kebutuhan. Keinginan tersebut umunya berkaitan untuk mengejar kemudahan, kenikmatan, kemewahan, gengsi, atau hal lainnya yang
berkaitan dengan life style atau gaya hidup yang sebenarnya belum sesuai dengan tingkat penghasilannya saat ini. Seharusnya, perencanaan atas
kebutuhan masa depan dapat menyadarkan seseorang untuk lebih memprioritaskan pada hal-hal yang menjadi kebutuhan, bukan keinginan
dalam mengatur pengeluaran rutinnya. Pada dasarnya, kita harus menyadari bahwa masih banyak kebutuhan
dasar yang tidak bisa dipenuhi saat ini. Maka dari itu, kita harus berusaha menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung dan diinvestasikan.
Kesadaran pentingnya mengatur Spending atau pengeluaran sebagai pilar ketiga diikuti oleh langkah kesadaran akan pentingnya melakukan
investasi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an surat Al-
A‟raf ayat 31, surat Al- Furqan ayat 67, surat Al-Maidah ayat 87 dan surat Al- Israa ayat 27 yang berbunyi:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Q.S. Al-
A‟raf : 31
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta. Mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak kikir, dan hendaklah cara berbelanja seperti
itu ada di tengah-tenga h kalian”. Q.S. Al-Furqan: 67
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Q.S. Al- Maidah: 87
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan hartamu secara
boros
. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu temannya para syaitan. Q.S. Al- Israa: 27
Intisari dari keempat firman Allah SWT di atas adalah Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berpakaian yang bagus, mengkonsumsi
makanan dan minuman yang halal dan thayyib baik. Namun, disisi Allah SWT juga melarang untuk tidak berlebih-lebihanmelampaui batas dalam
mengkonsumsi, berpakaian dan tidak kikir pelit tidak boros dalam membelanjakan harta, serta selalu berbuat baik dengan cara berbagi
dengan tetangga sekitar rumah, orang-orang miskin yang tidak mampu dan para ibnu sabil.
d. Pilar keempat adalah kesadaran pentingnya perencanaan investasi
Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Mengetahui kebutuhan kita di masa
yang akan datang menjadi kunci sebelum investasi. Terdapat banyak masyarakat yang sudah lebih maju melakukan penyisihan sebagian
penghasilannya untuk diinvestasikan 30 dari penghasilan bulanannya guna menghadapi kebutuhan di masa depan.
Investasi syariah adalah jenis-jenis investasi yang diperkenankan dalam syariat Islam. Cara-cara invetasi konvensional sepanjang tidak
melanggar ketentuan syariah tetap diperbolehkan digunakan dalam kegiatan perencanaan keuangan syariah.
33
Pada saat ini, sudah tersedia produk investasi yang berlandaskan syariah yang ditawarkan di pasar. Kesempatan ini membuka peluang bagi
keluarga untuk memanfaatkan instrumen dan produk investasi guna mencapai tujuankebutuhan di masa yang akan datang secara Islami. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an surat Yusuf ayat 47- 48 yang
berbunyi:
33
Perencanaan Keuangan 123, “Perencanaan Keuangan Syariah”,artikel ini diakses pada
tanggal 28 Agustus 2013 dari http:perencanaankeuangan123.com20101008perencanaan
-keuangan- syariah
Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana bisa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu
simpan untuk menghadapinya tahun sulit, kecuali sedikit dari bibit gadum yang kamu simpan. Q.S. Yusuf : 47- 48
e. Pilar kelima adalah kesadaran akan adanya kehidupan yang panjang
Setiap orang memiliki batas dalam kemampuan bekerja dan menghasilkan uang. Akan ada periode dimana seseorang sudah tidak dapat
bekerja lagi. Maka pensiun bukan berarti terlepas dari kebutuhan keuangan. Oleh karenanya perlu dilakukan persiapan dan perencanaan untuk tetap
dapat memperoleh pendapatan setelah memasuki periode pensiun. Kadang kala pengeluaran masa pensiun lebih berat karena perlunya biaya
perawatan dan pengobatan yang meningkat karena bertambahnya usia. Cara untuk mempersiapkan masa pensiun adalah sedini mungkin
menyisihkan sebagian penghasilan sekitar 10-20 saat masih bekerja.
34
Selain persiapan finansial untuk pensiun, Islam juga mengajarkan kita untuk mempersiapkan bekal di kehidupan akhirat. Secara finansial, banyak
34
Taufik Hidayat, “Financial Planning Mengelola dan Merencanakan Keuangan Pribadi
dan Keluarga” h.54
jalan yang diberikan Allah dalam memanfaatkan harta yang dititipkan kepada kita untuk dapat dijadikan tabungan guna bekal di kehidupan yang
abadi kelak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al-
Qashash ayat 60 yang berbunyi:
يحْلا عات ف ء َْ ْ م ُْْيتْوأ امو ن ْ لقْعت افأ قْبأو ْْخ هدْنعامواُنْيزوايّْا ة
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke-
nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya.
Q.S. Al- Qashash: 60
f. Pilar keenam adalah kesadaran pentingnya pengelolaan hutang dan
kewajiban
Berhutang kadang menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pembelian aset seperti rumah atau kendaraan dengan harga yang cukup
mahal dengan cara tunai sering tidak terjangkau oleh masyarakat saat ini. Sehingga kita perlu mencari dan mendapatkan bantuan dari fasilitas hutang,
yang berasal dari institusi seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Jadi, berhutanglah untuk berinvestasi yang akan membuat kekayaan bersih
kita tumbuh berkembang dan hindarilah hutang untuk memenuhi keinginan konsumtif yang justru membuat aset menyusut dan menambah beban.
35
Tetapi, hutang bukanlah sesuatu yang buruk namun pemanfaatan fasilitas
35
Herlina P. Dewi, “Mengelola Keuangan Pribadi untuk Perempuan Lajang dan
Menikah”,CV. Diandra Primamitra Media: Yogyakarta, 2009 h.61