Modal Besar untuk Doran

- Dengan cara gantung, metode ini doran biasanya dipasang secara menggantung ke bawah dari permukaan danau dengan posisi vertikal. Doran yang menggunakan metode ini biasanya doran ikan Nila dan ikan Jahir. - Gelung, metode ini merupakan variasi dari metode denang dan gantung, posisi pemasangan sama dengan cara gantung, tetapi doran ini juga di gelar atau ditebar mengitari ikan atau gerombolan ikan sehingga membentuk lilitan seperti obat nyamuk atau ular. Metode ini biasanya digunakan untuk doran gerlok.

4.3.1 Modal Besar untuk Doran

Bagi pemula membutuhkan modal besar untuk menjadi nelayan dengan menggunakan sistem doran. Paling tidak modal awal yang dikeluarkan oleh nelayan lebih kurang 10-12 juta rupiah. Dari modal awal tersebut digunakan untuk perlengkapan yang wajib dimiliki oleh nelayan seperti perau perahu, dan jaring. Untuk perau sendiri memiliki variasi berdasarkan bahan kayu, ada perau yang dibuat dari kayu gerupel, kayu jeumpa kedua jenis kayu ini merupakan kualitas terbaik untuk dijadikan sebagai perau. Ada pula perahu dengan bahan kayu sembarangan atau kayu apa saja seperti perahu yang dibuat dari batang pohon kapas dan lain sebagainya, memiliki kualitas rendah atau biasa disebut KW. Perau dari kayu kapas memang lebih murah dibandingkan perau yang terbuat dari kayu gerupel dan jeumpa. Namun perau dari bahan kayu kapas ini tidak dapat bertahan lama, karena sifatnya menyerap air maka rentan dengan kerusakan seperti lebih cepat lapuk, dan tidak aman digunakan untuk nelayan. Berbeda dengan perau berbahan kayu jeumpa dan kayu gerupel memiliki ketahanan yang lebih lama dapat digunakan sampai 10 tahun bahkan lebih, dan harganya lebih tinggi dibandingkan dengan perau dengan kualitas rendah. Harga perau dari kayu jeumpa dan Universitas Sumatera Utara gerupel mencapai 4-4,5 juta rupiah. Berikut penuturan informan bernama Rusdan Aman Tina berumur 35 tahun. “ Bertelurnya kayak mana jadi kayak orang laen yang di tipi- tipi tu dia dibudidayakan terus dari, dari tambak ni bertelornya nanti diambil dari ikan ini kan ada tu kan, dia suntik di situ udah bertelor dibadannya itu nanti kalo udah tua baru dikeluarin lagi, di tarok disatu tempat lagi baru menetas. Jadi tau kita berapa hari atau berapa bulan baru… ini lah enggak ada.” Untuk jaring para nelayan paling tidak harus memiliki 6 jaring, biasanya nelayan membeli net jaring saja dan nelayan menambah sendiri ke jaring untuk pemberat dan pelampung. Informan juga mengatakan dengan uang Rp. 1.000.000,00 bisa mendapat kurang lebih enam jaring. Pemberat jaring biasanya nelayan menggunakan batu besar kira-kira berdiameter 10-15 cm. Pemberat ini biasanya ditinggal di danau, dan ketika nelayan kembali ke danau menggunakan pemberat yang sama yang sudah ditandai. Hal ini bertujuan agar bawaan nelayan tidak terlalu banyak dan mengurangi beban perahu iu sendiri. Sedangkan pelampung jaring nelayan biasanya menggunakan botol plastik yang bekas, dan stereofoam. Berikut pernyataan informan sebut saja namanya x berumur 50 tahun. “Kadang batu pemberat tu tinggal terus dia di situ besok- besok tinggal ikat lagi di situ. Pindah kita enggak diambil lagi batu itu, bikin lain lagi.” Universitas Sumatera Utara BAB V KELOMPOK NELAYAN DAN KEADAAN DANAU LAUT TAWAR

5.1 Kelompok Nelayan