Hukum Perkawinan

a. Hukum Perkawinan

Allah swt menciptakan manusia berpasang-pasangan, yakni antara laki-laki dan wanita. Masing-masing mempunyai kecenderungan untuk menyatu dalam kebersamaan, saling mencintai, menyayangi, sharing atau curhat, untuk mendapatkah kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman. Kebersamaan antara laki-laki dan wanita dalam Islam harus dilakukan melalui sebuah ikatan perkawinan yang syah, mengikuti syarat dan rukunnya. Dengan ikatan perkawinan ini hubungan kebersamaan mereka menjadi halal dan tidak digolongkan sebagai perzinahan. Allah swt berfirman dalam Al-Quran :

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum, :21)

Banyak manfaat yang didapat dari sebuah perkawinan, disamping untuk saling mencintai dan menyayangi, juga dalam usaha untuk mendapatkan keturunan, membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawadah warohmah. Karena itulah Allah memerintahkan agar orang-orang yang sendirian dan memenuhi persyaratannya, dikawinkan dengan pasangannya. Jangan karena takut akan kemiskinan, mereka meninggalkan perkawinan ini. Karena Allah yang akan memberikan rezeki sebagai karunia bagi mereka.

”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika merela miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nuur, 24 :32)

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisaa’, 4:3)

Seorang laki-laki yang telah memenuhi persyaratan baik usia maupun tanggung jawab menjadi seorang suami, maka dirinya berhak memilih seorang calon istrinya. Bagi seorang laki-laki beriman, dirinya berhak mengawini orang-orang yang beriman, yang suci dan juga wanita ahli Kitab yang menjaga kehormatannya. Allah berfirman dalam Al- Quran.

”Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita- wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita- wanita yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, dan tidak maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah, 5:5)

Apabila tidak cukup perbelanjaannya mengawini wanita merdeka yang beriman, maka dapat mengambil wanita beriman dari budak-budak yang dimilikinya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan barangsiapa di antara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu, sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:25)

Jika seorang lelaki telah menetapkan seorang wanita untuk dinikahi, maka yang pertama kali perlu dilakukan adalah dengan meminangnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita iu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) ”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita iu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)

Sebuah perkawinan yang syah dilakukan melalui aqad nikah, dimana harus memenuhi persyaratan diantaranya, adanya wali wanita, dengan memberikan mahar (mas kawin) bagi wanita oleh manten laki-laki, dan dilakukan akad nikah di hadapan dua orang saksi. Allah berfirman dalam Al-Quran.

” ... Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian, (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di anatara mereka, berikanlah maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban, dan tiadalah mengapa bagi kamu yang telah merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana.” (QS. An-Nisaa’, 4:24)

Dalam sebuah perkawinan, maka bagaimana antara suami-istri dapat saling menyayangi, menghormati dan menjaga hak-hak diantara keduanya dan masing-masing melakukan kewajibannya. Seorang suami harus berlaku dan bergaul dengan istrinya dengan cara yang ma’ruf dan lemah lembut.

”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisaa’, 4:19)

Demikian juga, seorang istri harus menjaga ketaatan kepada suaminya, menjaga kehormatan suami dan hartanya di rumah.

”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki0laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:34)

Sebuah rumah tangga yang telah terbentuk, yang dilingkungi dengan suasana sakinah, mawadah, warohmah, sedapat mungkin untuk terus dijaga jangan sampai terjadi perpecahan diantara suami dan istri.

Demikianlah beberapa ayat yang dapat dijadikan pedoman bagi penetapan hukum perkawinan yang bersumber dari Al-Quran.

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

MOTIVASI MENJADI COSPLAYER

1 33 13

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PELINTINGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

0 17 55

Judul penelitian adalah: PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN LAKI-LAKI MENJADI WARIA (Decision Making Process Becomes Male Transvestites)

1 43 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK KAMPANYE “PALESTINA 194” SEBAGAI UPAYA PALESTINA UNTUK MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENJADI ANGGOTA PENUH PERSERIKATAN BANGSA

0 18 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70