Pembahasan terhadap Temuan Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.3 dan histogram di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran remedial, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas mencapai KKM ada sebanyak 19 siswa atau sekitar 61,29. 24 Hasil ini meningkat dibandingkan sebelum siswa diberikan pembelajaran remedial, yakni hanya sebanyak 5 siswa saja atau hanya sekitar 16,13 saja. Nilai tertinggi naik sebesar 5 poin dari 85 menjadi 90, begitu pula nilai terendah naik sebesar 15 poin dari 20 menjadi 35. 25 Selain itu nilai rata-rata siswa naik sekitar 20,37 poin menjadi 68,08. Begitu pula nilai median dan modusnya. Nilai median naik sekitar 28,72 poin menjadi 72,58. Nilai modus naik sekitar 36,42 poin menjadi 74,25. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai ketuntasan belajar matematika.

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian

Sentral dari pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah atau mengutamakan proses daripada produk atau hasil akhir. Pada langkah-langkah pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, siswa melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada lembar jawaban. Dari lembar jawaban ini dapat dilihat jenis kesalahan yang dilakukan siswa. Eksponen dan Logaritma merupakan salah satu materi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Melihat hasil tes diagnostik, hanya 4 siswa atau 12,90 siswa saja yang nilainya mencapai KKM. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi pendidik. Jika dari 31 siswa hanya 4 siswa saja yang nilainya mencapai KKM, maka hal ini mengindikasikan kegagalan kegiatan pembelajaran karena inti dari kegiatan pendidikan terletak pada proses belajar-mengajar dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Berdasarkan hasil tes diagnostik yang telah diujikan kepada siswa, peneliti menemukan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal bentuk eksponen dan logaritma. Kesulitan-kesulitan siswa 24 Lampiran 22 hal 106. Perhitungan Letak KKM Setelah Remedial 25 Lampiran 23 hal.107, Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Remedial ini tentunya bukanlah tanpa sebab, pastinya terdapat hal-hal yang menjadi penyebabnya.

