Al-Maqamat Al-Ahwal Post MODUL PLPG AA

19 Dari beragam teori seperti yang disebutkan diatas, teori keempatlah yang banyak diterima sebagai asal kata sufi. Untuk memperkuat argumen ini, berikut akan dianalisis masing-masing asal kata tersebut. a. Dari segi niat maupun tujuan setiap ibadah kaum sufi, jelas bahwa hal itu tidak terlepas dari niat suci untuk membersihkan jiwa dan mengabdi kepada Allah. Dari segi inilah sehingga ada teori yang menyebut bahwa kata tasawuf berakar pada kata safa. Menurut Mir Valiudin, jika teori ini diterima, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi safawi. b. Sufi dikatakan berasal dari kata saff karena kaum sufi berada pada baris pertama didepan Allah. Hal tersebut dilator belakangi oleh besarnya keinginan dan kecenderungan hati mereka terhadap Allah serta tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka dihadapan-Nya. Menurut Mir Valiudin, jika dilihat dari segi ini, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi saffi. c. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah. Karena dihubungkan dengan suatu tempat di Masjid Nabawai. Tempat tersebut didiamai sekelompok sahabat dan sangat miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal, terkenal dengan ahl al-suffah. Mereka adalah orang-orang yang menyiapkan diri untuk berjihad berdakwah serta meninggalkan segala usaha yang bersifat duniawi. Namun Mir Vauddin kembali menyanggah bahwa jika teori ini diterima, maka bentuk yang tepat adalah suffi, bukan sufi. d. Sebagai sarjana Eropa menyatakan bahwa kata sufi dari kata sophos Yunani, dalam pengertian sebagaimana pada kata teoshopy. teoshopy. Yang berarti “kebijaksanaan”. Menurut Ibrahim Basyuni, pendapat ini kurang tepat, karena huruf sugma Yunani yang diarabkan, semuanya diteransliterasikan dengan huruf sin س bukan dengan huruf sad ص . Jadi, kata sufi berasal dari kata Yunani, maka ia akan ditulis فوس ي bukan يفوص e. Ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, karena kaum sufi tidak memakai pakaian halus dan indah, melainkan mereka hanya menggunakan pakaian untuk menutupi ketelanjangannya dari kain yang kasar. Menurut al-Kalabadi. Jika akar kata ini dapat diterima, maka ia tepat menurut gramatika bahasa Arab, sekaligus melingkupi semua makna yang disebutkan sebelumnya.

2. Al-Maqamat

Sufi yang pertama kali membahas masalah jenjang perjalanan menuju kedekatan dengan Tuhan al-Makamat adalah al-Haris ibn Asad al-Muhasibi w.243 H, kemudian diikuti al-Surri al- Saqati w.257 H, kemudian diteruskan oleh Abu Sa’id al-Kharraz w.277 H. Adapun jenjang perjalanan yang dimaksud, para ulama tidak sepakat. Namun, secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Al-Taubah b. Al-Zuhd 20 c. Al-Wara d. Al-Faqr e. Al-Tawakkal f. Al-Sabr g. Al-Rida

3. Al-Ahwal

Al-Ahwal adalah jamak dari kata al-hal, yang oleh kaum sufi diartikan sebagai situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah. Datangnya situasi dan kondisi seper ti ini tidak menentu, terkadang datang dan perginya berlangsung secara cepat lawaih, dan terkadang pula dalam tempo yang cukup panjang dan lama bawadih. Jika kondisi kejiwaan itu telah menjadi kepribadian, maka itulah yang disebut al-ahwal. Pada prinsipnya, al-ahwal adalah manifestasi dari al-maqamat yang dilalui sebelunya. Al- maqamat adalah tingkatan pelatihan dalam membina sikap hidup dan hasilnya dapat dilihat dari perilaku seseorang. Sedangkan kondisi al-ahwal bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dengan mata, tetapi hanya dirasakan dan dipahami oleh orang yang mengalaminya. Sebagaimana halnya dengan al-maqamat, para ulama juga berbeda pendapat tentang jumlah dan formasi al-ahwal. Namun yang terpenting dan paling banyak penganutnya meliputi enam formasi, yaitu: a. Al-Maraqabah b. Al-Khauf c. Al-Raja d. Al-Tuma’ninah e. Al-Musyahadah f. Al-Yaqin Rangkuman 1. Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis dan mempunyai tujuan yang telah digariskan oleh kedua sumber tersebut. Iman ditafsirkan dengan amal batiniah sedangkan Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah sedangkan ihsan adalah melakukan perbuatan baik. 2. Persoalan-persoalan teologi dalam Islam muncul dikarenakan isu politik. Aliran teologi dalam Islam yang muncul antara lain : Khawarij, Syiah, Mu’tazilah, al-Asy’ariah, Murjiah dan lain- 21 lain. Masalah yang diperdebatkan dalam teologi Islam antara lain nasib pelaku dosa besar, perbuatan Tuhan dan sifat Tuhan. 3. Menurut bahasa akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Objek pembahasan adalah semua perbuatan manusia sedangkan objek pembahasan ilmu akhlak ialah tindakan-tindakan yang dapat diberikan nilai baikburuk, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk kedalam kategori perbuatan akhlak. Ilmu akhlak bukanlah jaminan seseorang menjadi orang yang berakhlak mulai bersih dari sifat tercela. 4. Banyak teori yang menyebutkan asal kata tasawuf yang paling dapat diterima ialah kata tasuwuf yang bersal dari kata suff yang berarti bulu domba atau wol. Maqamat adalah terminal atau jenjang yang harus dilalui seorang salik untuk dekat dengan Tuhan sedangkan ahwal adalah keadaan kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah. Ulama berbeda pendapat mengenai jenjang atau urutan maqamat dan jumlah ahwal. Latihan-latihan Pililah salah satu jawaban yang paling tepat dari alternative jawaban berikut 1. Menurut bahasa akidah berarti : a. Ikatan b. Kuat c. Percaya d. Yakin 2. Sinonim kata Akidah adalah : a. Iman b. Islam c. Ihsan d. Istihsan 3. Sumber akidah Islam adalah : a. Al-Qur’an b. Al-Hadis c. Al-Qur’an dan al-Hadis d. Ijma 4. Menurut al-Qur’an ada berapa rukun iman : a. 2 b. 3 c. 5 d. 6 22 5. Menurut al-Hadis rukun iman ada berapa : a. 2 b. 3 c. 5 d. 6 6. Al-Qur’an yang berbicara tentang rukun iman adalah : a. Surat al-Baqarah ayat 1-5 b. Surat al-Nisa ayat 7 c. Surat al-Imran ayat 77 d. Surat al-Baqarah ayat 177 7. Rukun iman yang keberapa yang ditambahkan oleh al-hadis a. 1 b. 3 c. 5 d. 6 8. Tujuan akidah Islam kecuali : a. Masuk surga b. Membangkitkan rasa ketuhanan c. Memberikan kepastian d. Memberikan ketentraman 9. Menurut bahasa iman berarti : a. Pembenaran hati b. Pembenaran lisan c. Anggota badan d. Semuanya benar 10. Islam menurut bahasa berarti : a. Percaya b. Yakin c. Tunduk dan patuh d. Berbuat baik 11. Teologi Islam sebagai disiplin Ilmu pengetahuan muncul pada abad : a. 2 H b. 2 M c. 3 H d. 3 M 23 12. Peperangan antara Ali dan Muawiah dikenal dengan perang : a. Siffin b. Jamal c. Handaq d. Badar 13. Ketika terjadi arbitrase tahkim, muawiyah diwakili oleh : a. Abu Musa al-Asy’ari b. Abu Sofyan c. Amr bin Ash d. Husain 14. Dalil naqli yang dipergunakan oleh Khawarij untuk mengkafirkan pelaku arbitrase adalah a. Al-Baqarah : 25 b. Al-Maidah : 23 c. Al-Maidah : 44 d. Al-Imaran : 5 15. Syiah secara bahasa berarti : a. Lawan b. Teman c. Pengikut d. Pembangkan 16. Mu’tazilah berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah : a. Kafir b. Mu’min c. Murtad d. Bukan mu’min bukan juga kafir 17. Aliran yang berpendapat bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya adalah a. Qaderiah b. Jabariyah c. Khawarij d. Murji’ah 18. Aliran yang berpendapat bahwa Tuhan tidak ikut campur dalam perbuatan manusia adalah a. Qaderiah b. Jabariyah c. Khawarij d. Murji’ah 24 19. Tokoh utama aliran