Matahari dan Bulan
3. Matahari dan Bulan
Dalam kumpulan galaksi yang menyatu dalam cluster yang bernama bima sakti, Allah ciptakan matahari sebagai pelita dan bulan sebagai cahaya. Hal ini Allah berfirman dalam Al-Quran :
”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat- tingkat.? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (QS. Nuh, 71:15-16)
”Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari)” (QS. Surat An-Naba’, 78:12-13)
Maurice Bucaille menguraikan, matahari adalah cahaya (dziya’) dan bulan adalah terang (nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang yang mencampur adukkan dua kata tersebut. Sesungguhnya perbedaan arti antara dua kata tersebut sangat kecil. Dziya’ berasal dari akar kata yang menurut kamus Arab- Perancis karangan Kazimirski, berarti menyala, mengkilat, tetapi pengarang itu juga memberi arti terang di samping arti cahaya.
Perbedaan antara matahari dan bulan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat diatas, bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir) dari akar yang sama dengan kata nur (kata terang dipakai untuk bulan). Sedangkan matahari diserupakan sebagai pelita (siraj)atau lampu yang sangat terang sinarnya (wahhaj).
Manusia pada zaman Nabi Muhammad dapat menerima perbandingan antara matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal oleh orang-orang yang hidup di sahara, dengan bulan, bintang, udara sejuk di waktu malam. Perbandingan tentang hal ini yang kita dapatkan dalam Al-Quran adalah wajar. Yang sangat menarik perhatian dan perlu dicatat di sini ialah keagungan perbandingan, dan tidak terdapatnya dalam teks Al- Quran unsur-unsur perbandingan yang menunjukkan keagungan pada waktu Al-Quran diturunkan, tetapi yang nampak pada zaman kita sekarang sebagai khayalan.
Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang memprodusir panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi pembakaran di dalamnya dan kita mengetahui bahwa bulan yang tidak mempunyai cahaya dari dirinya sendiri, hanya memantulkan kembali cahaya yang diterima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak berkegiatan, sedikitnya di lapisan-lapisan yang di luar. (DR. Maurice Bucaille, Bible, Quran dan Sains Modern, Bulan bintang Jakarta, 1978)
Sebagai sumber cahaya dan energi panas, matahari menyediakan energi yang kita butuhkan setiap hari. Harun Yahya menulis, pada benda angkasa yang berenergi sangat besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom.
Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan untuk kehidupan disediakan oleh matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.
Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam.
Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun 325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti, yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.)
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasiin, 36:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000x24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya. (DR Harun Yahya, Keajaiban Alam Semesta, 2002)