2. Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
2.1.2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku Wahid dkk, 2007 dalam penelitian Situngkir,
2012. Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan Thoughts and feeling, hasil pemikiran dan perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan Personal references merupakan
faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya Resources yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya Culture berperan besar dalam mempengaruhi pola fikir
seseorang untuk bersikap terhadap objek stimulus tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Sikap seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya termasuk konsumsi sayur dan buah. menurut
penelitian Farisa 2012, konsumsi buah dan sayur yang baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur, sehingga dapat
dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan konsumsi buah dan sayur.
2.1.3. Pola Makan Mahasiswa
Santoso dan Ranti 2004 mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara atau perilaku yang
ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah
makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup Pratiwi, 2011.
Dalam pola makan yang sehat, terkandung pengertian bahwa konsumsi zat gizi harus berimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sumber bahan pangan
yang bervariasi sangat dianjurkan karena masing-masing bahan pangan mempunyai kelebihan. Makanan yang sehat harus mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan
oleh tubuh. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral harus dalam jumlah dan kualitas yang cukup dan seimbang. Makanan yang beragam dijamin dapat
memberi manfaat yang lebih besar terhadap kesehatan. Makanan yang beragam dapat
Universitas Sumatera Utara
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber energi, protein, lemak, vitamin, dan mineral bagi kebutuhan gizi seseorang Riyadi, 2008.
Pola makan yang sehat diasosiasikan dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan untuk mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Setiap individu membutuhkan pola makan yang sehat dan seimbang untuk menjaga kesehatan dan untuk mendukung kelancaran aktivitas
terutama bagi individu yang memiliki aktivitas keseharian yang padat, misalnya pada mahasiswa. Mahasiswa tergolong dalam kelompok usia transisi dari masa remaja
akhir menjadi dewasa awal. Seseorang yang memasuki usia transisi ini sudah mulai peduli dan memperhatikan tentang asupan makanan yang dikonsumsi untuk
mencukupi kebutuhan nutrisinya, baik dari segi kebutuhan energi, vitamin, maupun mineral. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh mahasiswa akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta konsentrasinya dalam belajar. Sebayang, 2012.
Sebayang 2012 juga mengatakan bahwasanya sebagian besar mahasiswa tinggal di rumah kost dan asrama, dimana perilaku atau pola konsumsi makanan
mahasiswa yang tinggal di rumah kost dan asrama cenderung serba tidak teratur dan jauh dari ukuran sehat. Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor, seperti aktivitas yang
padat, kesulitan dari segi ekonomi, kurangnya kepedulian dan pengetahuan akan pola makan yang baik.
Menurut penelitian Ginting 2003 mengenai pola makan mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non kesehatan, mengatakan bahwa mahasiswa kesehatan
cukup sering atau hampir setiap hari mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk,
Universitas Sumatera Utara
sayuran, buah-buahan dan makanan jajanan tetapi mahasiswa kesehatan belum cukup baik dalam menentukan menu makannya, dan dapat disimpulkan bahwa hanya
sebagian kecil yang memiliki menu makanan yang baik atau lengkap. Seperti halnya mahasiswa kesehatan, mahasiswa non kesehatan juga cukup sering mengonsumsi
makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan makanan jajanan tetapi juga belum cukup baik dalam memilih menu makanannya. Kalau dilihat dari menu makan
pagi, siang, dan malam maka dapat disimpulkan bahwa menu makanan mahasiswa non kesehatan sudah cukup baik untuk menu makan siang, tetapi untuk menu makan
pagi dan malam, sebagian besar belum cukup baik. Pola makan mahasiswa yang kurang baik juga tidak terlepas dari tingginya
konsumsi fast food dikalangan mahasiswa. Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang
singkat serta rendah serat dan tinggi lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja,
tempat saji dan penyajian yang higienis. Efek negatifnya jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tentu akan menjadi tumpukan lemak di tubuh, serta memicu
faktor kegemukan, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes melitus, gangguan jantung, kanker dan stroke Tarigan, 2012.
Berdasarkan penelitian Tarigan 2012 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU,
diperoleh bahwa tindakan mahasiswa dalam mengonsumsi makanan cepat saji sangat tinggi dimana sebagian besar mahasiswa mengonsumsi ayam goreng kentucky,
hamburger, dan chicken nugget dengan frekuensi sebanyak 2-7 kali seminggu dalam 1 bulan terakhir. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki
Universitas Sumatera Utara
frekuensi konsumsi makanan cepat saji yang sangat sering. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang mengonsumsi makanan
cepat saji pada saat jam istirahat dan didukung padatnya aktivitas perkuliahan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, gaya hidup dan di sekitar lingkungan kampus banyak terdapat
penjual makanan cepat saji.
2.2. Konsumsi Sayur dan Buah