a. Peta Konsep
b. Tujuan Pembelajaran
1. mendeskripsikan konsep penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes; dan
2. mendeskripsikan prinsip-prinsip penilaian pada pembelajaran Akidah Akhlak
3. mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil
belajar.
c. Strategi dan Media Pembelajaran
Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning,
Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan scientific
d. Uraian Materi
1. Pengertian Penilaian dan Hasil Belajar
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik
untuk menunjukkan keadaan individu Allen Yen, 1979. Menurut TGAT 1987, Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pembelajaran, seperti
karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi.
Menurut Griffin dan Nix 1991, pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Dapat perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarki ini menunjukkan bahwa
setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK
PENILAIAN AUTENTIK
PENILAIAN PORTOFOLIO
PENILAIAN KINERJA
PENILAIAN TERTULIS
PENILAIAN PROYEK
2. Penilaian Autentik
1. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik
keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association asesmen
autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins
mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
2. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus
pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen
autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat
populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses
atau hasil pembelajaran. Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta
mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman
yang diperoleh dari luar sekolah. Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa
belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa
yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
3. Asesmen Autentik dan Belajar Autentik
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta
didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta
didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan
sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas- tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis
proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara- cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik
dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama
lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong
peserta didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, menyintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran. 2.
Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 3.
Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah. Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun
1990an. Wiggins 1993 menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika
asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan
kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan
apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan
memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen
autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta
didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau
daftar cek checklist untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran misalnya: sangat mahir,
mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir. Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai
kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
4. Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya
berkaitan dengan: 1 sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; 2 fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan;
dan 3 tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian kinerja
Para ahli menggunakan istilah performance assessment secara berbeda-beda dengan merujuk pada pendekatan penilaian berbeda pula. Menurut Fitzpat-rick dan Morison 1971
tidak ada perbedaan yang sangat besar antara performance assessment dengan tes lain yang dilaksanakan di kelas. Trespeces 1999 menyatakan bahwa performance assessment adalah
berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemontrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan dalam
berbagai macam konteks.
Menurut Maertel 1992, performance assessment mempunyai dua karakteristik dasar yaitu, 1 peserta tes diminta untuk mendemontrasikan kemampuanya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas perbuatan, misalnya melakukan eksperimen, 2 produk dari performance assessment lebih penting dari pada perbuatannya performance.
Untuk mengevalausi apakah penilaian kinerja performance assessment sudah dianggap berkualitas baik, maka paling tidak harus diperhatikan tujuh criteria yang dibuat
oleh Popham 1995 kriteria-kri-teria tersebut antara lain adalah: 1.
Generability artinya adalah apakah kinerja peserta tes students performance dalam melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada
tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisaikan tugas-tugas yang dibe-rikan dalam rangka penilaian keterampilan atau penialian kinerja tersebut atau semakin dappat
dibandingkan dengan tugas yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi peserta tes diberikan tugas dalam penilaian keterampilan yang
berlainan.
2. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang
sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari? 3.
Multiple Foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan?
4. Teachability, artinya tugas yang diberikan berupa tugas yang hasilnya semakin baik
karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau peni-laian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat
diajarkan guru di kelas.
5. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk semua peserta tes. Jadi
tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak bias untuk semua jenis kelompok. 6.
Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya,
waktu, atau peralatannya? 7.
Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable
Instrumen Penilaian Kinerja Performance Assessment
Pelaksanaan penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati unjuk kerja yang dilakukan peserta didik. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat
atau instrumen berikut: a. Daftar Cek Check-list
Daftar cek merupakan seperangkat instrumen evaluasi yang mencerminkan rangkaian tindakanperbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta tes, yang merupakan indikator-
indikator dari keterampilan yang akan diukur. Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika
tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati tidak dapat
diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Langkah-langkah dalam menyusun
daftar cek adalah:
1 Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur.
2 Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya.
3 Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subyek yang dinilai untuk melihat
pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka di beri tanda chek
√ atau tulis kata”ya” pada tempat yang telah disediakan. Sebagai contoh akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik dalam
mengamati etika proses jual beli di pasar berdasarkan tuntunan alqur’an. Peserta didik dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu mengemukakan beberapa
pendapat tentang kriteria etika proses jual beli berdasarkan tuntunan alquran. Setelah diperoleh indikator-indikatornya, kemudian disusun dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.
Beri tanda chek √ untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan
peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini
Checklist Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar
Nama Peserta didik : KelasSmt
: Mata Pelajaran
: No.
Aspek Yang Dinilai Penilaian
Ya Tidak 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. a.
Skala Penilaian Rating Scale Skala penilaian adalah alat penilaian yang menggunakan suatu prosedur terstruktur
untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi. Terstruktur maksudknya disusun dengan aturan-aturan tertentu dan secara sistematis. Perbuatan yang diukur
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling
sempurna. Skala penilaian berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristikkualitas dari sesuatu yang diukur dan secara fisik skala penilaian biasanya terdiri 2 bagian, yaitu
pernyataan dan petunjuk penilaian. Petunjuk penilaian bisa berupa Angka 1, 2, 3, 4, 5, Huruf A, B, C, D, E, atau Kategori Verbal baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali.
Langkah-langkah dalam menyusun skala penilaian adalah:
1 Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur.