a. Kesalahan Konsep Eksponen dan Logaritma

Konsep merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari matematika. Karena matematika merupakan ilmu yang mempunyai objek kajian yang abstrak, maka konsep menjadi dasar dalam memahami matematika. Banyaknya kesalahan konsep yang dipahami oleh siswa seperti pada temuan penelitian di atas merupakan indikasi kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kesalahan konsep tersebut dapat terjadi antara lain karena metode pembelajaran yang kurang tepat dan kesalahan pada cara belajar siswa. Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa pada kegiatan pembelajaran matematika, guru cenderung menggunakan metode ceramah dengan pemberian contoh soal. Kemudian memberikan latihan soal kepada siswa. 26 Pembelajaran masih bersifat teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Menurut Trianto, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. 27 Jadi, metode yang kurang variatif dan kepasifan siswa bisa jadi menjadi penyebab siswa tidak memahami konsep aksponen dan logaritma. Sebenarnya tidak ada masalah jika guru menggunakan metode ceramah, karena beberapa siswa mungkin lebih bisa menangkap materi yang diajarkan dengan metode ceramah tersebut. Selain itu, dalam matematika ada pokok bahasan yang dirasakan lebih efektif jika menggunakan metode ceramah dalam pengajarannya. Hanya saja dalam menggunakan metode ceramah, harus diperhatikan tata cara penyampaiannya. Miskonsepsi yang ada pada siswa seperti yang telah dibahas di atas, dimungkinkan karena kurangnya tekananpenegasan oleh guru saat mengajar di kelas dengan menggunakan metode ceramah. Pemberian tekanan disini 26 Lampiran 16 hal 96. Hasil Wawancara Siswa. 27 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h.1 maksudnya adalah, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok konsep pokok dan mengurangi informasi yang tidak penting pada saat menjelaskan materi kepada siswa. 28 Berdasarkan hasil tes diagnostik dan wawancara siswa, peneliti menyimpulkan bahwa guru kurang memberi tekanan pada beberapa konsep pokok. Misalnya pada saat mengerjakan soal no.7b tes diagnostik eksponen dan logaritma, siswa mengerjakan sebagai berikut: 2 6 . 4 x = 8 6+x Kesalahan seperti ini dapat terjadi pada siswa yang memperhatikan penjelasan guru, namun menangkap hanya sebagian konsep saja. Berdasarkan wawancara, siswa menyatakan bahwa dia ingat gurunya mengajarkan jika ada perkalian bilangan berpangkat, maka pangkatnya dijumlah, jika dibagi pangkatnya dikurang. 29 Rupanya kalimat ini yang tertanam di ingatan siswa. Siswa tidak mengingat kalau sifat bilangan berpangkat tersebut hanya berlaku untuk perkalianpembagian bilangan berpangkat yang basisnya sama. Hal ini dimungkinkan karena guru mengajarkan sifat tersebut secara rumus, bukan secara konsep. Atau dimungkinkan karena siswa hanya menangkap kalimat yang diucapkan oleh guru, yakni jika bilangan berpangkat dikalikan maka pangkatnya dijumlah dan sebagainya, tanpa mengingat basisnya harus sama karena guru tidak menegaskan hal ini. Penegasan konsep-konsep pokok sangatlah penting, apalagi jika metode yang digunakan adalah metode ceramah di mana siswa berperan pasif dan hanya mengandalkan dengan mendengarkan penjelasan guru saja. Kurangnya penegasan dapat mengakibatkan kesalahan konsep yang ditangkap oleh siswa. Kurangnya penegasan juga dapat menyebabkan siswa salah dalam menggeneralisasi konsep materi. Misal definisi konsep bilangan berpangkat negatif x -1 = digeneralisasikan secara salah menjadi x -2 = , x -3 = , dan sebagainya. 28 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, h.90 29 Lampiran 16 hal 96, Hasil wawancara dengan Responden D pada tanggal 11 November 2011 Selain kesalahan pada cara mengajar, kebiasaan belajar siswa juga sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep matematika. Di kelas, siswa umumnya hanya belajar matematika dengan cara mendengarkan penjelasan guru, melihat cara penyelesaian contoh soal yang dilakukan oleh guru kemudian mencatatnya. Jarang sekali siswa mengulang kembali materi yang diajarkan ketika mereka sampai di rumah. Siswa juga tidak mencoba mengerjakan kembali contoh soal yang telah diselesaikan oleh guru tadi dan tidak berlatih mengerjakan soal lain untuk mengetes pemahaman mereka. Menurut HJ. Sriyanto terdapat 3 hal penting tentang matematika yang harus dipahami terlebih dahulu oleh siswa agar siswa dapat menentukan cara belajar yang tepat, yakni: 30 1 Math is not a spectator sport Maksudnya bahwa mempelajari matematika tidak cukup hanya “menonton” penjelasan guru kemudian mencatatnya. Diperlukan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah dan aktif pula mempelajarinya di rumah. 2 Understand the principles Dalam mempelajari matematika tidak cukup sekedar menghapalkan rumus, tetapi harus memahami konsep yang mendasari penggunaan rumus tersebut. Siswa perlu memahami bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut dan saat kapan rumus harus digunakan. 3 Mathematics is cumulative Matematika merupakan akumulasi atau kumpulan dari banyak materi. Seringkali untuk memahami materi baru dibutuhkan pemahaman dari materi- materi sebelumnya. Jadi siswa harus berusaha memahami tiap materi yang diajarkan agar tidak kesulitan memahami materi selanjutnya 30 HJ. Sriyanto, Strategi Sukses Mengasai Matematika, Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2007, h. 28-29 Oleh karena itu, menurut HJ Sriyanto untuk sukses dalam mempelajari matematika antara lain dengan cara mendengarkan penjelasannya, membuat catatan yang baik, mempelajari kembali materi yang dipelajari, dan banyak mengerjakan latihan soal. 31 Akan tetapi, hanya segelintir siswa saja yang menerapkan cara belajar yang benar seperti tersebut.

b. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung

Menanamkan konsep matematika kepada siswa memang dirasa sangat sulit, terlebih jika siswa tidak menguasai materi pada jenjang pendidikan sebelumnya. Terkadang guru mengubah tujuan mengajar, yang awalnya bertujuan membuat siswa paham konsep materi menjadi membuat siswa mampu mengerjakan soal. Karena bertujuan membuat siswa mampu mengerjakan tipe soal yang umum diujikan, beberapa guru mengajarkan “cara cepat ” atau “cara praktis”. Misal dalam mengajarkan prinsip operasi hitung, beberapa guru mengajarkan “kaidah pindah ruas” atau “kaidah pencoretan” seperti yang terlihat pada lembar jawaban siswa, beberapa guru bahkan mengajarkan rumus cepat dalam mengerjakan soal-soal tertentu. Pengajaran dengan cara tersebut menyebabkan kesalahan prinsip operasi hitung pada siswa. Jika siswa telah memahami konsep eksponen dan logaritma tetapi tidak menguasai prinsip komputasi, misal tidak bisa menghitung bentuk pecahan atau tidak mampu menyelesaikan perhitungan bentuk aljabar, maka yang terjadi adalah siswa tetap menjawab salah pada tiap ujian dan menyebabkan nilainya rendah di bawah KKM.

c. Kesalahan karena Kecerobohan Siswa

Kecerobohan memang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan dengan cara memperbanyak latihan soal. Selain itu, kecerobohan juga dapat 31 HJ. Sriyanto, Strategi Sukses Mengasai Matematika, Yogyakarta: Indonesia Cerdas, 2007, h. 49-57 diminimalkan dengan cara mengecek kembali jawaban pada saat mengerjakan tes matematika. Keberhasilan pembelajaran memang terutama dipengaruhi oleh kegiatan belajar-mengajar di kelas dan kebiasaan belajar siswa, di samping faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Melalui pembelajaran remedial, siswa dan guru berusaha untuk memperbaiki kegagalan yang terjadi pada pembelajaran reguler. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran remedial mampu membantu siswa mencapai ketuntasan belajar. walaupun pada penelitian ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, karena menurut teori ketuntasan klasikal tercapai jika 85 dari jumlah peserta didik sudah mencapai KKM, akan tetapi pembelajaran remedial telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang tuntas sebesar 45,825 dari 9,375 menjadi 55,2. Hal ini memperlihatkan perlunya pengadaan pembelajaran remedial jika pendidik menganut prinsip belajar tuntas mastery learning. Hasil ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Udiono yang menyatakan bahwa prestasi belajar mahasiswa Teknik Mesin Program Studi Diploma III Universitas Negeri Semarang, masih kurang memuaskan. Dari perhitungan rata-rata diperoleh 55,948 Matematika Terapan, 54,09 Kimia Terapan dan 49,41 Perpindahan Panas. Namun setelah mahasiswa menjalani perkuliahan perbaikan Program Remedial, diperoleh data rata-rata prestasi belajar mahasiswa 59,33 Matematika Terapan, 54,17 Kimia Terapan dan 69,85 Perpindahan Panas, dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti Program Remedial mengalami peningkatan yang signifikan. 32 Penggunaan tutor sebaya juga membantu siswa dalam mencapai ketuntasan. Pembelajaran seperti ini telah terbukti mampu membantu peningkatan hasil belajar siswa, sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yulitta Radita Kusumasari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pemanfaatan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran remedial 32 Tri Udiono, Perbedaan Prestasi belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Program Remedial, Semarang: Tidak Diterbitkan, 2007 matematika pada sub materi pokok bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 20062007. Hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas pada siklus I 2,75 dan siklus II 8,64. 33 33 Yulitta Radita Kusumasari, Meningkatkan hasilBelajar matematika Melalui Metode Tutor Sebaya DalamPengajaran Remedial Pada siswa Kelas VIII, Semarang: Tidak ditebitkan, 2007 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan