18 c.
Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap kepada keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang positif dengan
menguatkan unsure iradah. d.
Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan atau tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan atau perbuatan yang nilai
kebaikannya lebih besar. e.
Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan itu dengan penuh minat dan kemauan.
f. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang banyak dan tidak
akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang matang lebih dulu. Sebenarnya dengan memahami ilmu akhlak itu bukanlah menjadi jaminan bahwa setiap yang
mempelajarinya secara otomatis menjadi orang yang berakhlak mulai, bersih dari berbagai sifat tercelah. Ilmu akhlak ibarat dokter yang hanya memberikan penjelasan penyakit yang diderita
pasien dan memberikan obat-obat yang diperlukan untuk mengobatinya. Dokter menjelaskan apa dan bagaimana memelihara kesehatan agar ia sembuh dari penyakitnya; memberikan saran-saran
dan peringatan bahaya-bahaya penyakit yang diderita pasiennya agar ia lebih berhati-hati menjaga dirinya.
Jadi, tugas dokter bukan untuk menyembuhkan pasien, tetapi dia menjelaskan dengan sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-gejala penyakit bila si pasien tidak
menghentikan merokok atau tidak meninggalkan minuman-minuman keras, misalnya, jadi, kesempuhan suatu penyakit sangat tergantung kepada si pasien apakah setelah ia mendapat
keterangan dari dokter maukah dia menurutinya atau tidak. Jika dituruti, insya Allah dia ada harapan terhindar dari penyakit atau penyakit yang sedang diderita itu akan berangsur-angsur hilang
dan dia menjadi sehat. Dengan demikian, faedah ilmu akhlak dapat dipahami bahwa sesungguhnya ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka mata
hati seseorang untuk mengetahui suatu perbuatan dapat dikatan baik atau buruk. Selain itu juga memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik da apa pula bahayanya jika berlaku jahat.
1. Asal Usul Tasawuf
Berbicara tentang asal atau etimologi kata sufi, Harun Nasution menyebut beberapa teori, yaitu dari kata : 1 suffah
ص , yang berarti “pelana” 2 saf فص yang berarti “baris” ; 3 sufi ى ص ،يفاص ،يفوص, yang berarti “suci”; 4 suf فص, yang berarti “bulu domba atau wol”: 7
sophos, kota yunani yang berarti “hikmat”.
19 Dari beragam teori seperti yang disebutkan diatas, teori keempatlah yang banyak diterima
sebagai asal kata sufi. Untuk memperkuat argumen ini, berikut akan dianalisis masing-masing asal kata tersebut.
a. Dari segi niat maupun tujuan setiap ibadah kaum sufi, jelas bahwa hal itu tidak terlepas dari
niat suci untuk membersihkan jiwa dan mengabdi kepada Allah. Dari segi inilah sehingga ada teori yang menyebut bahwa kata tasawuf berakar pada kata safa. Menurut Mir Valiudin, jika
teori ini diterima, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi safawi. b.
Sufi dikatakan berasal dari kata saff karena kaum sufi berada pada baris pertama didepan Allah. Hal tersebut dilator belakangi oleh besarnya keinginan dan kecenderungan hati mereka
terhadap Allah serta tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka dihadapan-Nya. Menurut Mir Valiudin, jika dilihat dari segi ini, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi saffi.
c. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah. Karena dihubungkan dengan
suatu tempat di Masjid Nabawai. Tempat tersebut didiamai sekelompok sahabat dan sangat miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal, terkenal dengan ahl al-suffah. Mereka adalah
orang-orang yang menyiapkan diri untuk berjihad berdakwah serta meninggalkan segala usaha yang bersifat duniawi. Namun Mir Vauddin kembali menyanggah bahwa jika teori ini diterima,
maka bentuk yang tepat adalah suffi, bukan sufi. d.
Sebagai sarjana Eropa menyatakan bahwa kata sufi dari kata sophos Yunani, dalam pengertian sebagaimana pada kata teoshopy. teoshopy. Yang berarti “kebijaksanaan”. Menurut
Ibrahim Basyuni, pendapat ini kurang tepat, karena huruf sugma Yunani yang diarabkan, semuanya diteransliterasikan dengan huruf sin
س bukan dengan huruf sad ص . Jadi, kata sufi berasal dari kata Yunani, maka ia akan ditulis
فوس ي bukan يفوص
e. Ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, karena kaum sufi tidak
memakai pakaian halus dan indah, melainkan mereka hanya menggunakan pakaian untuk menutupi ketelanjangannya dari kain yang kasar. Menurut al-Kalabadi. Jika akar kata ini dapat
diterima, maka ia tepat menurut gramatika bahasa Arab, sekaligus melingkupi semua makna yang disebutkan sebelumnya.
2. Al-Maqamat