Danau Laut Tawar Milik Bersama Common Property

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 dua miliar rupiah.” Dengan adanya peraturan-peraturan di atas maka anggota kelompok pengawas nelayan, wajib melapor kepada pihak berwenang apabila ada nelayan yang menggunakan bahan peledak; bahan kimia; dan menggunakan alat tangkap dengan cara menyetrum. Dengan syarat memiliki bukti yang kuat, setelah itu pihak kepolisian yang menindak pelaku. Seperti yang disampaikan oleh seorang infoman bernama Ruhdan berumur 35 tahun. “Ini kalo misalkan ada itu, kita laporkan ke kelompok masyarakat pengawas karena dia udah bertindak kriminal ada polisi di sini, ada pihak yang berwajib yang menindak dia karena tindakkannya udah tindakan kriminal kan. Makanya dibuat kelompok pengawas masyarakat ada yang ngawasin danau kalo ada yang liat fotokan. Jenis apanya kan atau misalnya nyetrum. Nyetrum pake jenset, nyetrum ikan terus membuat racun, pengeboman ke danau. Kalo ada yang buat ini tu, fotokan dia ada sanksi, ada bukti laporkan. Kelompok pengawas ni yang melaporkan pihak berwajib yang menindak ni.”

5.2 Danau Laut Tawar Milik Bersama Common Property

Danau Laut Tawar merupakan sumberdaya alam yang sifatnya milik orang banyak atau sering disebut dengan istilah common property, common property rezim, dan common-pool resource. Sumberdaya alam milik bersama common property rezim adalah semua sumberdaya alam yang sifatnya terbuka open source, yang semua orang berhak untuk menggunakan dan memanfaatkannya untuk menjamin kelangsungan dan kebutuhan. Namun menurut M.Acheson dalam Zulkifli harus dapat dibedakan secara tegas antara sumber daya milik bersama yang digolongkan dalam open access resourcedan communally owned resource. Pada golongan open access resource yaitu Universitas Sumatera Utara sumber daya yang dapat diakses oleh semua orang dan tanpa batasan, yang mana sumber daya tersebut belum menjadi institusi pengelolaan tertentu oleh suatu komuniti atau negara. Kemudian golongan communally owned resource adalah sumber daya yang dimiliki bersama oleh kelompok, dan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut ada aturan yang harus dipatuhi, aturan tersebut dibuat oleh kelompok atau komuniti tersebut. Sumber daya alam yang rawan terhadap eksploitasi adalah open access resource, berbeda dengan communally owned resource pada golongan ini eksploitasi jarang terjadi karena adanya aturan yang dibuat oleh suatu kelompok dan aturan tersebut dipatuhi. Sehingga tidak sembarangan orang untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut, biasanya aturan-aturan tersebut bersifat tradisional. Seperti halnya dengan definisi dari common property, Danau Laut Tawar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh orang banyak dan masuk ke dalam golongan open access resource. Seperti misalnya setiap orang bebas untuk menangkap ikan di daerah Danau Laut Tawar. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang informan bernama Ruhdan berumur 35 tahun, berikut penuturannya: “kalo mau nyari ikan kemari enggak ada larangan. Eceknya welcome lah, karena ini harta Tuhan milik semua bukan saja orang Takengon yang bisa menikmati. Orang Bener Meriah orang mana saja bisa ke sini, bukan ketentuan, kamu enggak boleh. Kamu orang ini. Enggak ada dia.” Danau Laut Tawar milik bersama, namun ada juga yang mengklaim atau menjadikan hak milik di Danau Laut Tawar ini khususnya di daerah yang dekat tepi danau. Ini disampaikan oleh Aman Syahadat masyarakat yang tinggal di tepi Danau Laut Tawar beliau geram dengan adanya penimbunan dan dijadikan rumah saat air danau sedang surut. Aman Syahadat juga mengatakan bahwa kebanyakan yang menimbun dan mengklaim pinggiran danau yang ditimbun itu adalah para pejabat pemerintah daerah Universitas Sumatera Utara setempat. Penimbunan yang terjadi