Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI

52 e. Menyusun Tes Formatif Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan kegiatan belajar yang telah dicapai sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikut lembar kerja.

4. Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran PAI. Secara strategis guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu: 1 Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; 2 Faktor pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar, 3 Alternatif tindakan strategis dalam memilih dan menyusun bahan ajar; 4 Alternatif bentuk penyusunan bahan ajar LKS dan Modul 5 Pendekatan pengembangan strategi pengembangan materi PAI. a. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Pertama, Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. Kedua, Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh bersuci, macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis, materi yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharah bersuci, macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis. Ketiga, Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. b. Faktor Pertimbangan dalam Memilih dan Menyusun Bahan Ajar 53 Ada beberapa kriteria yan dijadikan pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar secara umum dan bahan ajar PAI khususnya. Menurut Harjanto 1997: 222, materi pelajaran atau bahan ajar berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi atau bahan ajar tentu harus sejalan dengan ukuran-ukurran kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulum mata pelajaran bersangkutan. Secara garis besar ada sejumlah kriteria pada tabel berikut: Kriteria Sasaran Akurat dan up to date Kemudahan Kerasionalan Essensial Kebermaknaan Keberhasilan Keseimbangan Kepraktisan Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data. Mengembangkan kemampuan berpikir rasional, bebas, logis. Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial. Merupakan ukuran keberhailan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa. Mengembangkan pribadi peserta didik secara seimbang dan menyeluruh. Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjanto 1997, bahwa ada sejumlah kriteria pemilihan materi pelajaran bahan ajar yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan sekaligus menjadi dasar penentuan strategi pembelajaran, yaitu: kriteria tujuan pembelajaran, materibahan ajar terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, dan kesesuaian dengan kondisi masyarakat, mengandung segi-segi etik, urutan yang sistematis dan logis, bersumber dari sumber yang baku. 1 Kriteria tujuan pembelajaran. Suatu materibahan ajar yang dipilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan terkait aspek tertentu kognitif, afektif, atau psikomotor. Karena itu bahan ajar yang dipilih tentu yang sejalan dengan tujuan tersebut. Contoh: tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mempraktikkan gerakan shalat dengan baik dan benar. Bahan ajar yang dipilih tentu yang mendukung kemampuan peserta didik untuk mempraktikkan gerakan shalat, untuk ini jenis bahan ajarnya dapat dipilih foto atau video yang menunjukkan gerakan shalat yang sempurna. Artinya tidak cukup hanya bahan ajar sebentuk handout yang berisi uraian materi saja tetapi perlu dilengkapi dengan foto atau gambar gerakan shalat yang sempurna. 2 Materibahan ajar terjabar. Perincian bahan ajar berdasarkan pada tuntutan indikator kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan 54 terukur. Artinya ada keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materibahan ajar. 3 Materi relevan dengan kebutuhan Siswa. Kebutuhan pokok siswa adalah agar mereka dapat berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena itu bahan ajar yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan upaya untuk mengembangkan pribadi siswa secara utuh, meliputi aspek kognitif, nilai dan keterampilan. Artinya bahan ajar yang dikembangkan jangan hanya berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja. 4 Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Karena itu bahan ajar yang dipilih hendaknya turut membantu memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan siswa menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri. 5 Bahan ajar mengandung segi-segi etik. Bahan ajar yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari bahan ajar yang mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik, berkarakter sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya. 6 Bahan ajar tersusun dalam lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap bahan ajar disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu kompetensi dasar tertentu. Bahan ajar disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan demikian diharapkan isi bahan ajar akan lebih mudah diserap peserta didik dan dapat diamati keberhasilannya segera. 7 Bahan ajar bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi pendidik yang ahli dan masyarakat. Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Buku sumber yang baku disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Guru yang ahli penting, karena sumber utama memang pendidik itu sendiri. Pendidik dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada siswa berdasarkan ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, terkait bahan ajar tertentu.

