan peluang investasi daerah, baik dalam penyediaan media promosi, kerjasama promosi, maupun strategi pemasaran investasi, serta belum terpadunya sistem informasi penanaman modal Provinsi Sumatera Barat dengan KotaKabupaten di Sumatera Barat. Tidak kalah pentingnya masalah birokrasi perijinan, di mana belum semua perizinan ditangani oleh KPPT, karena sebagian perijinan masih ditangani oleh dinasinstansi terkait. Provinsi Sumatera Barat sampai saat ini masih menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana investasi masih menjadi kendala yang cukup serius sebagai upaya menarik minat investor untuk mau menanamkan modalnya di Provinsi Sumatera Barat. Dmikian juga keterbatasan jumlah dan kemampuan personel yang menangani bidang penanaman modal. 2. KUKM Berdasarkan tantangan dan Hambatan yang diuraikan di atas, maka isu-isu dalam pengembangan Koperasi dan UKM adalah: a. Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif Bagi Usaha Koperasi dan UKM b. Peningkatan Akses kepada Sumberdaya Produktif c. Pengembangan Produk dan Pemasaran KUKM d. Peningkatan Daya Saing SDM Koperasi dan UKM e. Penguatan peranan Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanianperkebunanpeternakanperikanan.

3. KETENAGAKERJAAN

Isu –isu strategis yang terkait dengan masalah Ketenagakerjaan di Sumatera Barat yaitu: 1. Partisipasi angkatan kerja yang masih rendah di Sumatera Barat. Kondisi ini menunjukkanmasih rendahnya kualitas SDM yang miliki Sumatera Barat dan sedikitnya lowongan kerja yang ada. Karena itu perlu ditingkatkan program dan kebijakan dari pemerintah untuk menciptakan wirausaha baru sesuai dengan potensi SDM yang dimiliki oleh daerah 2. Sektor maritim kelautan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai motor penggerak ekonomi sekaligus dalam 180 menyerap tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan kondisi Sumatera Barat yang memiliki jumlah nelayan yang banyak tetapi belum memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap daerah dan kesejahteraan masyarakat nelayan. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang menjadi sektor maritim sebagai sektor andalan dalam menggerakan perekonomian daerah dan nasional. 3. Perlu dokumen profil tenaga kerja yang baik untuk melihat potensi dan kualitas SDM yang dimiliki oleh pemerintah kota dan kabupaten. 4. Pemerintah perlu berkoordinasi dan bersinergi dengan pihak perantau dalam penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas SDM Sumatera Barat.

4. PERTANIAN

Kegiatan pertanian masih merupakan usaha penting yang menguasai sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat Sumatera Barat, terutama di daerah pedesaan. Pengembangan kegiatan pertanian ini tentunya sangat tergantung pada ketersediaan lahan sebagai faktor produksi utama. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa jumlah lahan yang tersedia di Sumatera Barat ternyata sangat terbatas karena banyaknya lahan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan sebagian daerah berbukit-bukit serta pemilikan lahan rata-rata untuk setiap keluarga yang relatif terbata atau kurang layak untuk dikelola secara bisnis individual. Dengan kondisi tersebut, arah pengembangan pertanian yang diinginkan adalah dalam bentuk kawasan-kawasan sentra pertanian modern dan agribisnis maju yang meliputi juga kegiatan pengolahan hasil agro-industri dan pemasaran, baik dalam maupun luar negeri. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD 2005-2025 yang diarahkan kepada mewujudkan perekonomian yang produktif dan mampu bersaing di dunia global, maka strategi pembangunan pertanian adalah meningkatkan usaha pertanian moderen dan agribisnis yang maju. Hal ini terkait dengan Pengembangan industri pengolahan Produk unggulan pertanian yang mendatangkan aliran keuntungan kepada masyarakat petani. Untuk itu prinsip dasar dalam mengembangkan pertanian adalah prinsip keberlanjutan. Keberlanjutan social ekonomi social economic sustainability, keberlanjutan kelembagaan, keberlanjutan lingkungan dan fiscal. strategi ini harus menemukan cara yang paling tepat untuk mengirimkan aliran benefit kepada masyarakat pedesaan sebagai produsen produk pertanian unggulan, sehingga mampu memperbaiki kesejahteraan ekonomi pada kelompok masyarakat petani pedesaan. Untuk itu prioritas pembangunan daerah dalam menuju terwujudnya pertanian modern adalah pada peningkatan kualitas sumberdaya teknis yang terlibat dalam pengembangan pertanian dan 181 agribisinis melalui pelaksanaan latihan teknis dan pendidikan lebih lanjut, peningkatan pemanfaatan teknologi pertanian yang lebih tinggi melalui pengembangan balai-balai penelitian pertanian dan Holtikultura. Untuk medorong pertumbuhan kegiatan pertanian, keberlanjutan pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan serta pengembangan berbagai AgrocityAgropolitan secara tersebar di pelosok daerah yang sejalan dengan upaya sistematis dalam membuka permintaan peluang pasar terhadap produk yang dihasilkan. Berdasarkan analisis terhadap kondisi pertanian sekarang, identifikasi permasalahan, tugas dan fungsi pelayanan berbagai SKPD terkait Pertanian Propinsi Sumatera Barat, dikemukakan factor kunci keberhasilan pembangunan pertanian seperti pada BAB II. Dari hasil identifikasi tersebut, maka isu umum pembangunan pertanian adalah: Penguatan Pembangunan Pertanian pangan dan hortikultura, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan secara berkelanjutan dengan pendekatan agribisnis yang berbasis kawasan dan komoditi unggulan. Isu umum pembangunan pertanian tersebut adalah Peningkatan kesejahteraan petani dan secara rinci adalah sebagai berikut: a. Peningkatan produksi, populasi dan produktivitas pertanian umumnya b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani serta penyuluhan c. Peningkatan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan, d. Peningkatan akses pemasaran hasil pertanian dan akses permodalan petani e. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian Membangun jaringan irigasi dan jalan produksi, Pengembangan teknologi yang berwawasan lingkungan. f. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi perikanan dan kemaritiman, Pertanian pangan dan hortikultura, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan. g. Meningkatkan Peran Swasta dalam Pembangunan Pertanian pangan dan hortikultura, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan. h. Peningkatan perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan i. Optimalisasi pengembangan komoditas unggulan berbasis kawasan

j. Peningkatan akses akses permodalan petani dan inovasi teknik