dipiggir danau tersebut tentu saja prilaku yang tidak bersahabat dengan lingkungan di Danau Laut Tawar. Karena kepemilikan sumberdaya alam milik bersama, maka sifat kepemilikannya tidak jelas sehingga sering dimanfaatkan secara habis-habisan eksploitasi tanpa memperdulikan kelestariannya. Seperti halnya penangkapan ikan di Danau Laut Tawar nelayan terus saja mengeksploitasi ikan yang ada disana, tanpa menjaga kelestarian danau tersebut. Sampai-sampai ada informasi yang mengatakan ikan Depik terus mengalami penurunan jumlah populasinya, fenomena ini sering disebut dengan “tragedy of commons”. Yang mempopulerkan konsep tragedy of commonsadalah Hardin, beliau mengatakan tragedy of commonsakan terjadi apabila seseorang membatasi penggunaan sumber daya yang terbatas namun tetangganya masyarakat lainnya tidak melakukannya. Dengan begitu sumber daya akan mengalami penurunan ruin dan orang yang membatasi penggunaan sumber daya tadi tetap kehilangan keuntungan jangka pendek akibat dari alokasi yang dilakukan oleh orang yang tidak membatasi sumber daya tadi. Menurut pendapat dari para ahli antropologi dan ekologi manusia berpendapat bahwa sumber daya memiliki karakter yang nilainya tergantung pada kehidupan yang ada disekitarnya. Walaupun makhluk hidup seperti ikan Depik dan Danau Laut Tawar termasuk ke dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui regenerasi, namun daya regenarasi tersebut sifatnya terbatas. Apabila pemanfaatan sumberdaya dimanfaatkan dengan bijak maka sumberdaya tersebut tidak mudah mengalami kerusakan, dan jika dimanfaatkan dengan keserakahan kerusakan sumberdaya pasti akan terjadi. Lingkungan merupakan salah satu sumber alam yang merupakan tempat atau media berlangsungnya hubungan timbal-balik Universitas Sumatera Utara makhluk hidup dan faktor-faktor alam, dan dapat disimpulkan bahwa ekosistem tidak dapat dipisahkan dengan sumber-sumber alam. Ketergantungan satu sama lain tersebut memberikan pengaruh kepada sumber daya alam lainnya, misalnya eksploitasi ikan Depik di Danau Laut Tawar akan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem ikan yang ada di Danau Laut Tawar. Untuk menghindari pemanfaatan sumberdaya yang tidak baik maka pemerintah membuat peraturan ke dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisikan tentang mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berkurangnya populasi ikan Depik tersebut dapat diketahui berdasarkan Data Dinas Perikanan Provinsi Aceh 1989, hasil tangkapan ikan di Danau Laut Tawar pada tahun 1988 sebesar 455 ton. Pada tahun 1994, produksi menurun menjadi 223 ton. Tahun 2006 menjadi 79,1 ton dan terus menurun menjadi 74,5 ton tahun 2008. Informasi ini dibenarkan oleh seorang nelayan dedesen, yang menjelaskan bahwa apabila dibandingkan dengan dahulu sekitar tahun 1980-an ke bawah jumlah ikan depik yang didapat lebih banyak dari yang di dapat saat ini. Seperti pembicaraan tentang jumlah tangkapan ikan depik dari dua informan mengenai jumlah naik turunnya jumlah tanggkapan ikan Depik., berikut potongan dialognya: Ibu Ami: “Dele ke kak…?” banyak kak…? Inen Fijas: “Enggeh mien.” tidak lagi Ibu Ami: “Gere lagu jemena geh, jemena ke mera opat tem, lime tem nye we.” tidak seperti dulu ya, dulu bisa sampai empat tem, lima tem Inen Fijas: “Ike nge musim ke mera opat tem nye…” kalau sudah musim bisa mencapai empat tem 17 17 Tem adalah satuan ukur yang digunakan Orang Gayo. Untuk ukuran berat beras 1 tem setara dengan 15 kg. Universitas Sumatera Utara Dari dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah tangkapan ikan Depik tidak sebanyak dulu, tetapi apabila sudah masuk musimnya jumlah tangkapan ikan Depik bisa banyak. Berkurangnya jumlah populasi ikan Depik di Danau Laut Tawar menjadi penanda bahwa ekosistem di danau tersebut sudah tidak sehat.

5.3 Kerusakan Danau Laut Tawar