menjadikan siswa lebih tahu, lebih terampil, lebih cakap, dan juga menjadi lebih dewasa, sedangkan pembelajaran merupakan perencanaan agar kegiatan belajar
dapat terjadi secara optimal. Di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah cara
penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian informasi melalui
saluran tertentu kepada si penerima. Informasi berupa bahan pelajaran dijabarkan oleh guru menjadi simbol-
simbol komunikasi, baik simbol non verbal atau visual maupun simbol verbal kata lisan atau tertulis. Selanjutnya siswa menafsirkan simbol-simbol
komunikasi tersebut sehingga diperoleh pengertian. Di dalam proses pembelajaran tersebut komunikasi diperlukan untuk membangkitkan dan memelihara perhatian
siswa, memberitahu dan mengharapkan hasil belajar yang dicapai siswa, merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan
topik tertentu serta menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep. Pada proses komunikasi adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol-
simbol komunikasi yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor penghambat antar lain : psikologis dan lingkungan belajar. Untuk
itulah guru sebagai pengajar harus memperhatikan psikologis anak. Guru harus dapat mengetahui tahapan berfikir siswa sehingga dapat menciptakan proses
komunikasi yang baik dan efektif dan dapat dimengerti oleh siswa. Lingkungan belajar yang terlalu riuh dapat menghambat proses komunikasi dan guru akan
mengalami kesulitan dalam mentransfer materi. Karenanya guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar proses komunikasi berjalan
dengan baik sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.
B. Pengertian Matematika
Kata “matematika” berasal dari kata μά μα máthēma dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” . Juga
μα ματ ός mathēmatikós yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika
dari bahasa Yunani: μα ματ ά - mathēmatiká juga diartikan studi besaran,
struktur, ruang, dan perubahan.
11
Istilah mathematics Inggris, Mathematik Jerman, Mathematique perancis,
Mathematico Italia,
Matematiceski Rusia,
atau matematickWiskunde Belanda berasal dari perkataan latin mathematica yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu knowledge, science. Kata mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa yaitu yang berasal dari kata Yunani yaitu
”Mathein” atau ”Mathenein” yang artinya belajar berpikir. Jadi berdasarkan etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar”
12
Menurut Nasution, mungkin juga kata matematika berasal dari bahasa sanksakerta yaitu ”Medha” atau ”Widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, atau
intelegensia.
13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ” ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
14
Definisi di atas memberikan gambaran bahwa matematika berhubungan erat dengan belajar, terutama berkaitan dengan bilangan serta operasi-operasi
yang membantu penyelesaian bilangan-bilangan tersebut. Namun matematika ternyata tidak terbatas pada bilangan saja, karena dengan matematika seorang
siswa akan melatih diri dalam upaya membentuk pola pikir yang bersifat sistematis, rasional, mampu menyelesaikan masalah, serta membiasakan siswa
bersikap teliti dan tekun. Menurut Johnson dan Myklebust 1967: 244, matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
11
http:id.wikipedia.orgwikiMatematika
12
Erman Suherman dan Udin S. W., Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h.119.
13
M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika PSPM, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009, h.40
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet.2, h.723
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner 1988: 430 mengemukakan bahwa matematika di samping
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen
dan kuantitas. Kline 1981: 172 juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar
deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
15
Sejalan dengan Johnson dan Lerner, Herman Weyl mengatakan seperti dikutip oleh Kadir, bahwa matematika adalah permainan dengan symbol-simbol
yang dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Simbol-simbol ini sangat diperlukan dalam matematika karena dengan symbol ini kaitan antara
konsep dengan konsep lain dapat lebih mudah dijelaskan. Belajar matematika dengan sendirinya membutuhkan kemampuan memanipulir simbol-simbol yang
ada untuk pemecahan soal matematika.
16
Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek dasar abstrak yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Yang dimaksud dengan fakta adalah
ketentuan-ketentuan dalam matematika yang telah disepakati bersama seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi matematika lainnya. Sedangkan konsep
adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Misalnya konsep persegi, dengan memahami
konsep persegi seseorang mampu mengklasifikasikan himpunan persegi dan bukan persegi. Operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus,
karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Prinsip adalah objek matematika yang kompleks.
Prinsip terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat, dan
sebagainya.
15
Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar , Jakarta: Depdikbud dan Rimeka Cipta, 1999, h.252.
16
Kadir, Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU
di DKI Jakarta, dari http:www.depdiknas.go.idjurnal53j53 02.pdf
Dari definisi-definisi matematika yang dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mengkaji tentang besaran,
struktur, ruang, dan perubahan. Matematika mendasarkan diri pada ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak , direpresentasikan melalui bahasa simbol-simbol
yang disepakati bersama .
Matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis serta mempunyai prosedur operasional dalam memecahkan
masalah. Penggunaan matematika pada awalnya adalah di dalam perdagangan,
pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM. Matematika mulai muncul
ke permukaan ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan
lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno
antara tahun 600 dan 300 SM.
17
Matematika sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains,
menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini.
Matematika sebagai ilmu berbeda dengan matematika sekolah. Matematika sekolah merupakan bagian dari matematika yang diberikan untuk
dipelajari oleh siswa sekolah formal. Bahan ajar matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian
matematika yang
dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada
perkembangan IPTEK.
18
Matematika sekolah dipilih berdasarkan kepentingan kependidikan dan dasar perkembangan IPTEK. Butir-butir yang akan disampaikan
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik. Dengan memperhatikan perkembangan siswa, maka dilakukan penyederhanaan dari konsep matematika
yang kompleks yang kemudian secara bertahap semakin diperluas. Agar siswa
17
http:id.wikipedia.orgwikiMatematika
18
Soemoenar, dkk., Penerapan Matematika Sekolah, Jakarta: Universitas Terbuka, h.1.11
lebih mudah memahami matematika, maka guru sebisa mungkin mengurangi sifat abstrak matematika.
Cockroft mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Mulyono, bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 selalu digunakan dalam segi
kehidupan; 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3 merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4 dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5 meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
19
Peranan matematika sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan dalam kehidupannya, dengan
menggunakan pola pikir matematika. Pendidikan matematika di sekolah lebih menekankan pada penataan nalar, pembentukan sikap, serta keterampilan dalam
penerapan matematika.
20
Oleh sebab itu, NCSM National Council of Supervisor of Mathematics membuat keputusan bahwa dalam pembelajaran matematika
hendaknya mengandung hal-hal antara lain: pemecahan masalah, penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan hitung yang memadai,
pengukuran, geometri, membuat diagram dan grafik, dan penggunaan matematika dalam taksiranperkiraan.
21
Jadi matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek dasar abstrak yang berupa fakta, konsep, operasi, prinsip, dan menggunakan simbol-simbol yang
dimaksudkan agar objek matematika dapat ditulis dengan singkat, tepat, dan mudah dimengerti. Sedangkan matematika sekolah adalah bagian dari matematika
yang dipilih, diproyeksikan atau ditujukan untuk menumbuh dan mengembangkan kepribadian dan penalaran siswa di dalam kehidupan sehari-hari.
19
Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud dan Rimeka Cipta, 1999, h.253.
20
HJ Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika, Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2007, h.15
21
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press, 2006, h.54
C. Kesulitan Belajar Matematika