2 Menentukan skala yang digunakan, misalnya dengan menggunakan skala 5 dengan
rentangan: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang. 3
Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun skala penilaian
adalah: 1
Jumlah butir pernyataanpertanyaan tidak terlalu banyak 2
Angkahuruf untuk seperangkat rating scale tertentu harus mempunyai arti tetap 3
Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna dan dapat dibedakan secara jelas
4 Setiap pernyataanpertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristiksatu
komponen 5
Bila rating scale akan mengukur suatu prosedur, maka hendaklah pernyataan pertanyaan disusun secara urut
Skala Penilaian Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar
KelasSemester : Mata Pelajaran
: No. Nama
Aspek Yang Dinilai Total
Skor A B C D
1. 2.
3. Dst.
Keterangan: A = Indikator I
B = Indikator II C = Indikator III
D =
Indikator IV
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya
dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyektugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1. Daftar cek checklist. Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2. Catatan anekdotnarasi anecdotalnarative records. Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik
peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3. Skala penilaian rating scale. Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
4. Memori atau ingatan memory approach. Digunakan oleh guru dengan cara mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah
berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah- langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa
peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan
diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi
perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
1. Penilaian-diri self assessment termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3. Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
4. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan
kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian fortopolio
Penilaian Portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju,
Portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.
Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika guru melakukan kegiatan
belajar mengajar portofolio siswa dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa. Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan siswa yang lain.
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes bukan nilai, atau informasi lain yang relevan dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada
satu periode pembelajaran tertentu.
Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru danatau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis portofolio. Beberapa tujuan portofolio diantaranya adalah:
a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa;
b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung;
c. Memberi perhatian pada hasil kerja siswa yang terbaik;
d. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran;
e. Bertukar informasi dengan orang tua dan guru lain;
f. Membina pertumbuhan konsep diri positif pada siswa;
g. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
Prinsip portofolio yang perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah antara lain;
a. Saling percaya antara guru dan siswa;
b. Kerahasiahan bersama antara guru dan siswa;
c. Milik bersama antara guru dan siswa;
d. Kepuasan;
e. Kesesuaian;
f. Penilaian proses dan hasil;
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang penilaian portofolio adalah seperti berikut
1 Menentukan tujuan apakah akan memantau proses atau mengevaluasi hasil akhir
2 Isi portofolio harus sesuai dengan tujuan yang akan dinilai.
3 Guru harus menentukan seleksi terhadap hasil kerja siswa, siapa yang menyimpan?
Dan yang mana harus disimpan? 4
Membedakan portofolio kelompok dan individual.
Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: a
Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi
digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi
secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. c
Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
d Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e
Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian
kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik
mengetahui harapan standar guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
f Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
g Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya
yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
h Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Contoh instrument portofolio
Portofolio yang bisa digunakan untuk penilaian Akidah akhlak ada tiga jenis: 1
Documentation portofolio : memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan belajar siswa tentang hasil belajar yang teridentifikasi.
Format untuk jenis ini sebagai berikut:
No.
UNJUK KERJA TERBAIK TINGKAT
PENCAPAIAN KETERANGAN
REFLEKSI Kuan.
Kual.
1 Kompetensi dasar 1
Memahami dan meyakini 10
sifat-sifat Wajib Allah swt.
2 Kompetensi dasar 2
Memahami dan meyakini 10
sifat-sifat Mustahil bagi
Allah swt.
3 Kompetensi dasar 3, dst.
Memahami dan mengamalkan
akhlak terpuji kepada Allah
swt. , dst.
Catatan : Pencapaian kuantitatif, misalnya skala nilai 0 – 100, 0 – 10, atau 0 – 4
A,B,C,D,E
Pencapaian kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal.
Refleksiketerangan merupakan komentar, kritik, saran atau catatan
mengenai ketercapaian hasil yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya, siswa, atau pihak-pihak yang berkepentingan.
2 Proccess portofolio : mendokumenkan seluruh segi tahapan proses belajar.
Format untuk jenis ini sebagai berikut:
No.
UNJUK KERJA TERBAIK TINGKAT
PENCAPAIAN KETERANGAN
REFLEKSI Kuan.
Kual.
1 Tahap 1
Mampu menunjukkan pemahaman tentang 10 sifat-
sifat wajib Allah swt.
2 Tahap 2
Mampu menunjukkan keyakinannya terhadap 10
sifat-sifat wajib Allah swt.
3 Tahap 3,
dst. Mampu menunjukkan
pemahaman tentang akhlak terpuji khauf, raja’, taubat,
tawadlu’ kepada Allah swt.
3 Showcase portofolio : penguasaan siswa terhadap bukti hasil belajar selama
waktu tertentu tengah dan akhir semester. Format untuk jenis ini sebagai berikut:
No.
UNJUK KERJA TERBAIK TINGKAT
PENCAPAIAN KETERANGAN
REFLEKSI Kuan.
Kual.
1 Bulan ke 1
Kompetensi dasar 1 dan 2
2 Bulan ke 2
Kompetensi dasar 3 dan 4
3 Bulan ke 3, dst.
Kompetensi dasar 5 dan 6, dst.
Ketiga jenis portofolio ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam melakukan penilaian mata pelajaran pendidikan agama harus menggunakan ketiga
jenis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan proses pembelajaran, sekaligus untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Tahapan portofolio adalah: 1
Pengorganisasian dan perencanaan membangun kesepakatan guru-siswa 2
Pengumpulan informasi mengenai kemajuan belajar produk yang dihasilkan siswa 3
Refleksi, yaitu guru memberikan catatan akhir dari seluruh proses penilaian yang dilalui siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu
unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat
melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di bahas. Karya yang dinilai adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan
mata pelajaran terkait.
c. Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam penilaian proyek bersumber pada data primer atau skunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu
sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam suatu bidang. Proyek juga dapat
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikan informasi.
Dalam kurikulum 2013 Penilaian pembelajaran dengan metode Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan