Pola Konsumsi Sayur dan Buah Mahasiswi Non Kesehatan

frekuensi konsumsi buah mahasiswi kesehatan adalah 1,74 kalihari atau 12 kaliminggu. Hasil penelitian ini masih lebih tinggi dari pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia 2008 pada mahasiswa TPB IPB yang menyatakan bahwasanya responden hanya mengonsumsi sayur 3,4 kali minggu dan mengonsumsi buah 2 kaliminggu.

5.4.2. Pola Konsumsi Sayur dan Buah Mahasiswi Non Kesehatan

Pola konsumsi sayur dan buah mahasiswi non kesehatan lebih rendah daripada mahasiswi kesehatan. Jumlah konsumsi sayur pada mahasiswi non kesehatan hanya 6 yang berada pada kategori baik dan sisanya sebesar 94 berada pada kategori tidak baik. Konsumsi sayur mahasiswi non kesehatan berkisar antara 10-262,5 gramhari, rata-rata konsumsi sayur seluruh responden sebesar 83,13 gr dan 30 mahasiswi non kesehatan mengonsumsi sayur di atas rata-rata konsumsi ≥ 83,13 grhari. Rata-rata konsumsi sayur pada mahasiswi non kesehatan sebesar 75,9 gramhari masih lebih rendah dari anjuran yaitu sebesar 150 gramhari dan terdapat 4 orang mahasiswi non kesehatan yang tidak mengonsumsi sayur sama sekali selama 2 hari yaitu hari kuliah dan hari libur dan 2 orang diantaranya tidak menyukai sayur. Hasil ini masih lebih tinggi daripada hasil penelitian Elnovriza, dkk 2008 pada mahasiswa Universitas Andalas yang berdomisili di asrama yang menyatakan bahwasanya rata-rata konsumsi sayuran responden hanya sebesar 40 gramhari. Jumlah konsumsi buah pada mahasiswi non kesehatan hanya 8 yang berada pada kategori baik dan 92 berada pada kategori tidak baik. Konsumsi buah Universitas Sumatera Utara mahasiswi non kesehatan berkisar antara 10-375 gramhari, rata-rata jumlah konsumsi buah seluruh mahasiswi sebesar 95,84 gramhari dan 36 mahasiswi non kesehatan mengonsumsi jumlah buah di atas rata-rata konsumsi buah tersebut. Rata- rata konsumsi buah pada mahasiswi kesehatan sebesar 96,7 gramhari masih lebih rendah dari anjuran yaitu sebesar 200 gramhari dan terdapat 12 orang mahasiswi non kesehatan yang tidak mengonsumsi buah sama sekali selama 2 hari yaitu hari kuliah dan hari libur. Hasil ini menunjukkan bahwasanya mengonsumsi sayur dan buah dengan jumlah yang cukup tidak terlalu penting bagi mahasiswi non kesehatan. Dan kesadaran mahasiswi non kesehatan akan pentingnya konsumsi sayur dan buah dengan jumlah yang dianjurkan juga sangat rendah. Menurut Hardono 1998 dalam penelitian Setiowati 2000, masih rendahnya konsumsi buah di Indonesia terkait dengan beberapa faktor, disamping pendapatan, konsumsi buah tersebut tampaknya juga terkait dengan masalah masih rendahnya kesadaran mengonsumsi buah sebagai sumber vitamin, mineral, atau protein nabati, rendahnya ketersediaan buah, dan kurangnya keterjangkauan konsumsi produk oleh rumah tangga. Konsumsi sayur dan buah dengan jenis yang dianjurkan juga masih rendah dikalangan mahasiswi non kesehatan. Jenis konsumsi sayur kategori baik pada mahasiswi non kesehatan sebesar 28 dan pada kategori tidak baik sebesar 72. Jenis konsumsi buah kategori baik pada mahasiswi non kesehatan sebesar 48 dan pada kategori tidak baik sebesar 52. Jenis sayur yang paling banyak dikonsumsi mahasiswi non kesehatan adalah kol 38, wortel 34, kacang panjang 24 dan gori 22. Jenis buah yang paling banyak dikonsumsi mahasiswi non kesehatan Universitas Sumatera Utara adalah semangka 24, pisang 16, jambu biji 14, dan nenas 14. Meskipun ketersediaan sayur dan buah melimpah dengan berbagai jenis di sekitar mahasiswi tetapi belum bisa menjanjikan mahasiswi untuk mengonsumsi sayur dan buah dengan berbagai jenis. Kebanyakan mahasiswi memberi alasan tidak banyak mengonsumsi berbagai jenis sayur dan buah karena jenis sayur dan buah yang dijual monoton terutama dalam pengolahannya yang mudah membuat mahasiswi bosan untuk mengonsumsi sayur dan buah dengan pengolahan yang sama. Alasan lain jenis konsumsi sayur responden rendah karena beberapa mahasiswi yang rantangan, hanya memeroleh sayur dengan 1 jenis dan dikonsumsi untuk makan siang dan makan malam jadi jenis sayur untuk makan siang dan makan malam hanya 1 jenis saja. Sementara pada pagi hari responden hampir tidak pernah konsumsi sayur dan buah. Frekuensi konsumsi sayur dan buah pada mahasiswi non kesehatan juga lebih rendah daripada mahasiswi kesehatan. Pada mahasiswi non kesehatan, frekuensi konsumsi sayur pada kategori baik yaitu sebesar 14 dan kategori tidak baik sebesar 86. Pada frekuensi konsumsi buah hanya berbeda sedikit, pada kategori baik sebesar 16 dan kategori tidak baik sebesar 84. Frekuensi konsumsi sayur mahasiswi non kesehatan paling sedikit yaitu 0,14 kali hari atau 1 kali perminggu dan paling banyak 3,42 kalihari atau 24 kaliminggu. Rata-rata frekuensi konsumsi sayur seluruh mahasiswi sbesar 1,3 kalihari atau 9 kaliminggu dan 28 mahasiswi non kesehatan mengonsumsi sayur dengan frekuensi di atas rata-rata tersebut. Rata-rata frekuensi konsumsi sayur mahasiswi non kesehatan adalah 1,15 kalihari atau 8 kaliminggu. Frekuensi konsumsi buah mahasiswi non kesehatan paling sedikit berada pada frekuensi 0,14 kalihari atau 1 Universitas Sumatera Utara kali perminggu dan paling banyak berada pada frekuensi 2,85 kalihari atau 20 kaliminggu. Rata-rata frekuensi konsumsi buah seluruh mahasiswi yaitu 1,4 kalihari atau 10 kaliminggu dan 46 mahasiswi non kesehatan mengonsumsi buah dengan frekuensi di atas rata-rata tersebut. Rata-rata frekuensi konsumsi buah mahasiswi non kesehatan adalah 1,22 kalihari atau 9 kaliminggu. Hal yang membuat frekuensi konsumsi sayur dan buah ini rendah karena mahasiswi hanya mengonsumsi sayur dan buah rata-rata hanya pada siang hari dimana pada siang hari mahasiswi mudah memeroleh sayur dan buah dari kantin kampus atau dari pedagang-pedagang yang berjualan sayur dan buah di lingkungan kampus. Sementara pada pagi hari jarang sekali mengonsumsi sayur dan buah dengan alasan belum ada yang menjual sayur dan buah dan malam hari mahasiswi sangat jarang mengonsumsi sayur dan buah karena mereka beranggapan bahwasanya sayur yang dijual di rumah makan pada malam hari sudah tidak enak karena sayur tersebut sudah dari pagi dimasak dan penjual rujak yang merupakan sumber utama mahasiswi memeroleh buah tidak berjualan pada malam hari. Alasan lain mahasiswi hanya mengonsumsi sayur pada siang hari saja karena beberapa mahasiswi memeroleh sayur dengan cara rantangan khusus untuk siang dan malam hari dan sayur dari rantangan tersebut lebih sering dihabiskan pada makan siang dan pada malam hari responden hanya mengonsumsi lauk saja tanpa sayur. Hal itulah yang menyebabkan mahasiswi mengonsumsi sayur dan buah dengan frekuensi yang tidak baik. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan pada pola konsumsi sayur dan buah, adanya perbedaan jumlah konsumsi buah, jenis konsumsi sayur dan buah serta frekuensi konsumsi sayur dan buah antara mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non Universitas Sumatera Utara kesehatan, yaitu ditunjukkan oleh nilai p0,05. Dimana pola konsumsi sayur dan buah mahasiswi kesehatan lebih baik daripada mahasiswi non kesehatan. Namun pada jumlah konsumsi sayur dengan menggunakan uji Mann Whitney tidak menunjukkan adanya perbedaan pada mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan dengan nilai p0,05. 5.5. Gambaran Pengetahuan Gizi Mahasiswi Terhadap Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori baik, hanya 15,4 yang mengonsumsi jumlah sayur dalam kategori baik ≥150 gramhari dan 23,1 yang mengonsumsi jumlah buah dalam kategori baik ≥200 gramhari serta terdapat 84,6 yang mengonsumsi jumlah sayur dalam kategori tidak baik 150 gramhari dan 76,9 yang mengonsumsi jumlah buah dalam kategori tidak baik 200 gramhari. Pada mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang, hanya 6,6 yang mengonsumsi jumlah sayur dalam kategori baik ≥150 gramhari dan 8,2 yang mengonsumsi jumlah buah dalam kategori baik ≥200 gramhari serta terdapat 93,4 yang mengonsumsi jumlah sayur dalam kategori tidak baik 150 gramhari dan 91,8 yang mengonsumsi jumlah buah dalam kategori tidak baik 200 gramhari. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswi baik itu mahasiswi kesehatan maupun mahasiswi non kesehatan yang memiliki pengetahuan baik, hanya sedikit yang mengonsumsi sayur dan buah dengan jumlah Universitas Sumatera Utara yang dianjurkan. Ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki responden baru merupakan suatu informasi yang disimpan dalam ingatan, belum dipraktikkan dalam tindakan yakni mengonsumsi sayur dan buah dengan jumlah yang dianjurkan. 5.6. Gambaran Pengetahuan Gizi Mahasiswi Terhadap Jenis Konsumsi Sayur dan Buah Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori baik, terdapat 51,3 yang mengonsumsi jenis sayur dalam kategori baik ≥ 2 jenis sayurhari dan 17,9 yang mengonsumsi jenis buah dalam kategori baik ≥ 2 jenis buahhari serta terdapat 48,7 yang mengonsumsi jenis sayur dalam kategori tidak baik 2 jenis sayurhari dan 82,1 yang mengonsumsi jenis buah dalam kategori tidak baik 2 jenis buahhari. Pada mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang, terdapat 32,8 yang meng onsumsi jenis sayur dalam kategori baik ≥2 jenis sayurhari dan 21,3 yang mengonsumsi jenis buah dalam kategori baik ≥2 jenis buahhari serta terdapat 67,2 yang mengonsumsi jenis sayur dalam kategori tidak baik 2 jenis sayurhari dan 78,7 yang mengonsumsi jenis buah dalam kategori tidak baik 2 jenis buahhari. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswi baik itu mahasiswi kesehatan maupun mahasiswi non kesehatan yang memiliki pengetahuan baik, hanya sedikit yang mengonsumsi sayur dan buah dengan jenis yang dianjurkan. Hamalik 2000 dalam penelitian Badrialaily 2004 menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa faktor lingkungan sekolahkampus memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan konsumsi pangan. Hal ini berhubungan dengan makanan yang dijual di kantin yang akan memengaruhi dalam pemilihan menu makanan yang akan dikonsumsi. 5.7. Gambaran Pengetahuan Gizi Mahasiswi Terhadap Frekuensi Konsumsi Sayur dan Buah Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori baik, hanya 28,2 yang mengonsumsi sayur dan buah dalam frekuensi kategori baik ≥ 2 kalihari serta terdapat 71,8 mengonsumsi sayur dan buah dalam frekuensi kategori tidak baik 2 kalihari. Pada mahasiswi yang memiliki tingkat pengetahuan gizi kategori sedang, hanya 19,7 yang mengonsumsi sayur dan 24,6 yang mengonsumsi buah dalam frekuensi kategori baik ≥ 2 kalihari serta terdapat 80,3 yang mengonsumsi sayur dan 75,4 yang mengonsumsi buah dalam frekuensi kategori tidak baik 2 kalihari. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasanya mahasiswi baik itu mahasiswi kesehatan maupun mahasiswi non kesehatan yang memiliki pengetahuan baik, hanya sedikit yang mengonsumsi sayur dan buah dengan frekuensi yang dianjurkan. Hal ini diduga bahwa responden belum mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki dalam mengonsumsi sayur dan buah dengan frekuensi yang dianjurkan. Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang diharapkan diikuti pula dengan praktek dalam mengonsumsi sayur dan buah. Memiliki pengetahuan gizi tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya. Mereka mungkin Universitas Sumatera Utara mengerti tentang vitamin dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk keseimbangan diit. Tetapi mereka tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi ini dalam kehidupan sehari-hari Khomsan, 2002 dalam penelitian Badrialaily, 2004.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan gizi mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan berbeda dimana pengetahuan gizi mahasiswi kesehatan lebih tinggi daripada mahasiswi non kesehatan. 2. Sikap mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan tidak berbeda tetapi sikap mahasiswi kesehatan masih lebih baik daripada mahasiswi non kesehatan. 3. Jumlah konsumsi sayur dan buah mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan masih kurang dari anjuran dimana konsumsi sayur mahasiswi kesehatan dan mahasiswi non kesehatan masih 150 gramhari dan konsumsi buah 200 gramhari. Tetapi jumlah konsumsi sayur dan buah mahasiswi kesehatan masih lebih baik daripada mahasiswi non kesehatan dimana rata-rata jumlah konsumsi sayur mahasiswi kesehatan sebesar 100,47 gramhari dan mahasiswi non kesehatan sebesar 75,9 gramhari dan jumlah konsumsi buah mahasiswi kesehatan sebesar 147,75 gramhari dan mahasiwi non kesehatan sebesar 96,7 gramhari. Rata-rata jumlah konsumsi sayur seluruh mahasiswi adalah 83,13 gramhari dan rata-rata jumlah konsumsi buah seluruh mahasiswi adalah 95,84 gramhari. Universitas Sumatera Utara