BAB VIII. PENUTUP 8.1.
Program Transisi
dalam menyusun RPJM Daerah ini ditambahkan rancangan program indikatif 1 satu satu tahun ke depan setelah periode RPJM Daerah
berakhir, untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada masa akhir jabatan Kepala Daerah.
8.2. Kaidah Pelaksanaan
8.2.1. RPJM Daerah merupakan pedoman bagi SKPD dalam
menyusun Renstra-SKPD. 8.2.2.
RPJM Daerah akan digunakan dalam penyusunan RKPD. 8.2.3.
Penguatan peran para stakeholderpelaku dalam pelaksanaan RPJM Daerah.
8.2.4. Merupakan dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja
lima tahunan dan tahunan.
4.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
Perencanaan Pembangunan dengan pendekatan partisipatif atau biasa disebut sebagai participatory planning, sebenarnya merupakan suatu proses
politik untuk memperoleh kesepakatan bersama collectiveagreement melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangunan stakeholder. Proses
politik ini dilakukan secara transparan dan aksesibel sehingga masyarakat memperoleh kemudahan mengetahui setiap proses pembangunan yang dilakukan
serta setiap tahap perkembangannya. Dalam hal ini perencanaan partisipatif lebih sebagai sebuah alat pengambilan keputusan yang diharapkan dapat meminimalkan
konflik antar stakeholder. Perencanaan partisipatif juga dapat dipandang sebagai instrumen
pembelajaran masyarakat social learning secara kolektif melalui interaksi antar
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
seluruh pelaku pembangunan atau stakeholder tersebut. Pembelajaran ini pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholder dalam upaya
memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya secara luas. Perencanaan partisipatif selain sebagai sebuah proses politik juga merupakan sebagai sebuah proses teknis.
Dalam proses ini yang lebih ditekankan adalah peran dan kapasitas fasilitator untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi stakeholder secara tepat. Selain itu
proses ini juga diarahkan untuk memformulasikan masalah secara kolektif, merumuskan strategi dan rencana tindak kolektif, serta melakukan mediasi konflik
kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya publik. Salah satu hal penting dalam proses teknis ini adalah upaya pembangunan institusi masyarakat yang cukup
legitimasi sebagai wadah bagi masyarakat untuk melakukan proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, argumen, dan ide menuju terbangunnya sebuah
konsensus, sebagai awal tindak kolektif penyelesaian persoalan publik. Hal ini di sesuai dengan pernyataan salah seorang informan Pemko Medan yang
mengatakan : “Partisipasi masyarakat dalam sistem Perencanaan Pembangunan
Jangka menengah Daerah bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi
berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi
pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui
perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk
menyelesaikan isu sektoral.”
Pendekatan partisipatif dalam berbagai konteks, termasuk dalam perencanaan, selalu dikaitkan dengan proses demokratisasi, di mana masyarakat
sebagai elemen terbesar dalam suatu tatanan masyarakat diharapkan dapat ikut
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
dalam proses penentuan arah pembangunan. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat dalam era reformasi tuntutan atas keterbukaan dan
akuntabilitas serta partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan merupakan konsekuensi dan komitmen atas prinsip prinsip demokrasi, karena
instrumen perencanaan adalah usaha untuk pemberdayaan dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi dan politik yang selaras.
Asumsi para pakar atau pun para ahli, yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam proses perencanaan
pembangunan. Dan pentingnya partisipasi masyarakat ini juga terakomodir dalam UU No. 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Begitu juga
halnya dalam penyusunan RPJMD Kota Medan tahun 2006-2010. Menurut informan dari pemko medan, bahwa dalam penyusunan RPJMD telah melibatkan
unsur masyarakat yang terdiri dari organisasi masyarakat, organisasi profesi, tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan dari kelurahan dan kecamatan, media
massa, DPRD, tokoh pemuda, serta perguruan tinggi. Keterlibatan mereka secara luas diakomodir dalam tahapan musyawarah perencanaan pembangunan
Musrenbang RPJMD. Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah Kota Medan
merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Medan yang berpedoman kepada RPJP Provinsi dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Batasan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 lima tahun. RPJM juga sering
disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang sedang menjabat sebagai kepala daerah.Visi pembangunan jangka panjang
menjadi koridor pemberi arah dan batasan pembangunan daerah jangka panjang yang dapat dijabarkan dalam periode pembangunan yang lebih singkat.
Sesuai dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah
analog dengan penetapan RPJM Nasional yang melalui Peraturan Presiden, apabila substansinya merupakan rencana kerja lima tahun yang akan dijadikan
acuan bagi pemerintah daerah di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sesuai dengan penjabaran visi, misi dan program prioritas dari kepala daerah
terpilih dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang. Dalam hal penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kota Medan, Pemerintah Kota Medan pertama-tama harus merumuskan terlebih dahulu isu-isu strategis yang berkaitan dengan kondisi pembangunan di Kota
Medan. Dalam merumuskan isu tersebut Pemerintah Kota Medan harus terlebih dahulu mengadakan analis terhadap lingkungan strategis. Untuk kebutuhan
tersebut, dibentuklah Tim Kerja yang melibatkan Bappeda sebagai leading sektornya untuk melakukan penyusunan Dokumen RPJMD yang harus
diselesaikan dalam 3 bulan setelah terpilihnya kepala daerah. Pada tahap
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
rancangan awal RPJM merupakan tangungjawab Kepala Bappeda, dimana dalam tahap pengalokasian program dan kegiatan indikatif menurut SKPD dilakukan
dengan konsultasi atau rapat kerja. Dalam hal perumusan RPJMD Pihak Pemerintah Kota Medan dalam hal
ini Bappeda dituntut untuk benar-benar mampu mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat dan golongan yang ada. Dalam konteks Kota Medan,
pihak Pemerintah Kota dalam hal ini Bappeda sudah memiliki sumber daya manusia yang cukup bagus dalam melaksanakan perencanaan ini akan tetapi demi
suatu pencapaian hasil yang maksimal pihak Pemerintah Kota Medan merekrut tenaga ahli untuk mengawal perencanaan partisipatif. Pilihan untuk memanfaatkan
tenaga ahli dalam mengawal perencanaan partisipatif ini tentu harus didukung dengan anggaran. Tenaga ahli yang bekerja untuk Pemerintah Kota Medan ini
juga dapat diperankan untuk menilai kelayakan suatu rencana berikut kelayakan dukungan anggarannya. Diharapkan, keberadaan tenaga ahli ini juga dapat
membuat pemerintah mampu melihat isu-isu krusial dalam perencanaan maupun penganggaran. Dalam proses perumusan RPJMD Kota Medan, Pemerintah Kota
Medan telah menggunakan tenaga-tenaga ahli dari akademisi, yang bisa bekerjasama dengan baik sesuai kebutuhan pemerintah. Hal ini juga di sampaikan
salah seorang informan Kota Medan yang mengatakan : “Dalam hal penyusunan rencana pembangunan, Bappeda pertama-tama
harus merumuskan terlebih dahulu isu-isu strategis yang berkaitan dengan kondisi pembangunan di Kota Medan. Dalam merumuskan isu tersebut Bappeda
Kota Medan harus terlebih dahulu mengadakan analisis terhadap lingkungan strategis. Untuk itu, Bappeda di bantu oleh tenaga ahli dari perguruan tinggi”.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Implementasi konsep perencanaan partisipatif dalam pelaksanaan RPJMD Kota Medan diwujudkan dengan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan dengan melibatkan masyarakat dan seluruh stakeholder pembangunan di Kota Medan. Dalam Musrenbang ini para stakeholder yang
hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat seperti organisasi masyarakat, assosiasi profesi, DPRD, utusan kecamatan, media massa dan lain-lain.
Namun dalam hal penentuan ataupun pemilihan kriteria stakeholder yang berperan serta dalam proses Musrenbang ini terdapat sebuah kondisi yang
mengingkari makna dari proses partisipasi yang sebenarnya. Dimana dalam hal penentuan stakeholder tidak terdapat transparansi dari pihak pemerintah dalam hal
kriteria-kriteria stakeholder yang mengikuti Musrenbang tersebut. Kondisi yang terjadi adalah dalam penentuan stakeholder pemerintah menggunakan inisiatif
sendiri dan dengan pertimbangan sepihak sesuai kepentingannya. Fakta ini dapat dilihat dari para stakeholder yang ada pada proses Musrenbang adalah para pihak
atau elemen yang memiliki kedekatan dengan Pemerintah Kota Medan. Sebagai gambaran umum akan kondisi yang lazim terjadi dalam hal pemilihan stakeholder
yang mewakili pihak akademisi biasanya pihak Pemerintah Kota Medan akan memilih para akademisi yang sudah memiliki ikatan-ikatan atau kedekatan pribadi
dengan pihak Pemerintah Kota Medan. Sedangkan untuk stakeholder yang mewakili organisasi masyarakat biasanya pihak Pemerintah Kota Medan akan
memilih organisasi masyarakat yang merupakan binaan Pemerintah Kota Medan itu sendiri. Kondisi tersebut di atas tentunya akan mematikan proses dan makna
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
partisipasi yang sangat didambakan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan dari Ormas yang mengatakan bahwa:
“...terungkap bahwa posisi masyarakat masih lemah tingkat keterwakilannya. Kondisi tersebut diatas tentunya tidaklah harus terjadi apabila
Pemerintah Kota Medan dapat mengidentifikasi stakeholder pembangunan yang ada di Kota Medan secara baik dengan cara melibatkan stakeholder tersebut
untuk mendata secara lebih rinci tentang keberadaan dari stakeholder yang ada di Kota Medan”.
Dari pelaksanaan Musrenbang RPJMD Kota Medan dapat dilihat beberapa point penting mengenai partisipasi masyarakat yaitu :Usaha pemerintah Kota
Medan yang terlihat kurang maksimal dalam mengajak masyarakat Kota Medan untuk menghadiri musrenbang atau pun sosialisasi tentang rencana pembangunan.
Pemerintah Kota Medan hanya menyampaikan informasi penyelenggaraan Musrenbang melalui Camat dan Lurah dan belum sepenuhnya menyebarkan
informasi yang lebih luas kepada masyarakat. Begitu juga halnya dalam sosialisasi rencana pembangunan, masyarakat belum dapat secara utuh dan keseluruhan
untuk mengetahui rencana pembangunan, apa sebenarnya visi, misi dan tujuan dari pembangunan Kota Medan. Seharusnya media massa mempunyai peran
penting pada proses ini. Sebagai perbandingan, dapat dilihat bagaimana peranan media massa dalam menginformasikan tentang rencana pembangunan di Kota
Banda Aceh.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Gambar 4.4. Contoh Informasi RPJPD Kota Banda Aceh melalui Surat Kabar
Partisipasi bisa dijalankan dengan beberapa prasyarat: adanya keterbukaan informasi, equality tidak ada perbedaan ras, agama, dan kondisi sosial ekonomi,
adanya komitmen dari pembuat keputusan baik eksekutif maupun legislatif, adanya kesadaran kritis warga, masyarakat yang terorganisir, serta iklim politik
yang kondusif untuk berpartisipasi. Partisipasi itu digerakkan oleh eksekutif, legislatif, dan civil society. Untuk menghasilkan kebijakan yang pro partisipasi,
maka strategi yang dilakukan bisa berupa sosialisasi, pelibatan expert, lobby, dan pengorganisasian.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Partisipasi warga di dalam RPJMD diwujudkan dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam proses Musrenbang. Dimana dalam Musrenbang tersebut
memiliki dasar yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki tujuan sosial, ada akuntabilitas publik, dan ada keterlibatan warga sebagai stakeholders dalam
proses pembangunan yang dilaksanakan. Kegiatan itu mempunyai kerangka perencanaan bersama untuk menetapkan tujuan, kegiatan, pelaksanaan, dan
penerima manfaat, serta metode pemantauan dan evaluasi program. Aktivitas itu pun selalu mengedepankan atau berangkat dari aspirasi warga. Dengan demikian,
ada ruang yang dibuka untuk berpartisipasi. Warga harus didorong untuk menciptakan aktivitas. Karena itu rakyat harus terorganisir.
Kegiatan partisipasi dapat diawali dengan Pertemuan antara Pemerintah dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran proyek. Masyarakat pun akan
berkontribusi sesuai bidang keahlian masing-masing. Dan juga harus diterapkan prinsip persamaan atau kesetaraan. Karenanya harus ada pembagian peran yang
adil dan jelas. Di dalam kegiatan, semua lapisan masyarakat dilibatkan.Mereka terlibat aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga evaluasi.
Dengan catatan, rakyat atau perwakilannya harus atau ditunjuk oleh sektor masing-masing. Pengambilan keputusan pun didasarkan pada mekanisme yang
ditetapkan bersama dan dapat dipertanggungjawabkan gugatannya. Dengan demikian masyarakat sadar bahwa program itu berguna untuk mereka, dan mereka
dapat mengorganisir program tanpa tekanan eksternal. Karena kegiatan ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat, maka tujuannya harus bersifat
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
spesifik. Mereka terlibat langsung dalam suatu program. Hal ini seperti yang dinyatakan informan dari ormas bahwa ;
“……Adapun indikator keberhasilan dari adanya partisipasi dapat dilihat dari meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, meningkatnya kuantitas dan kualitas masukan kritik dan saran untuk
pembangunan daerah dan terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap setiap langkah pembangunan.”
Keterlibatannya itu mulai dari merencanakan, merancang, hingga dan membangun. Sedangkan keputusan dan wewenang pengelolaan ada di tangan
masyarakat. Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi, harus tersedia akses untuk melakukan pengawasan. Dengan demikian ada ruang yang disediakan bagi warga
dalam proses mengevaluasi program. Masyarakat pun mendapat suatu kebebasan untuk melakukan kontrol atau pengawasan.Untuk menciptakan pelayan yang
mengerti penuh akan tugas-tugasnya, maka diperlukan kontrol yang baik dari semua pihak terkait. Karena itu informasi harus bisa diakses oleh semua orang.
Harus pula tersedia ruang publik sebagai wahana komunikasi dan informasi bagi masyarakat dalam program pembangunan. Fungsi layanan publik sangat luas,
mulai dari peraturan, pemberian pelayanan langsung hingga menyediakan fasilitasi. Partisipasi harus berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan merasa memiliki atas pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya partisipasi, masyarakat akan
mendukung sumber daya dengan sadar dan diakui. Begitu juga Apabila melihat fungsi DPRD sebagai salah satu stakeholder
dalam proses RPJMD ini kiranya sudah saatnya DPRD Kota Medan mempertegas
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
peran dalam penyusunan rencana pembangunan, baik itu Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, maupn jangka pendek.
Yang potensial terjadi adalah DPRD akan menunggu sampai dokumen perencanaan jangka panjang dan menengah daerah sampai kepada mereka.Baru
setelah itu, mereka akan mengadakan public hearing dengan masyarakat. Mengapa dalam perencanaan partisipatif peran untuk melakukan penjaringan
aspirasi lebih banyak dipikul oleh eksekutif? Bukankah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat seharusnya terlibat lebih jauh?
Berangkat dari fenomena-fenomena yang megambarkan proses keterlibatan masyarakat dalam proses RPJMD Kota Medan, dapat dilihat masih
banyak hambatan-hambatan bagi partisipasi masyarakat. Hambatan dan tantangan terbesar yang sering ditemui dari penerapan perencanaan partisipatif dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah arogansi dan resistensi birokrasi mental block dan politisi, serta menganggap kapasitas masyarakat dan
perangkat pemerintahan daerah masih sangat terbatas baik teknis maupun sikapperilaku berdemokrasi. Resistensi birokrasi terutama berkaitan dengan
pembagianpendelegasian kewenangan dan perimbangan keuangan. Sebagian besar birokrat masih keberatan apabila kewenangannya diserahkan yang akan
membawa konsekuensi berkurangnya anggaran dinasinstansi yang dikuasainya. Selain itu, masih banyak peraturan birokrasi yang berorientasi “proyek”.
Jadi untuk menerapkan konsep partisipatif dalam proses RPJMD Kota Medan kedepannya diperlukan adanya penguatan masyarakat sipil karena
kelemahan ini terjadi di tingkat masyarakat sipil, maka keberhasilan proses
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
perencanaan membutuhkan adanya masyarakat sipil yang kuat. Masyarakat Kota Medan harus melek terhadap data dan informasi mengenai kebijakan publik yang
ada dalam berbagai dokumen kebijakan termasuk dokumen perencanaan dan memperlakukan informasi kebijakan publik sebagai barang yang biasa diakses.
Hal ini senada dengan pendapat salah seorang informan dari akademisi yang mengatakan :
“Perencanaan partisipatif juga dapat dipandang sebagai instrumen pembelajaran masyarakat social learning secara kolektif melalui interaksi antar
seluruh pelaku pembangunan atau stakeholders tersebut. Pembelajaran ini pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholders dalam upaya
memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya secara luas. Perencanaan partisipatif selain sebagai sebuah proses politik juga merupakan sebagai sebuah proses
teknis”.
Masyarakat sipil harus segera mengkonsolidasi diri untuk masuk dalam proses-proses pembuatan kebijakan. Dalam proses ini kemampunan untuk
membaca peta politik, menegosiasikan kepentingan, dan mengambil keputusan dalam proses-proses kepemerintahan menjadi sangat penting. Masyarakat sipil
juga harus mengerti tentang hak-haknya dalam hidup bernegara. Untuk mencapai itu, maka masyarakat sipil haruslah diberdayakan sebagai sebuah proses
demokrasi. Untuk melihat bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam penyusunan
RPJMD Kota Medan 2006-2010, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Namun, karena pengertian partisipasi mempunyai banyak defenisi, sehingga para
ahli masih juga masih menggunakan pengertian yang berbeda-beda, maka dalam tesis ini yang dimaksud partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat
dalam memberikan kontribusi, komitmen, dukungan, kerjasama dan keahlian.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Berikut ini adalah tabel bentuk ideal dan realitas dari partisipasi dari berbagai unsur.
4.4.1.Kontribusi
Makna kontribusi stakeholder dalam perencanaan pembangunan partisipatif adalah bahwa semua unsur harus dapat memberikan dan mencurahkan
potensi instutitusi demi kepentingan bersama. Prinsip ini merupakan dasar menetapkan perencanaan yang disusun berdasarkan seluruh kemampuan yang ada
dalam masyarakat. Model pembangunan seperti ini dinilai positif karena adanya kontribusi
masing-masing unsur yang saling melengkapi dalam melihat dan menawarkan sebuah solusi terhadap suatu masalah dalam pembangunan masyarakat.
Matrik 4.1 Bentuk Ideal dan Realitas Kontribusi Masing-Masing Unsur Dalam
Perumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010 Bentuk Kontribusi
No Unsur
Ideal Realitas
1 Pemko Medan
Bertanggungjawab penuh pada pelaksanaaan Teknis,
Regulasi dan Anggaran Penyelenggaraan RPJMD
sampai menjadi PERDA. Sejauh ini sudah dapat
memberikan kontribusi yang baik dalam perumusan RPJMD
2 Akademisi Memberikan
sumbangan pemikiran dan alternatif-
alternatif pilihan terhadap perumusan dan
pemutakhiran RPJMD Kondisi yang terjadi di
lapangan kontribusi pihak akademisi masih secara
individual dan biasanya tidak mewakili suara maupun
keberadaan akademisi secara keseluruhan sehingga dalam
pelaksanaannya sifat netral dari akademisi itu teredupkan
sendirikarena kontribusi masih secara pribadi bukan
kelembagaan dari pihak
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
akademis. 3 Ormas
Bertindak sebagai
fasilitator dengan tugas mendorong dan
membangkitkan keberanian masyarakat untuk
menyampaikan pendapat dan pemikiran mereka
berkaitan dengan isu pembangunan serta
mengklarifikasi isu dan usulan penanganannya
kepada peserta lainnya, serta mengelompokkan isu-
isu pembangunan. Memberikan input data
informasi dan fakta lapangan sekitar pembangunan Kota
Medan.
4 Media Massa
Melakukan publikasi, diseminasi informasi
tentang perumusan perencanaan pembangunan
Kota Medan Hanya diundang dalam acara
yang musrenbang dan jarang dilibatkan dalam proses
perumusan RPJMD dan belum dapat menjalakan fungsi
persnya secara baik.
5 DPRD DPRD melalui komisi-
komisi yang ada perlu terlibat dalam pembahasan-
pembahasan FGD sesuai topiksubstansi RPJMD.
Komisi-komisi dan disampingitu DPRD juga
perlu melakukan penjaringan aspirasi
masyarakat. Dalam realitasnya pihak
DPRD cenderung untuk menunggu hasil rumusan dari
kepala daerah yang akan dibahas untuk menjadi perda.
Sumber: Data Primer Diolah, 2006
Dari uraian matrik 4.1, dapat disimpulkan bahwa pihak Pemko telah memberikan kontribusi yang nyata dalam perumusan RPJMD tersebut.
Pemerintah Kota Medan sendiri menilai peranannya sangat efektif dengan alasan adanya instansi yang secara khusus menangani bidang-bidang tertentu dalam
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
program pembangunan kota.. Hal ini sesuai dengan penuturan informan dari Pemko Medan yang mengatakan :
”....Fakta yang ada di lapangan menurut saya sudah dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat kontribusi Pemko dala pelaksanaan RPJMD di kota ini.
Khalayak dapat melihat bagaimana keseriusan dan kinerja Pemko dari hasil yang ada yaitu terlaksananya kegiatan musrenbang sampai perumusan RPJMD tanpa
ada kendala teknis yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi Pemko dalam hal ini cukup besar dan menentukan keberhasilan program ini.”
Kontribusi pihak akademisi yang pada dasarnya adalah sangat urgen dalam hal perumusan RPJMD ternyata tidak tersalur secara efektif. Kenyataan di
lapangan sangat berbicara lain dengan konsep ideal tentang apa sebenarnya kontribusi ideal dari pihak akademisi terhadap perumusan RPJMD. Pihak
akdemisi yang memiliki potensi dan kapabilitas yang tinggi serta layak untuk disertakan dalam semua proses perumusan ternyata masih dipergunakan sebatas
memenuhi legalitas dan formalitas kegiatan. Kondisi yang terjadi di lapangan kontribusi pihak akademisi masih secara individual dan biasanya tidak mewakili
suara maupun keberadaan akademisi secara keseluruhan sehingga dalam pelaksanaannya sifat netral dari akademisi itu teredupkan sendiri karena
kontribusi masih secara pribadi bukan kelembagaan dari pihak akademis. Sementara itu ormas yang merupakan salah satu elemen penting dalam
proses perumusan RPJMD kurang mampu memberikan kontribusi maksimal. Kondisi ini disebabkan karena faktor dari pemerintah yang kurang
memperhitungkan kontribusi dari ormas dan juga kelemahan-kelemahan dari ormas itu sendiri. Jadi dalam hal kurang maksimalnya kontribusi ormas dalam
proses perumusan RPJMD di sebabkan oleh faktor lingkungan eksternal dan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
internal dari ormas-ormas itu sendiri. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang informan dari ormas yang mengatakan :
”....Kontribusi ormas dalam RPJMD sebenarnya sangat penting akan tetapi masih sering dinafikan oleh pemerintah. Kondisi di lapangan pemerintah
lebih sering memandang negatif terhadap kemampuan dan kontribusi yang dapat kita berikan sehingga ormas menjadi kurang berkembang dan menjadi organ
yang kelihatannya tidak produktif ..... Akan tetapi dalam hal ini pemerintah bukan satu-satunya penyebab kemandekan ormas, dari lingkungan ormas-ormas itu
sendiri menjadi masalah yang dapat menenggelamkan peran dan keberadaan serta eksistensi ormas. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesatuan yang utuh
dan kesatuan suara dari ormas-ormas yang ada sehingga menyebabkan tingkat pressurenya tidak kuat”.
4.4.2. Dukungan Matrik 4.2
Bentuk Ideal dan Realitas Dukungan Masing-Masing Unsur Dalam Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010
Bentuk Dukungan
No
Unsur Ideal
Realitas
1
Pemko Medan
Dukungan Teknis, Fasilitas dan Anggaran
Penyelenggaraan Musrenbang sampai
penyusunan RPJM Sudah memberikan secara maksimal
bantuan teknis maupun fasilitas demi terselenggaranya Musrenbang sampai
penyusunan RPJMD
2
Akademisi Kesediaaan menjadi media konsultasi dan
menyiapkan tenaga ahli dan profesional untuk
mendukung perumusan dan rancangan terbaik
bagi RPJMD Ketersediaan tenaga dan potensi
akademis masih kurang maksimal disertakan dalam proses penyusunan
RPJMD, tenaga akademis belum diposisikan menjadi icon penting
dalam proses perumusan RPJMD
3
Ormas Menjadi sebuah pintu
masuk bagi data—data realitas kondsi
masyarakat karena merupakan organ yang
berasal dari masyarakat dan lebih dekat dengan
masyarakat dan Dukungan data hanya sebatas untuk
dipersentasekan dalam artian peran hanya masih sebagai formalitas.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
memilki data yang lebih akurat mengenai
kondisi riil masyarakat yang dibutuhkan dalam
Musrenbang dan Penyusunan RPJM
4
Media Massa
Menjadi salah satu ujung tombak dalam
sosialisasi informasi yang perlu disediakan
untuk mendukung penyelenggaraan
musrenbang . Baik pada tahap pra
pelaksanaan musrenbang sampai
kepada tahap sosialisasi hasil baik bagi
stakeholder maupun masyarakat luas
Masih terjadi pembatasan informasi dan pembatasan akses untuk
mendapatka informasi tentang penyelenggaraan kegiatan sehingga
media menjadi sangatmiskin informasi untuk disebarluasakan atau untuk
disampaiakan kepada khalayak
5.
DPRD Memberikan dukungan
politis atas kebijakan yang dilakukan oleh
eksekutif dengan bentuk mengesahkan
Perda RPJMD. Ini bermakna bahwa
penyusunan RPJMD melibatkan proses
konsultasi dengan kekuatan politis
terutama Kepala Daerah Terpilih dengan
DPRD Selama ini sudah berjalan dengan baik
namun untuk periode saat ini belum terlihat secara jelas dan menyeluruh
berhubung karena RPJMD belum disahkan menjadi PERDA.
Sumber : Data Primer diolah, 2006 Pada dasarnya RPJMD merupakan produk politik dimana dibutuhkan
komitmen dan persamaan persepsi dari unsur eksekutif, legislatif, dan unsur-unsur lain untuk melaksanakan substansi yang terkandung dalam RPJMD tersebut.
Keterlibatan unsur-unsur dalam proses pembangunan, termasuk dalam proses penganggaran sebenarnya adalah merupakan sesuatu kewajiban dan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
merupakan salah satu bagian dari hak-hak politik mereka sebagai warga negara Laode Ida, 2000. Dari hal ini terlihat bahwa sistem bottom-up planning ini
adalah sebagai suatu pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih berdasarkan suatu kebutuhan nyata dari masyarakat.
Bentuk ideal dan realitas dukungan masing-masing masing-masing unsur dapat dilihat dalam uraian matrik 4.2 di atas. Dapat disimpulkan bahwa adanya
keterbatasan semua unsur dalam mendukung perumusan RPJMD Kota agar dapat terwujud. Unsur informan dari Pemko Medan menyatakan bahwa Pemko sudah
berupaya secara maksimal dalam merancang dan melaksanakan teknis penyelenggraaan RPJMD.
Sementara itu, informan yang mewakili media massa menyatakan dukungannya kurang efektif melihat adanya keterbatasan unsur media massa
untuk terlibat dalam semua proses perumusan RPJM Kota Medan tahun 2006- 2010. Menurut informan, selama ini media massa hanya diundang dalam acara
yang sifatnya seremonial saja, sedangkan dalam proses perumusan RPJMD lebih lanjut media massa tidak dilibatkan. Kondisi ini sering menyebabkan pemberitaan
yang “kosong”terhadap massa, hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang informan dari media massa .
“Kita dari pihak media masssa sebenarnya sangat sering dihadapkan dengan permasalahan hati nurani dalam proses perumusan RPJMD ini. Faktor
potensi dan keunggulan media massa yang dapat dipergunakan menyokong dan mendukung kesuksesan penyelenggraaan RPJMD ini sangat minim dalam hal
realisasinya. Hakekat dukungan media massa sering dianggap sebagai sesuatu yang dapat membahayakan sehingga sangat sedikit diberi ruang gerak dan akses
informasi dalam proses penyelenggraaan ini. Akibatnya, media massa sering menyajikan berita “kosong” kepada khalayak akibat tuntutan bisnis. Berita
kosong dalam hal ini maksudnya kita hanya menyajikan headline yang sangat
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca namun dari esensi isinya sangat minim informasi dan sangat sering tidak mengulas headline
tersebut.
Sedangkan informan yang mewakili unsur ormas menyatakan bahwa walau Pemko telah memiliki inisiatif untuk melibatkan unsur ormas dalam
perencanaan pembangunan kota, namun masih disayangkan kondisi tersebut tidak begitu berpengaruh karena hakekat keikutsertaan ormas masih sebagai pelengkap
dan dianggap sebagai formalisasi saja. Kondisi ini sangat sering mengecewakan para ormas-ormas yang benar-benar berkerja dan bergerak sesuai hati nurani
masyarakat. Hal ini sesuai dengan penuturan dari informan yang berasal dari ormas yang mengatakan :
“ ....Jikalau ormas-ormas yang ada di kota ini memiliki nurani dan pemandangan yang sama tentunya akan secara bersama-sama merasa kecewa
dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Adalah kondisi yang sebenarnya sangat menyakitkan mengetahui apabila kemampuan dan sumbangan yang kita miliki
tidak diperhitungkan dan kita mengetahui bahwa apa yang kita upayakan hanya untuk di dengarkan saja dan bukan untuk diperhitungkan.”
Disamping permasalahan tersebut di atas kondisi yang kerap terjadi adalah keterlambatan penyampaian informasi oleh Pemko sehingga tidak tersedia waktu
yang cukup bagi ormas untuk membuat program yang matang pada saat Musrenbang tersebut. Demikian halnya dengan penilaian informan dari unsur
Akademisi yang menyatakan bahwa pada dasarnya unsur akademisi hanya dilibatkan dalam sebagian proses saja, dalam arti tidak pada semua proses
penyusunan RPJMD tersebut melibatkan unsur Akademisi sekalipun keterlibatan itu diperlukan. Lebih lanjut informan ini menilai alasan dari tidak dilibatkannya
keseluruhan unsur, termasuk unsur Akademisi, pada setiap acara musyawarah dan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
pembuatan draft finalisasi RPJMD. Namun demikian pemerintah punya alasan tersendiri mengapa semua masyarakat tidak diundang dalam musrenbang kota.
Alasannya lebih pada ketidak efesienan, biaya, dan tempat yang tidak memadai. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan dari Pemko yang
mengatakan “dalam musrenbang tingkat kota kita tidak mengundang masyarakat luas tetapi
bukan berarti kita tidak melibatkan masyarakat, kita mengundang semua LPM dari setiap kelurahan sebagai wakil-wakil masyarakat per kelurahan, kita juga
mengundang DPRD yang kita anggap juga sebagai wakil rakyat. Alasannya, kalau kita undang semuanya membutuhkan biaya yang besar dan mau dimana
kita buat tempatnya, sedangkan ormas di seluruh Kota Medan ada sejumlah 2000. dan saya pikir juga kurang efesien”.
4.4.3. Komitmen
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, dalam perumusan RPJMD Kota Medan dukungan dari Stakeholder ditandai dengan salah satu proses yang
disebut sebagai pembuatan komitmen dan kesepakatan. Komitmen dalam hal ini memiliki makna bahwa bukan hanya pemerintah sendiri saja yang harus
melaksanakan segala amanat yang terkandung dalam dokumen RPJMD yang telah dibuat tersebut, melainkan seluruh unsur stakeholder harus turut ikut serta dalam
mensukseskan program dan segala yang terkandung dalam RPJMD. Hal ini merupakan kelanjutan dari makna kesepakatan yang berarti
dokumen RPJMD tersebut merupakan keputusan dan kebijakan bersama, sehingga harus dilaksanakan bersama-sama.
Perencanaan partisipatif membutuhkan dukungan dari semua stakeholder. Dalam perumusan RPJM Kota Medan dukungan stakeholder tersebut ditandai
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
dengan salah satu proses yang disebut sebagai pembuatan komitmen dan kesepakatan. Makna dari komitmen adalah bahwa bukan pemerintah saja yang
diharuskan untuk melaksanakan amanat yang terkandung dalam dokumen RPJMD tersebut, namun unsur stakeholder lainnya harus turut serta mensukseskan
program yang ada dalam RPJMD. Sedangkan makna kesepakatan adalah bahwa dokumen RPJMD tersebut merupakan keputusan dan kebijakan bersama. Realitas
ini mengisyaratkan bahwa dokumen tersebut adalah dokumen bersama yang tidak dibuat secara sepihak oleh pemerintah.
Matrik 4.3 Bentuk Komitmen Ideal Dan Realitas Masing-Masing Unsur Dalam
Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010 Bentuk Komitmen
No Unsur
Ideal Realitas
1 Pemko Medan
Mengawal Perumusan dan setiap proses dalam perumusan
RPJM Kota Kota Medan 2006- 2010.
Sudah terbukti dengan terselenggaranya semua
kegiatan yang berhubungan dengan proses RPJMD
2 Akademisi Aktif memberikan Dukungan
Teknis dan Konsultasi dalam Proses Perumusan RPJM sesuai
dengan konsep Tri Dharma PT dan selalu komitmen untuk
menjadi organ netral yang bertindak secara objektif dan
mengedepankan profesionalisme dan
menjungjung tinggi kejujuran dan kepedulian sosial yang
tinggi Belum dapat direalisasikan
karena yang terjadi karena komitmen tersebut masih
sebatas konsep ideal dan kesulitan menerapkannya
karena yang terjadi selama ini pihak akademisi yang
dipakai adalah individu- individu yang dekat dengan
pemerintah dan di kalaim sebagai perwakilan
akademisi .
3 Ormas Kesediaan
mendukung segala
kebutuhan dalam penyelenggaraan RPJMD
sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki
Kurang diperhitungkan dan kurang dimanfaatkan dalam
proses penyusuanan RPJMD
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
4 Media Massa
Melakukan publikasi, diseminasi informasi tentang
pembangunan Kota Medan Tetap melakukan publikasi
walaupun dengan ruang yang terbatas dalam media
5 DPRD
Menjadi mitra counterpart tim penyusun RPJMDRenstra
SKPD yang berasal dari perwakilan komisi-komisi,
Tidak semua anggota DPRD konsisten dalam
menyuarakan aspirasi warga.
Sumber : Data Primer diolah, 2006 Informan dari Akademisi, Ormas dan Media Massa menilai bahwa
pernyataan komitmen, sebagaimana hal tersebut merupakan bagian dari proses perumusan RPJMD, dan merupakan konsensus yang harus dilaksanakan serta
memiliki kekuatan moral bagi semua unsur untuk tunduk atas komitmen bersama tersebut.
Informan yang mewakili unsur Pemko Medan menyatakan selaku Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas dalam perencanaan pembangunan,
Pemko sudah merealisasikan komitmennya. Hal ini dapat dilihat hasil terselenggaranya kegaiatan musrenbang sampai pada perumusan RPJMD.
Sementara unsur Akademisi menilai Perguruan Tinggi PT pada hakekatnya merupakan Center of Excellent, Mora Force dalam menanggapi
fenomena yang ada di masyarakat. Akan tetapi kondisi yang terjadi di lapangan komitmen tersebut belum dapat direalisasikan karena yang terjadi komitmen
tersebut masih sebatas konsep ideal dan kesulitan menerapkannya karena yang terjadi selama ini pihak akademisi yang dipakai adalah individu-individu yang
dekat dengan pemerintah dan di klaim sebagai perwakilan akademisi. Hal ini
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
sesuai dengan pernyataan salah seorang informan dari Akademisi yang mengatakan :
“adalah suatu kesulitan untuk merapkan komitmen secara utuh karena hal ini menyangkut nurani .Yang menjadi permaslahan adalah komitmen yang ada
adalah komitmen secara umum atas nama akademisi sementara yang sering terjadi pihak akademisi yang sering dilibatkan dalam proses ini biasanya datang
secara pribadi karena hubungan atau kedekatan tertentu sehingga sangat sulit menerapkan komitmen tersebut. Kadang kala kita dari pihak akademis tidak
megetahui siapa dan dari mana akademisi yang dilibatkan tersebut. Hal ini menjadi kendala utama dalam realisasi komitmen akademisi.”
Masyarakat, yang juga merupakan komponen yang ada di dalam masing-
masing unsur informan penelitian ini, merupakan suatu kesatuan menyeluruh yang diikat oleh perjanjian bersama konsensus untuk menata dan membangun
kehidupan bersama. Komitmen tersebut merupakan kesepakatan semua unsur selanjutnya dilaksanakan secara bersama. Adanya unsur yang melanggar
kesepakatan tersebut akan memunculkan instabilitas sistem yang sangat mengganggu dalam pembangunan kehidupan bersama. Untuk menjaga stabilitas
maka diperlukan komitmen masing-masing unsur untuk berlaku dan bertindak berdasarkan peran masing-masing dalam mensukseskan pembangunan kota.
4.4.4. Kerjasama
Makna kerjasama dalam perumusan program pembangunan partisipatif adalah bahwa dalam melakukan perencanaan dan implementasi program
pembangunan semua unsur menganggap bahwa semua unsur dalam komponen stakeholder pembangunan merupakan mitra dan bukan sebagai competitor.
Sebagai suatu mitra keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi program pembangunan merupakan keberhasilan dan kegagalan bersama. Hubungan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
kerjasama antara stakeholder merupakan faktor keberhasilan penting dalam strategic governance.
Matrik 4.4 Bentuk Ideal dan Realitas Kerjasama Masing-Masing Unsur Dalam
Perumusan RPJM Kota Medan 2006-2010 Bentuk Kerjasama
No Unsur
Ideal Realitas
1 Pemko Medan
Bekerjasama dengan semua unsur-unsur stakeholder
dalam tahapan proses perumusan RPJMD
Bekerjasama dengan semua unsur-unsur stakeholder
dalam tahapan proses perumusan RPJMD
2 Akademisi Bekerjasama dengan semua
unsur terkait dalam merumuskan hasil
kesepakatan sebagai rancangan akhir RPJMD
Melakukan kerjasama sesuai dengan permintaan
pemerintah kota.
3 Ormas Melakukan
kerjasama dengan pemerintah dalam
pengadaan forum-forum pertemuan warga untuk
penjaringan aspirasi dan dapat bertindak sebagai
pelaksana teknis lapangan dalam penjaringan aspirasi
masyarakat Organisasi masyarakat
banyak yang tidak terlibat secara langsung dalam forum
atau musyawarah rencana pembangunan RPJMD. Oleh
karena itu mereka sering menyampaikan asprasi
dengan melalui aksi-aksi demonstrasi.
Keterlibatan ormas adalah kelompok yang dianggap bisa
diajak kompromi oleh pemerintah dan merupakan
binaan pemerintah.
4 Media Massa
Bekerjasama dengan pemerintah sebagai media
publikasi, diseminasi informasi tentang
pembangunan Kota Medan Selalu dibatasi oleh
kebutuhan publikasi media massa sehingga hanya sedikit
ruang yang bisa diberikan untuk publikasi RPJM
5 DPRD
Dalam perumusan kesepakatan unsur DPRD sama dengan tim
perumus lainnya secara bersama-sama menyusunnya
dengan mempertimbangkan kemungkinan pelaksanaannya,
dikaitkan dengan potensi dan permasalahan daerah
Tidak semua proses atau kegiatan Musrenbang diikuti
oleh anggota DPRD
Sumber : Data Primer diolah, 2006
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Informan dari unsur Pemerintah Kota Medan menilai bahwa kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup. Dengan melibatkan unsur pelaku
pembangunan kota dalam setiap proses dalam perumusan RPJM Kota Medan sudah sangat tepat dalam membentuk kerjasama diantara seluruh unsur
stakeholder. Informan dari unsur Ormas dan akademisi menilai kerjasama yang
dikembangkan belum maksimal dikarenakan dalam kerjasama selalu terjadi kondisi dominasi dari pihak pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
salah seorang informan yang mengatakan : “…dalam hal kerjasama untuk penyelenggraan kegiatan RPJMD sangat
tidak efisien dikarenakan pemerintah sangat terkesan mendominasi dan mendikte kinerja setiap unsur di luar pemerintah. Kondisi ini menyebabkan tidak
berkembanganya kerjasama yang dinamis dan harmonis demi penyelenggaraan yang lebih efien.jadi bentuk-bentuk kerjasama yang ada selama ini tidak sesuai
dengan substansi karena tidak memperhitungkan kapabilitas masing-masing unsur yag terlibat”.
Dilihat dari realitasnya, ternyata unsur Media massa masih belum
maksimal memberikan kerjasamanya dalam perumusan program pembangunan partisipatif Kota Medan Tahun 2006-2010. Hal tersebut juga disebabkan
keterbatasan ruang dan akses yang dimiliki sehingga tidak bisa secara maksimal mensinergikan publikasi program pembangunan yang ada. Hal ini sesuai dengan
pernyataan salah seorang informan dari media massa yang mengatakan : “pihak media sangat kesulitan dalam mendapatkan akses tentang proses
dan perkembangan dari penyelenggaraan RPJMD . Hal ini terjadi karena kehadiran kita masih dianggap negatif oleh pihak pemerintah. Kondisi di
lapangan menunjukkan betapa perjuangan kawan-kawan dari media massa tidak berarti melawan counter dan sikap menutup informasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah.Sebenarnya ada saja sebagia dari pihak penyelenggara yang memiliki nurani yang baik dan berkeinginan memberikan informai akan tetapi hal ini akan
terkendala dengan kredibilitasnya di depan unsur pemerintah sehingga
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
menyebabkan tetap sulitnya memperoleh informasi mengenai penyelenggraan RPJMD ini.
4.4.5 Keahlian
Dalam melakukan perumusan pembangunan partisipatif semua unsur harus duduk berdampingan tanpa ada strata khusus. Model perencanaan seperti ini
menunjukkan tidak adanya unsur yang superior dan inferior dalam melaksanakan pembangunan partisipatif tersebut.
Didasari oleh asumsi tersebut, masing-masing unsur dapat memberikan pengalamannya sesuai dengan rutinitasnya dalam melakukan perumusan
pembangunan partisipatif. Kata kunci dalam model perumusan pembangunan partisipatif semacam ini adalah “kesetaraan” yang menunjukkan setiap unsur
memiliki kemampuan dalam memberikan keahlian dan konsultasi dalam pembangunan masyarakat. Peran ideal dan realitas keahlian masing-masing unsur
dapat dilihat dalam uraian Matrik 4.5. berikut:
Matrik 4.5 Bentuk Ideal Dan Realitas Keahlian Masing-Masing Unsur
Dalam Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010 Bentuk Keahlian
No Unsur
Ideal Realitas
1 Pemko Medan
Menguasai secara teknis dan subtantif, normatif perencanaan
pembangunan daerah Sudah mampu melaksanakan
dan menguasai secara teknis dan subtantif, normatif perencanaan
pembangunan daerah
2 Akademisi Menguasai teknis, metodologi
dan analisis pembangunan daerah. Serta merumuskan
permasalahan-permasalahan secara ilmiah
Menguasai teknis, metodologi dan analisis pembangunan
daerah.
3 Ormas Organisasi
masyarakat dapat
memberikan hasil kajian dan Belum dapat memberikan
keahliannya. Karena dalam
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
pengamatan mereka danatau hasil advokasi mereka
terhadap masyarakat yang didampinginya berkaitan
terhadap isu-isu pembangunan jangka
menengah di daerah dan harapan mereka terhadap
penanganan isu-isu tersebut. perspektif pemerintah kota,
unsur ormas kurang memahami subtansi permasalahan
4 Media Massa
Melakukan publikasi diseminasi informasi yang
berimbang dan menarik untuk dibaca masyarakat.
Melakukan publikasi walaupun kurang maksimal
5 DPRD
DPRD diharapkan dapat memberikan keahlian nya
dalam berbagai tahapan. Namun, karena RPJMD
akan di jadikan PERDA, maka dalam Pembahasan
Ranperda RPJMD, yang merupakan kewenangan
domain DPRD, maka DPRD dapat
menyumbangkan keahlian nya.
Masih membutuhkan dukungan staf ahli dalam memahami
masalah pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Sumber : Data Primer diolah, 2006 Dari matrik 4.5, dapat dilihat bahwa Pemko Medan yang idealnya harus
menguasai secara teknis dan normatif program pembangunan daerah, pada realitasnya telah dapat melakukan regulasi-regulasi teknis tentang implementasni
pembangunan tersebut. Dalam hal keahlian menurut unsur-unsur yang ada pihak pemerintah sudah mengenali dan memetakan potensi-potensi dan keahlian
berbagai unsur yang ada di masyarakat akan tetapi dalam hal implementasi masih kurang dimanfaatkan dan dilibatkan dalam menyukseskan kegiatan perumusan
RPJMD dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang sebenarnya kurang subtansial akan tetapi dikarenakan pemerintah memiliki kekuatan hegemoni dan
memiliki kekuatan untuk melakukan klaim yang berpengaruh menyebabkan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
kondisi ini berjalan begitu saja tanpa ada perubahan yang berarti. Hal ini di dukung oleh pernyataan salah seorang informan dari ormas yang mengatakan :
“Sebenarnya sudah terjadi kelanggengan kebobrokan dalam proses penyelenggraaan perumusan RPJMD di kota ini. Keburukan itu dapat dilihat dari
pengingkaran makna, peran, kapabilitas, kemampuan dan keberadaan berbagai unsur yang ada dan seharusnya terlibat dalam mekanisme perumusan RPJMD
ini.Kondisi ini adalah merupakan rahasia umum dan sepertinya adalah hal yang sudah dapat diterima dengan lapang dada. Dalam hal ini kita tidak dapat saling
menyalahkan dan menyalahkan pemerintah karena kesalahan paling besar juga berasa dari ketidakmampuan kita dalam menyatukan persepsi, langkah dan
kekuatan demi perbaikan kondisi yang ada. Hal ini juga terjadi pada ormas yang memiliki sekian banyak pengalaman dan reputasi dalam mendampingi
masyarakat pada program-program pembangunan yang bersifat Bottom Up, pada realitasnya ormas belum dapat mempergunakan keahlian dalam proses
pembangunan Kota Medan”.
Selanjutnya unsur Akademisi yang menguasai teknis, metodologi dan analisis pembangunan daerah dalam realitasnya telah melakukan peran
konsultasinya dengan menerapkan semua hal yang dikuasai tersebut dalam pemberdayaan masyarakat dan aparatur. Sedangkan ormas yang memiliki sekian
banyak pengalaman dan reputasi dalam mendampingi masyarakat pada program- program pembangunan yang bersifat Bottom Up, pada realitasnya ormas belum
dapat mempergunakan keahlian dalam proses pembangunan Kota Medan. 4.5.
Rumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010
Berikut ini adalah hasil Rumusan RPJMD Kota Medan 2006-2010 yang tertuang dalam Peraturan Walikota No 5 tahun 2005 Anonimus, 2005
4.5.1. Permasalahan Dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010
Kota Medan mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan penting dalam pembangunan baik dalam skala lokal maupun regional. Secara lokal Kota Medan
adalah Kota Metropolitan yang dipastikan memerlukan prasarana dan sarana
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
perkotaan yang memadai dan handal, sedang secara regional kedudukan Kota Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara dan pintu gerbang Indonesia
bagian barat berfungsi, sebagai barometer pembangunan sekaligus mesin pertumbuhan ekonomi.
Diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, memberikan implikasi kepada pergeseran pusat-pusat kewenangan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dari pusat ke daerah. Konsekuensinya adalah, peningkatan kewenangan tersebut harus dibarengi
dengan meningkatnya akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah di daerah, dalam pelaksanaan pembangunan, dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Sejalan dengan hal tersebut, adanya pergeseran kewenangan penggunaan sumber-sumber dana di daerah, juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan kebijakan,
program atau kegiatan yang diprioritaskan, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.
Berdasarkan hal tersebut penetapan arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan Kota dalam 5 lima tahun ke depan, membutuhkan perencanaan
yang handal. Oleh sebab itu, dengan diberlakukannya UU Nomor : 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN, maka Pemerintah
Kota Medan harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Kota Medan tahun 2006-2010, serta menetapkannya paling lambat 3 tiga bulan
setelah WalikotaWakil Walikota Medan dilantik melalui Peraturan Walikota Medan. RPJM Kota Medan tahun 2006-2010 pada pokoknya merupakan
penjabaran visi, misi dan program kerja WalikotaWakil Walikota Medan selama
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
5 lima tahun ke depan. Sebagai penjabaran teknis perencanaan, gagasan pembangunan kota WalikotaWakil Walikota Medan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan kota, maka RPJM Kota Medan ini juga merancang strategi utama, agenda pokok, sasaran, serta arah kebijakan dan
program-program pembangunan kota yang telah disepakati oleh seluruh stakeholder.
4.5.2. Permasalahan Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010
Walaupun kemajuan pembangunan kota sangat pesat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri akibat kompleksnya dimensi, ruang lingkup dan fungsi
pemerintahan serta pembangunan kota, menyebabkan Kota Medan tetap dihadapkan pada berbagai masalah dan tantangan perkotaan yang harus diatasi.
Masalah dan tantangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Bidang Fisik dan Prasarana : Salah satu masalah dan tantangan pokok pembangunan fisik dan prasarana yang sedang dihadapi adalah keberadaan
Bandara Polonia yang berada di tengah-tengah kota. Di sisi lain dengan luas wilayah yang relatif terbatas, menjadikan kegiatan ekonomi dan social
cenderung bergerak secara terpusat. Sebagai konsekuensinya, Kota Medan sampai saat ini masih dihadapkan pada beberapa persoalan fisik dan prasarana
lainnya, yang terkait dengan sistem drainase, manajemen lalu lintas, perumahan dan pemukiman, ruang terbuka hijau dan lingkungan hidup, yang
harus dapat diatasi pada masa yang akan datang. Oleh karena masalah dan tantangan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kota Medan, maka sangat diperlukan peningkatan koordinasi dan upaya-
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
upaya terpadu yang melibatkan Medan dan KabupatenKota lainnya, dengan fasilitas Pemerintah Propinsi Sumatera UtaraPemerintah Pusat.
2. Bidang Ekonomi : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan yang dihadapi
masih bersifat klasik yaitu pengangguran dan kemiskinan. Walaupun terjadi penuruan angka pengangguran terbuka, kemiskinan, perubahan struktur pasar
yang lebih modern, dan distribusi kegiatan social ekonomi lebih luas selama lima tahun terakhir, namun hal ini tetap menjadi masalah dan tantangan
pembangunan kota. Oleh sebab itu kebijakan dan program pembangunan kota pada masa yang akan datang, haruslah merupakan bagian penting dari upaya
menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi angkatan kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
3. Bidang Sosial Budaya : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan pokok yang
memerlukan perhatian dan solusi terfolus adalah, masih relatif rendahnya derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Untuk itu pada masa yang akan
datang masyarakat perlu mendapat akses yang lebih luas terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, di samping secara bersamaan terus memperbaiki
manajemen dan meningkatkan mutu pelayanan dasar yang disediakan. Selain bidang kesehatan dan pendidikan, masalah dan tantangan di bidang soaial
budaya adalah kenakalan remaja, tindak kriminal, anak jalanan, kawasan kumuh, dan kurangnya pembinaan kekayaan seni budaya lokal.
Permasalahan dan tantangan pembangunan kota yang dihadapi selama 5 lima tahun ke depan, pada setiap agenda pembangunan secara lebih terperinci
dapat disajikan sebagai berikut :
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
a. Mewujudkan Kemajuan dan Peningkatan Kemakmuran Masyarakat Yang
Berkeadilan.
Masalah dan tantangan utama yang dihadapi dalam lingkup agenda mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat yang
berkeadilan sebagai berikut : 1
Meskipun terjadi peningkatan secara berarti, pertumbuhan ekonomi yang dicapai relatif belum cukup progresif untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selama tahun 2000-2004, harga konstan tahun 1993, perekonomian kota tumbuh rata-rata sebesar 5,19 persen per tahun,
sementara PDRB perkapita mencapai Rp 12,50 juta tahun 2004. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi cenderung masih didorong oleh
konsumsi masyarakat. 2
Proses pembangunan kota yang masih terbatas dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan Iptek dihadapkan pada
permasalahan berupa belum optimalnya pemanfaatan sumber daya manusia, modal, sarana, prasarana dan informasi, penelitian dan pengembangan
Litbang, kurang Terintegrasinya kebijakan mobilitas peneliti, mekanisme intermediasi dan inovasi yang mencakup bidang pendidikan, fiskal, industri,
perbankan dan Iptek. 3
Masih relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan masalah- masalah soaial yang mendasar belum sepenuhnya terpecahkan. Walaupun
terjadi penurunan, angka pengangguran terbuka pada tahun 2004 masih cukup tinggi yaitu sebesar 13,01, sedang Tingkat Partisipasi Angkatan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
Kerja TPAK sebesar 52,92. Sementara penduduk miskin pada tahun 2004 diperkirakan sebanyak 7,13.
4 Dalam pada itu, kesenjangan pembangunan antar wilayah inti kota lingkar
dalam dengan daerah lingkar luar border area masih sangat dirasakan. Ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya tuntutan untuk
segera meningkatkan percepatan pembangunan kota pada wilayah lingkar luar.
5 Implementasi desentralisasi dan otonomi daerah menghadapi kendala, antara
lain disebabkan masih terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan profesional, masih terbatasnya ketersediaan sumber-sumber
pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan daerah sendiri internal maupun sumber dana dari luar daerah eksternal; belum
sepenuhnya tersusun kelembagaan yang efektif; belum terbangunnya sistem dan regulasi yang konsisten; kurangnya kreativitas dan partisipasi
masyarakat secara lebih luas dan rasional. 6
Kesejahteraan masyarakat kota tidak terlepas dari dukungan ketesediaan infrastruktur sosial ekonomi dalam pembangunan. Kondisi pelayanan serta
minimnya infrastruktur yang meliputi transportasi, perumahan, paelayanan air minum serta utilitas dan penyehatan lingkungan kota lainnya, belum
sepenuhnya meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya kualitas pelayanan dan lambatnya pembangunan infrastruktur baru, telah
menghambat pembangunan kota.
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
7 Kualitas sumber daya manusia masih relatif rendah. Pembangunan
pendidikan belum sepenuhnya mampu memenuhi hak-hak dasar warga kota. Hal ini didasarkan angka Indek Pembangunan Manusia IPM sebesar
74,5 pada tahun 2004. Walaupun pada periode yang sama Angka Partisipasi Sekolah APS penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 98,58
persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 93,75 persen, dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 76,31 persen.
Tantangan tersebut menjadi semakin berat, dengan adanya disparitas tingkat pendidikan antar kelompok masyarakat yang masih cukup tinggi, seperti
antara penduduk kaya dengan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.
8 Kualitas pendidikan juga relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuahn kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh kurang dan belum meratanya pendidik baik secara kuantitas maupun
kualitas, serta kesejahteraan pendidik yang juga masih rendah. Di samping itu, fasilitas belajar mengajar juga belum tersedia secara memadai. Pada saat
yang sama masih banyak peserta didik yang tidak seluruhnya memiliki dukungan buku pelajaran dan alat peraga yang dibutuhkan.
9 Dalam pada itu pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan, belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena belum mantapnya pembagian tugas, fungsi dan tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan, termasuk
kontribusinya dalam menyediakan anggaran pendidikan, serta belum terlaksananya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan,
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
dengan acuan umum dari Pemerintah Pusat. Di samping itu kedudukan, peran dan fungsi Dewan Perwakilan serta Komite SekolahMadrasah serta
elemen pendidikan lainnya, juga belum optimal. 10
Adanya amandemen UUD 1945 dan ditetapkannya UU Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan agar dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan, dialokasikan minimal 20 persen dari APBD, serta mewajibkan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Kota menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa memungut biaya, pada dasarnya telah mendorong alokasi anggaran
pendidikan dari tahun ke tahun dalam porsi yang lebih besar. Namun demikian sampai saat ini Pemerintah Kota harus dikaui belum sepenuhnya
mampu menyediakan pelayanan pendidikan dasar cuma-cuma, secara keseluruhan.
11 Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat relatif rendah, yang antara lain
tercermin dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan kurang gizi pada balita. Di samping itu, selain pola penyakit
yang diderita oleh masyarakat yang pada umumnya masih berupa penyakit menular, diketahui penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, serta diabetes mellitus kencing manis juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
12 Kesejahteraan social masyarakat relatif masih rendah, antara lain tercermin
dari ditemuinya anak maupun lanjut usia yang terlantar, kecacatan dan
M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.
USU e-Repository © 2008.
ketunasosialan. Sementara itu, kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS harus dianggap masih belum memadai.
13 Dalam implementasi program pemberdayaan perempuan, permasahan mendasar
yang dihadapi selama ini adalah, belum optimanya partisipasi perempuan dalam pembangunan kota, di samping masih ditemuinya berbagai bentuk praktek
diskriminasi dan perdagangan terhadap perempuan. Permasahan pokok lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik laum perempuan yang
bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar
perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Masalah lainnya adalah
rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan; tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak; rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak;
rendahnya angka indeks Pembangunan Gender Gender-Related Development Index, GDI; dan angka Indeks Pemberdayaan Gender Gender Empowerment
Measurement, GEM; banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminasi terhadap perempuan, dan tidak peduli anak; serta relatif
lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data yang valid dan akurat.
b. Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Efektif