Agama Budha

B. Agama Budha

Asal usul agama Budha bersumber dari seorang laki-laki yang dikenal dengan nama Siddharta Gautama, anak seorang raja atau pimpinan dari Suku Sakya dari sebuah Negara kecil di bagian Utara India. Suddhodana, ayah Siddharta, memberikan kesempatan kepada putranya untuk belajar dan berkembang, mengajarkan semua keahlian yang harus dimiliki seorang pangeran. Sang ayah membawa guru terbaik dari setiap bidang, yang mengajari Siddharta pelajaran Hindu Klasik. Untuk membahagiakan anaknya, Suddhodana memanjakan Siddharta dengan memberikan segalanya yang dapat ia berikan, termasuk istana indah dan hidangan lezat. Ia juga mengatur pernikahan putranya dengan Yosadhara, putri yang paling cantik di kerajaan.

Harta benda dan kemewahan yang diberikan ayahnya ternyata tak bisa membahagiakan Siddharta. Pikirannya juga terus bergejolak memikirkan penderitaan manusia, tatkala suatu hari ia keluar dari Istana dan mendapati seorang lelaki yang kurus kering karena sakit meminta-minta dan melihat seorang lelaki lain tua yang bungkuk, gemetaran bersandar pada tiang di pinggir jalan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan kehidupannya hanyalah sementara.

Akhirnya pada usia 29 tahun, Sidharta meninggalkan istana, meninggalkan istri dan seorang anak yang dicintainya. Ia bergabung dengan kelompok pertapa yang telah meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebenaran tertinggi dengan menjadi penganut Hindu. Dari guru yang satu ke guru yang lain tak mendapatkan cara untuk menghapus penderitaan, akhirnya Siddharta memutuskan untuk berkelana seorang diri, menjalani meditasi, melakukan pertapaan di hutan belantara, menyiksa diri dan akhirnya duduk mematung hingga burung pun hinggap dan mematuki bahunya dan seekor tupai meloncat di lututnya.

Menjalani pengembaraan dan pertapaan selama tujuh tahun, Siddharta tak menemukan kebenaran yang dicarinya. Tiba-tiba dia menyudahi pertapaan itu dengan meminum segelas susu dan makan nasi yang diberikan seorang wanita yang baik hati ketika melihatnya. Ia kemudian duduk di bawah pohon Bodhi yang dikenal sebagai ‘ficus religiosos’ (pohon kebijaksanaan), berniat untuk tidak meninggalkan pohon tersebut sampai dia mendapatkan jawaban untuk mengatasi penderitaan.

Saat matahari terbit, Siddharta diterangi dengan cahaya kebijaksanaan yang berasal dari tubuhnya sendiri. Seluruh pertanyaannya terjawab dengan jelas. Ia mengalami realisasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, penghentian dari pendeitaan, pemahaman intuisi terhadap kehidupan dan kematian. Ia bangkit dengan pancaran sinar dan kuat, penerangan sempurna. Sejak itu, Siddharta Gautama dikenal sebagai Buddha.

Dari uraian dan penjelasan histories munculnya agama Budha, menunjukkan bahwa konsep ketuhanan agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam agama ini telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha.

Kitab suci agama Buddha bernama Tripitaka, yang mana kitab ini terhimpun dari pidato Buddha, yaitu Windyapittaka

(peraturan hidup), Sutrantapittaka (wejangan/pelajaran Buddha) Abbidharmapittaka (soal keagamaan). Ajaran Agama Budha adalah dua hal, yaitu Aryasatyani (kebenaran yang utama) dan Paratyasamutpada (rantai lingkaran sebab akibat).

Menurut Buddha, hidup ini adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang dengan delapan cara (astaweda), yaitu kepercayaan yang kuat dan benar, niat Menurut Buddha, hidup ini adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang dengan delapan cara (astaweda), yaitu kepercayaan yang kuat dan benar, niat

Dalam Aryasatyani juga diterangkan, bahwa hidup adalah penderitaan, akibat dari nafsu, maka nafsu harus ditindas. Tetapi nafsu ini timbul karena kebodohan, sehingga kebodohanlah yang harus ditindas terlebih dahulu. Dengan demikian terhentilah hidup yang terjalin karena penderitaan, tinggal hidup yang abadi. Orang-orang yang yang telah mencapai hidup yang abadi ini tidak akan menitis kembali di atas bumi karena telah masuk nirwana.

Apabila dicermati, sebenarnya ajaran ini bukanlah merupakan suatu agama, karena kitab suci yang seharusnya memberikan informasi dari TuhanNya mengenai konsep ketuhanan, mengenai utusanNya telah gugur bila diukur dengan kaidah-kaidah kebenaran. Apalagi dengan kitabnya.

Analisis:

Konsep ketuhanan dalam agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam agama ini telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha. Dalam agama ini juga dikenal banyak Dewa disamping Sang Budha, sehingga termasuk dalam agama polytheisme. Dengan demikian Tuhan dalam agama Buddha tidak distinc dan karenanya tidak unique.

Kitab Suci Tripittaka merupakan kumpulan pidato dan konsep-konsep kebijakan dari Sidharta Gautama setelah dianggap mencapai penerangan yang sempurna (Buddha), bukan merupakan wahyu yang datangnya dari Tuhan yang absolute, distinc dan unique. Tidak menjelaskan mengenai konsep ketuhanan maupun informasi mengenai alam semesta.

Pembawa agama ini adalah seorang manusia yang meninggalkan kehidupan duniawinya dengan hidup menderita, bertapa, menyiksa diri, melakukan meditasi untuk mendapatkan kebenaran sejati. Cara-cara yang dilakukan dengan menjauhkan diri dari kehidupan dunia justru bertentangan dengan hasrat terdalam manusia untuk memanfaatkan alam semesta ini.

Ajaran pokoknya adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang dengan delapan cara (astaweda). Konsep demikian merupakan hasil dari pemikiran dan meditasi sehingga lebih menyerupai konsep filsafat bukan agama yang sebenarnya.

Dengan demikian agama Buddha tak bisa kita percaya sebagai agama yang benar dan harus ditinggalkan.

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

MOTIVASI MENJADI COSPLAYER

1 33 13

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PELINTINGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

0 17 55

Judul penelitian adalah: PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN LAKI-LAKI MENJADI WARIA (Decision Making Process Becomes Male Transvestites)

1 43 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA

0 18 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70