jabariyah adalah : a. Jahm bin Shafwan b. Hasan Basri c. Husail d. Wasil bin Atha 20. Pendapat aliran Asy’ariyah mengenai perbuatan Tuhan dekat dengan pendapat : a. Mu’tazilah b. Qadariyah c. Jabariyah d. Murjiah 21. Akhlak adalah bentuk jamak dari a. Khuluqun b. Khaliqun c. Khalaka d. Khalaqun 22. Dibawah ini adalah para pakar akhlak kecuali : a. Ibn Maskawaih b. Iman al-Gazali c. Wasil bin Atha d. Ahmad Amin 23. Yang termasuk perbuatan akhlak kecuali : a. Jujur b. Bohong c. Dermawan d. Perbuatan reflex 24. Yang tidak termasuk perbuatan akhlak adalah : a. Automatic action b. Lupa c. Dipaksa d. Semuanya benar 25. Ilmu akhlak mengandung unsur antara lain : a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk b. Menjelaskan mana yang patut diperbuat c. Menunjukkan jalan lurus yang harus dilewati 25 d. Semuanya benar 26. Jika akhlak telah lenyap maka masyarakat akan jadi berantakan dijelaskan didalam al- Qur’an : a. Surat yasin : 80 b. Surat al-Kafirun : 2 c. Al-Ma’un : 5 d. Al-A’raf : 182 27. Syarat untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk adalah : a. Semua perbuatan dapat dinilai baik dan buruk b. Dilakukan dengan sengaja c. Pelaku tidak tau apa yang dilakukannya d. Semua benar 28. Perbuatan dapat dianggap akhlak apabila : a. Semua perbuatan merupakan akhlak b. Perbuatan tersebut sudah pernah dilakukan c. Perbuatan tersebut dilakukan beulang-ulang kali sehingga menjadi kebiasaan d. Semua salah 29. Yang termasuk perbuatan automatic action kecuali : a. Perbuatan reflex b. Perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran c. Lupa d. Denyut urat nadi 30. Ilmu akhlak menjamin seseorang untuk : a. mengetahui perbuatan baik dan buruk b. berakhlak mulai c. masuk surga d. semua benar 31. Tasawuf biasa juga disebut dengan istilah : a. Mistisisme dalam Islam b. Tarekat c. Ma’rifat d. Syariat 32. Secara bahasa arti tasawuf antara lain : a. Suffah b. Saf 26 c. Suf d. Semua benar 33. Dari beberapa teori tentang asal kata tasawuf yang paling mendekati kebenaran adalah : a. Suf b. Saf c. Suffah d. Sophos 34. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah karena dihubungkan dengan: a. Kedekatan dengan Nabi b. Kedekatan dengan sahabat c. Suatu tempat di Masjid Nabi d. Semuanya salah 35. Suf berarti : a. Domba b. Bulu domba c. Kambing d. Selimut 36. Sufi yang pertama kali membahas masalah maqamat adalah : a. Al-Haris Ibnu Asad al-Muhasibih b. Ibrahim bin Adham c. Al-Hallaj d. Al-Gazali 37. Maqamat berarti : a. Kuburan b. Perjalanan c. Peristerahatan d. Jenjang atau terminal menuju kedekatan dengan Tuhan 38. Al-Ahwal adalah : a. Terminal b. Persinggahan c. Jalan menuju Tuhan d. Situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah 39. Berikut ini maqamat sufi : a. Taubat 27 b. Wara’ c. Zuhud d. Semuanya benar 40. Berikut ini ahwal sufi kecuali : a. Al-Khauf b. Al-Faqr c. Al-Taubah d. Al-Ridha Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Jelaskan pengertian akidah 2. Sebutkan sumber dan tujuan akidah 3. Jelaskan perbedaan antara iman dan Islam 4. Jelaskan sebab munculnya aliran teologi dalam Islam 5. Sebutkan permasalahan-permasalahan apa saja yang mendasari lahirnya aliran teologi dalam Islam 6. Jelaskan pendapat murjiah tentang pelaku dosa besar 7. Jelaskan yang saudara ketahui tentang al-Manzilah Bainal Manzilatain 8. Jelaskan pengertian akhlak 9. Jelaskan perbedaan antara akhlak dan ilmu akhlak 10. Sebutkan faedah ilmu akhlak 11. Jelaskan pengertian tasawuf 12. Jelaskan apa yang dimaksud maqamat dan ahwal 13. Sebutkan maqamat dan ahwal sufi? Balikan dan tindak lanjut Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasan anda terhadap materi kegiatan belajar tersebut. Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100 Jumlah soal Arti tingkat penguasaan : 90-100 = baik sekali 28 80-89 = baik 70-79 = cukup 70 = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 anda haruas mengulangi materi kegiatan belajar selanjutnya. Jika masih dibawah 80 anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin, Studi Agama; Normativisme dan Historisitas, Jokjakarta, Pustaka Pelajar, 1996 Azhari, Kautsar Noer, Tasawuf Perenial, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2002 Abdullah, Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid 3, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta, 2002 Basyuni, Ibrahim, Nasya’tal-Tshawwuf al-Islamy, Kairo, Dar al-Fikr, 1969 Hamka, Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1994 Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Jokjakarta, LPPI UMY-Pustaka Pelajar, 2006 Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1998 Al-Anshari, Muhammad Abdul Haq, Sufism and Syari’ah; A Study syeh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Muslim, London, The Islamic Foundation, 1986 Poedjawiyatna, Etika; Filsafat tingkah Laku, Jakarta, Rineka Cipta, 1996 Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004 29 MODUL 5 STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK A. Peta Konsep Discovery Contex- tual Projek Based Learning Problem Base Learning Pendekat- an Scientific Inquiry Strategi Pembelajaran B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini anda sangat diharapkan dapat menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. C. Strategi dan Media Pembelajaran Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan scientific D. Uraian Materi Sebelum membahas tentang pendekatan scientific, akan diuraikan beberapa istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang diuraikan Kemp tentang strategi pembelajaran. Menurut Kemp 1995 Strategi pembelajaran dalam konsep adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut and Carey 1985 Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk padapandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa student centered approach dan 2 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru teacher centered approach. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan taktik dalam pembelajaran.Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :1 mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi basil out put dan sasaran target yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2 Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama basic way yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3 Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah steps yang akandtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4 Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur criteria dan patokan ukuran standard untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan achievement usaha. Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Model Pembelajaran Bentuk pembelajaran yang bergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khan oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran PendekatanPembelajaran Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Metode Pembelajaran Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembela- jaran, diantaranya: 1 ceramah;2 demonstrasi; 3 diskusi; 4simulasi; 5 laboratorium; 6 pengalaman lapangan; 7 brainstorming; 8 debat, 9 simposium, dan sebagainya. Tehnik Pembelajaran Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasi- kan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Taktik Pembelajaran Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kernampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni kiat Berdasarkan uraian perbedaan istilah-istilah pembelajaran di atas, hubungan antara pendekatan, strategi, metode, serta tehnik dan taktik dalam pembelajaran dapat divisualisasikan seperti pada gambar di bawah ini : 1. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

a. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif inductive reasoning ketimbang penalaran deduktif deductive reasoning. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan Pendekatan pembelajaran Student or Teacher Centered Strategi pembelajaran exposition-discoversi-learningorgroup- individual learning Metode pembelajaran ceramah, diskusi, simulasi, Teknik dan teknik pembelajaran spesifik, individual, unik Metode pembelajaran Metode pembelajaran Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian method of inquiry harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

b. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini. a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung - jawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. a. Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik. b. Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran. c. Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat comon sense umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang guru, peserta didik, dan sejenisnya yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal- hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik. d. Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba- coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala. e. Berpikir kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.

c. Pendekatan scientific

1. Konsep pendekatan scientific