c. Alternatif Tindakan Strategis dalam Memilih dan Menyusun bahan Ajar

Strategi dapat dipahami dalam arti “...sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu” Sanjaya: 2006, h.125. Ada beberapa hal yang yang merupakan bagian dari suatu rencana pengembangan dan penyusunan bahan ajar, yaitu: mengenali unsur-unsur bahan ajar dan kriteria pemilihan bahan ajar yang baik. Dua hal tersebut harus diperhatikan dan dipersiapkan serta direncanakan terlebih dahulu sebelum menyusun bahan ajar. 55 a. Mengenali Unsur-Unsur Bahan Ajar Menurut Zulfiani, dkk. 2009 Untuk membuat bahan ajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu memperhatian unsur-unsur yang meliputi : 1 Petunjuk Belajar, merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diketahui baik oleh siswa maupun pendidik meliputi materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran; 2 Kompetensi Yang Akan Dicapai, bahwa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik perlu penetapan standar kompetensi yang meliputi standar materi atau standar isi content standard berisikan jenis, kedalaman, ruang lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasi siswa serta standar pencapaian atau standar penampilan performance standard berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang dibahas sehingga jelas indikator pencapaian hasil dalam pembelajaran; 3 Informasi Pendukung, merupakan informasi-informasi yang harus diketahui atau dijelaskan kepada siswa yang dapat menambah wawasan maupun pengetahuan siswa. Dalam hal ini diperlukan kemauan dari siswa untuk menambah wawasan, pengetahuan dengan mempelajari materi lain yang senada dengan materi pokok yang dibahas dalam suatu pengajaran yang pada akhirnya menambah pemahaman siswa. Contoh Foto Ilustrasi, Kotak Kecil insert yang berfungsi untuk memperjelas materi yang perlu dipahami oleh siswa; 4 Latihan-Latihan, merupakan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mempraktikkan teori yang telah diberikan sehingga dengan pemberian latihan akan menambah dan meningkatkan keterampilan siswa terhadap materi ajar yang diberikan dalam proses pembelajaran; 5 Petunjuk Kerja atau Lembar Kerja adalah form lembaran yang berisi catatan- catatan sistematis atau tahapan-tahapan proses kegiatan sebagai langkah prosedural yang ditempuh siswa dalam proses pembelajaran hal ini banyak dilakukan untuk materi praktik; 6 Evaluasi, merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran artinya sebagai wahana atau sarana mengukur penilaian terhadap pemahaman dan pekerjaan siswa. Proses evaluasi ini merupakan komponen terakhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi yang baik maka dapat dipakai sebagai indikator keberhasilan dan efektifitas pembelajaran dan apabila hasil pengukuran atau penilaian belum memuaskan maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pola atau strategi yang berbeda. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan: unjuk kerja performance; penugasan proyekproject; hasil kerjaprodukproduct; tes tertulis paper pen; portofolio portfolio; penilaian sikap. b. Mengenali Kriteria Bahan Ajar yang Baik Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh 56 guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut: 1 Sesuai dengan topik yang dibahas 2 Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas. 3 Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami. 4 Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya. 5 Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa. 6 Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa. Selain kriteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun adalah: Standar kompetensi lulusan SKL, SK, dan KD; Standar sarana dan Buku pegangan utama yang digunakan.

d. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Materi PAI

Materi atau bahan ajar merupakan kurikulum dalam makna sempit. Menurut Muhadjir 2000 dikutip oleh Muhaimin 2010, h.139, bahwa “di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi sosial.” Ada beberapa karakteristik PAI yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Karakteristik ini perlu diperhatikan terkait pemilihan pendekatan dalam pengembangan materi PAI, sebagaimana dikemukakan Muhaimin 2010, bahwa 1 PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apa pun; 2 PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai- nilai yang tertuang dalam Al Quran dan Hadis serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran Islam; 3 PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian; 4 PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan sosial; 5 PAI 57 menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya; 6 Substansi Pai mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra rasional; 7 Pai berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan peradaban Islam; dan 8 dalam beberapa hal, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah. Muhaimin 2010 menyatakan bahwa dengan memperhatikan karakteristik PAI tersebut maka pengembangan kurikulum atau materi PAI dapat menggunakan pendekatan eklektik, yaitu dapat memilih yang terbaik dari keempat pendekatan yang dikemukakan terdahulu. \ 1 Pendekatan Subjek Akademis Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing Muhaimin 2010. Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek Al QuranHadis, keimanan, akhlak, ibadahmuamalah, dan tarikhsejarah umat Islam. Aspek-aspek tersebut tergabung dalam suatu mata pelajaran PAI. Dengan demikian pengembangan materinya harus mampu menjelaskan saling keterkaitan satu aspek materi dengan aspek materi lainnya. Sehubungan dengan hal ini guru dapat menyusun sebentuk peta konsep materi PAI, yang berguna bagi guru dalam memahami keterkaitan materi satu dengan lainnya serta mengarahkan pula dalam pengembangan materinya. Implikasinya dengan pengembangan materi PAI, bahwa sebelum menyusun materi atau bahan ajar guru seharusnya mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan mata pelajaran PAI yang akan diajarkan pada tingkatan kelas tertentu. Untuk memudahkan perancangan materi guru dapat menggunakan peta konsep. Peta konsep ini menampilkan satu gambar tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai sifat dan hubungan antara satu materi pokok dengan materi pokok lainnya atau antara satu topik dengan topik lainnya tanpa mengindahkan urutan atau sequence materi pokok yang tertera dalam kurikulum. 2 Pendekatan Humanistik Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan Muhaimin: 2010. Implikasi konsep tersebut terhadap pengembangan materi PAI adalah materi dikembangkan selayaknya memberi peluang dan kesempatan serta memperhatikan pada pengembangan potensi peserta didik secara optimal, baik itu terkait potensi kognitif maupun potensi psikologis dalam rangka mendidik karakter mereka. Sebagaimana 58 dikemukakan oleh Lickona 1991 dikutip oleh Muhaimin 2010, bahwa untuk mendidik karakter dan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik diperlukan pendekatan terpadu antara tiga komponen sebagai berikut: 1 Moral Knowing, yang meliputi: 1 moral awareness; 2 knowing moral values; 3 perspective- taking; 4 moral reasoning; 5 decision making; 6 self-knowledge. 2 Moral Feeling, yang meliputi: 1 conscience; 2 self-esteem; 3 emphaty; 4 loving the good; 5 self-control; 6 humality. 3 Moral Action, mencakup: 1 competence; 2 will; 3 habit. Sehubungan dengan komponen-komponen tersebut guru bertugas meramunya dalam suatu bahan ajar yang mampu menghadirkan ketiaga nuansa pendidikan karakter yaitu dalam mengenal dimensi moral, memahaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya mampu menjadi pakaian siswa dalam menyikapi hidup dan kehidupannya semenjak dini dengan harapan akan membentuknya menjadi manusia dewasa yang ideal sesuai dengan harapan. Upaya pembelajaran aktif harus dimulai dari pengembangan bahan ajarnya. Bahan ajar yang dikembangkan hendaknya dilandasi prinsip 1 berpusat kepada siswa, 2 megembangkan kreativitas peserta didik; 3 punya daya tarik sehingga mampu menggugah rasa ingin tahu siswa; 4 mengembangkan keragama kemampuan yang bermuatan nilai; dan 5 menyediakan pengalaman belajar bagi siswa. 3 Pendekatan Teknologis Menurut Muhaomin 2010, pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan analisis tugas job analysis tersebut. Misalnya cara menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, dan seterunya. Pembelajaran PAI dikatakan menggunaka pendekatan teknologis jika menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem menuntut siswa melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga proses dan rencana hasilnya dapat diprogram sedemikian rupa mulai dari perencanaan, proses sampai mencapai hasil dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pendekatan ini punya keterbatasan, karena dalam pembelajaran PAI tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Pendekatan ini hanya cocok untuk orientasi penguasaan materi dan keterampilan tertentu, namun tidak mampu dimensi keyakinan dan kesadaran siswa dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Contoh penerapan pendekatan teknologis dalam materi ibadah shalat sebagai berikut: 1 Kompetensi Dasar: mampu melaksanakan shalat 59 2 Hasil belajar: 1 siswa mampu menjelaskan tata cara shalat yang benar; 2 siswa mampu menghafal dan mempraktikkan bacaan shalat. 3 Indikator: a Menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya b Menjelaskan syarat-syarat shalat c Menjelaskan rukun shalat d Menjelaskan sunnah shalat e Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat f Melafalkan bacaan shalat dengan benar g Menghafal bacaan shalat h Mempraktikkan shalat i Mau melaksanakan shalat j Terbiasa melaksanakan shalat. Sehubungan dengan rumusan KD dan hasilnya serta indikator pencapaiannya, dapat diketahui pengorganisasian materinya. Organisasi materi tidak terbatas pada apa yang tertera susunannya, namun dapat diubah oleh guru dengan memperhatikan karakteristik pokok bahasan dan sub pokok bahasan, kendala dan karakteristik siswa, serta pengalaman guru. Menurut Muhaimin 2010 untuk dapat mengorganisasi isi materi dengan baik, maka perlu dilakukan analisis tugas dan jenjang belajar sesuai dengan pendekatan teknologis. Yang dimaksud dengan analisis tugas yaitu usaha mengidentifikasi tugas pokok yang harus dilakukan siswa dalam mencapai hasil belajar dan indikator-indikatornya. Analisis tugas ini sangat penting untuk menjawb hasil belajar dan indikator-indikator apa yang perlu dipelajarinya. Sedangkan jenjang belajar ialah urutan dalam mempelajari tugas-tugas sehingga tercapai kompetensi dasar dan hasil belajarnya. Selanjutnya dengan analisis tugas dan jenjang belajar tersebut juga akan mempermudah dalam menentukan strategi penyampaian dan pengolahannya, sekaligus mempermudah dalam menggunakan alat atau media yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pencapaian kompetensi dasar dan hasil belajar secara efektif dan efisien, serta penuh daya tarik. 4 Pendekatan Rekonstruksi Sosial Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat., untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Muhaimin: 2010. 60 Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dengan demikian siswa perlu dibekali dan dibantu agar mampu berperan serta dalam pengembangan masyarakatnya. Dengan demikian pengembangan materi pelajaran atau bahan ajar PAI perlu dikaitkan dengan problem- problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Disamping itu juga memberi peluang siswa untuk mempelajari materi secara berkelompok agar dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan saling menghargai sesama, serta memupuk sikap sportifitas dan kreatifitas sebagai modal dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus untuk pengembangan materi atau bahan ajar PAI dapat dilakukan dengan cara mengamati berbagai persoalan yang relevan di masyarakat dengan materi PAI yang akan dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan materi PAI perlu memperhatikan nuansa kontekstual di samping konseptual.

5. Langkah-Langkah Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI