Tujuan dan Perbedaan Perencanaan Keuangan Syariah

Referensi Produk Keuangan Semua produk keuangan Hanya produk keuangan syariah Penyucian Harta Diserahkan pada kehendak pribadi klien Klien diwajibkan untuk menunaikan zakat dan shadaqah lainnya Sumber: Ghozali, Perencanaan Keuangan Konvensional Vs Syariah Dapat didefinisikan bahwa perencanaan keuangan syariah merupakan suatu proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan, non-keuangan serta rohani untuk jangka pendek, menengah dan panjang baik di dunia ketika masih hidup maupun di akhirat. 25

2. Konsep Harta Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, manusia adalah khalifatul fil ardh pemimpin dunia, sesuai dengan posisinya sebagai khalifah maka manusia diberikan kewenangan untuk mengatur urusan dunia agar memperoleh kesejahteraan di dunia maupun di akhirat. Karena memiliki harta adalah hak setiap orang. Harta dalam Islam berada pada semua orang untuk dikelola oleh seseorang tersebut agar bermanfaat untuk mensejahterakannya di dunia dan akhirat. Jadi seluruh umat manusia berhak untuk mengelola dan memanfaatkannya, tetapi harta bukan mutlak milik kita melainkan pemilik mutlaknya adalah Allah SWT. 25 Agustianto Mingka dan Luthfi Trisandi Rizky, “Fiqih Keuangan Syariah” Jakarta: MudaMapan Publishing, 2010 h. 41 Terdapat 2 variabel proses, yaitu cara memperoleh harta halal dan tidak halal dan cara menggunakan harta benar dan tidak benar. Dalam hal ini, manusia paling tidak digolongkan ke dalam 4 golongan yang digambarkan dalam matriks berikut: 26 Gambar 2.1 Cara memperoleh dan Menggunakan Harta Halal Merugi Beruntung Tidak halal Merugi Celaka Celaka Dimanfaatkan dengan tidak benar Dimanfaatkan dengan benar Penjelasan dari 4 golongan di atas yaitu apabila kita termasuk orang yang beruntung adalah orang yang dapat mempertanggungjawabkan kehalalan sekecil apapun harta yang diperolehnya serta kebenaran sekecil apapun harta yang digunakannya. Sangat disayangkan apabila kita termasuk orang yang merugi karena sudah memperoleh harta dengan cara yang halal, namun tidak mampu memanfaatkannya dengan cara yang benar sesuai tuntunan Allah. Selain itu, sebaik apapun kita menggunakan harta, termasuk untuk keperluan ibadah, namun jika harta tersebut diperoleh dari sumber dan cara yang tidak halal, maka tetap saja akan membuat kita termasuk pada golongan orang- orang yang celaka. 26 Eko P Pratomo dan Tim Hijrah Institute, “ Seri Buku Keuangan Keluarga : Membangun Kecerdasan Financial Dengan Nilai- nilai Spritualitas” PT. Arga Publishing : Jakarta, 2007, h. 15 Maka dari itu, kesadaran akan proses mencari harta dan memanfaatkan harta tidaklah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan duniawi, namun juga mengandung konsekuensi akan tanggung jawab hisab di akhirat kelak dan menuntun kita untuk lebih hati-hati. Yakni berhati-hati dalam mencari nafkah, mengumpulkan dan mengelola kekayaan serta lebih bijaksana dalam memanfaatkannya.

3. Kubah Kebutuhan Dome of Needs

Konsep Dome of Needs dalam Perencanaan Keuangan Syariah diperkenalkan oleh Hijrah Advisory Malaysia yang bekerja sama dengan Hijrah Institute. Dalam Islam mengelola harta merupakan suatu keharusan bagi manusia keluarga untuk merancang dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Menata dan merencanakan keuangan secara Islami, merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan merencanakan kebutuhan financial keuangan dengan prinsip halal dan berkah. Menurut Eko P. Pratomo, salah satu presdir perusahaan manajer investasi terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa pengelolaan keuangan keluarga dengan menggunakan sistem syariah, merupakan pilihan alternatif bagi masyarakat muslim untuk meninggalkan sistem ribawi. 27 Karena dari 27 Palgunadi, “Seni Mengelola Keuangan Keluarga Secara Syariah”, artikel ini diakses pada tanggal 21 Agustus 2013 dari http:palgunadi.comartikel15.html