Konsep Harta Dalam Islam

Maka dari itu, kesadaran akan proses mencari harta dan memanfaatkan harta tidaklah semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan duniawi, namun juga mengandung konsekuensi akan tanggung jawab hisab di akhirat kelak dan menuntun kita untuk lebih hati-hati. Yakni berhati-hati dalam mencari nafkah, mengumpulkan dan mengelola kekayaan serta lebih bijaksana dalam memanfaatkannya.

3. Kubah Kebutuhan Dome of Needs

Konsep Dome of Needs dalam Perencanaan Keuangan Syariah diperkenalkan oleh Hijrah Advisory Malaysia yang bekerja sama dengan Hijrah Institute. Dalam Islam mengelola harta merupakan suatu keharusan bagi manusia keluarga untuk merancang dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Menata dan merencanakan keuangan secara Islami, merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan merencanakan kebutuhan financial keuangan dengan prinsip halal dan berkah. Menurut Eko P. Pratomo, salah satu presdir perusahaan manajer investasi terkemuka di Indonesia menyatakan bahwa pengelolaan keuangan keluarga dengan menggunakan sistem syariah, merupakan pilihan alternatif bagi masyarakat muslim untuk meninggalkan sistem ribawi. 27 Karena dari 27 Palgunadi, “Seni Mengelola Keuangan Keluarga Secara Syariah”, artikel ini diakses pada tanggal 21 Agustus 2013 dari http:palgunadi.comartikel15.html sudut pandangan Islam, permasalahan uang adalah kebutuhan primer Dome of Needs yang harus dipergunakan secara benar. 28 Dome of Needs dapat diartikan sebagai “Kubah Kebutuhan” yang merupakan suatu model yang dapat membantu seseorang dalam melihat permasalahan di sekitar pengelolaan uang dari sudut pandang Islam. Dalam model ini seperti suatu masjid berkubah yang dibangun atas dasar 4 prinsip dasar. Pertama, halal dan barakah yang berarti setiap harta yang didapat harus dari sumber yang halal. Karena hanya dari sumber yang halal sajalah Allah akan memberikan keberkahan atas harta tersebut. Kedua, hamba Allah dan sebagai khalifah yang berarti bahwa semua tindakan kita di dunia haruslah sesuai dengan kehendak-Nya. Harta dari sudut pandang Islam adalah milik Allah yang dititipkan kepada manusia. Sehingga penggunaan harta juga harus sesuai dengan tuntunan dan kehendak yang menitipkannya kepada kita sebagai manusia. Ketiga, menata dan merencanakan keuangan secara Islami merupakan usaha atau ikhtiar kita sebagai manusia dalam mengelola dan merencanakan kebutuhan finansial dengan dasar dua prinsip diatas. Terdapat 7 pilar penopang dalam proses ini yang membentuk kata ISLAMIC yang terdiri dari Income pendapatan, Spending pengeluaran, Longevity pensiunkehidupan panjang, Assurance jaminan, Management of Debts pengelolaan hutang, Investment investasi, dan Cleansing of Wealth 28 Tim Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan DPW PKS DKI Jakarta, “Sepenting Apakah Mengelola Keuangan Keluarga?”, artikel diakses pada 28 Agustus 2013, h.2. penyucian harta. Keempat, hayatan thayyibah dalam arti kehidupan yang baik dan bermanfaat merupakan prinsip keempat yang perlu menjadi tujuan dari semua yang diikhtiarkan. Kehidupan yang baik harus diusahakan bukan hanya untuk dunia namun sangat perlu mempersiapkan untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak. 29 Pada dasarnya, konsep kubah kebutuhan ini adalah sebagai panduan bagi seseorang untuk melakukan perencanaan keuangan yang bertujuan pada kemakmuran duniawi dan keselamatan ukhrawi. Disini, penulis akan membahas lebih detail tentang prinsip ketiga yang menerangkan bahwa dalam merencanakan dan menata keuangan secara Islami harus ditopang dengan tujuh pilar pendukung yang membetuk kata ISLAMIC. Tujuh pilar tersebut, diantaranya: a. Pilar pertama adalah kesadaran pentingnya mencari penghasilan Terdapat firman Allah di dalam Al- Qur‟an yang menegaskan kewajiban manusia untuk bekerja keras dan mencari rizki. Mencari nafkah adalah perintah Allah sekaligus juga menjadi ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an Surat Al – Jumuah ayat 10: 29 Eko P. Pratomo, “Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami”, PT. Syaamil Cipta Media: Bandung, 2004 h. 11