Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Belajar dan Pembelajaran

dan tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran remedial dalam pelaksanaannya lebih bersifat individual, sehingga diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis hendak mengadakan penelitian dan menerapkan pembelajaran remedial bagi siswa-siswi yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM dalam belajar matematika. Peneliti mencoba untuk mencari tahu letak kesulitan siswa dalam mempelajari matematika kemudian memberikan pembelajaran remedial kepada siswa-siswi yang dianggap memerlukannya. Oleh karena itu penulis mengangkat judul, “Diagnosis Ketuntasan Belajar Matematika Siswa dan Solusinya dengan Pembelajaran Remedial”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Faktor apakah yang menyebabkan banyak siswa yang hasil belajar matematikanya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM ? 2. Langkah apa yang dilakukan guru dalam menyikapi banyaknya siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM? 3. Bagaimanakah variasi strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengajar matematika? 4. Apa sajakah kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika? 5. Bagaimanakah motivasi belajar matematika siswa? 6. Upaya apakah yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan siswa belajar matematika? 7. Apakah guru dan pihak sekolah mengadakan program remedial? 8. Apakah program remedial dapat mengatasi kesulitan belajar matematika siswa? 9. Apakah pembelajaran remedial dapat membantu siswa mencapai ketuntasan belajar matematika?

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada upaya mendiagnosis kesulitan belajar matematika siswa pada pokok bahasan Eksponen dan Logaritma. Akan tetapi tidak semua faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dibahas pada penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah menemukan kesulitan belajar siswa dari segifaktor intelektual. Setelah kesulitan belajar siswa diidentifikasi, peneliti menyusun upaya mengatasi kesulitan tersebut dengan melaksanakan pembelajaran remedial. Objek pada penelitian ini adalah siswa kelas X-4 di Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta tahun ajaran 20102011.

D. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor intelektual apakah yang menyebabkan kesulitan belajar matematika siswa? 2. Bagaimana pembelajaran remedial dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar matematika?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab siswa tidak mencapai KKM matematika, yakni mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dalam memahami dan menggunakan konsepprinsip matematika dengan cara melihat kesalahan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, kemudian menyusun upaya mengatasi kesulitan tersebut melalui pelaksanaan pembelajaran remedial sehingga siswa mencapai ketuntasan belajar matematika.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa : membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika sehingga siswa mampu mencapai KKM yang ditetapkan. b. Bagi sekolahguru : dapat digunakan sebagai masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika, sehingga mendapatkan salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan mencapai ketuntasan belajar matematika siswa. c. Bagi peneliti : menambah wawasan dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan siswa dalam upaya mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik guru. 7 BAB II ACUAN TEORITIK

A. Belajar dan Pembelajaran

Manusia tidak terlepas dari sebuah proses yang disebut belajar. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya. Dengan belajar manusia mampu memahami segala sesuatu baik itu mengenai diri maupun lingkungan sekitarnya. Upaya memahami sesuatu itu dilakukan dengan berbagai cara baik itu melihat, mendengar, ataupun membaca, yang setelah itu akan terciptalah sebuah kondisi yang berbeda pada diri manusia itu sendiri, seperti dari tidak tahu sesuatu menjadi tahu banyak hal. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata belajar mengandung pengertian “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. 1 Yang dimaksud kepandaian di atas dapat bermakna luas, baik pandai dalam hal memiliki pengetahuan yang banyak maupun pandai dalam bertingkah laku atau berinteraksi dengan lingkungan. Sardiman dalam bukunya mengemukakan beberapa definisi tentang belajar, sebagaimana dikutip oleh Angkowo dan Kosasih sebagai berikut: 2 1. Cronbach memberi definisi: Learning is shown by a change is behavior as a result of experience. 2. Harold Spears memberi batasan: Learning is to be observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. 3. Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. Menurut Ahmadi dan Widodo belajar dapat diartikan: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet.2, h.17 2 R. Angkowo dan A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: PT.Grasindo, 2007, h.48. dalam interaksi dengan lingkungan.” 3 Pendapat tersebut sejalan dengan Winkel yang menyatakan: “Belajar yang terjadi pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengamatan dan keterampilan serta nilai sikap dan perubahan konstanmembekas. ” 4 Burton menyatakan sebagaimana dikutip oleh Usman , “Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, wich fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment ”. 5 Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, agaknya beberapa ahli pendidikan modern sepakat bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman akibat interaksi dengan lingkungan. Perubahan sebagai akibat dari belajar tersebut bersifat aktif, terarah dan mencakup seluruh aspek tingkah laku baik fisik maupun psikis, seperti perubahan pada kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, pemecahan masalah atau berfikir. Jadi, belajar adalah proses usaha manusia untuk melakukan perubahan secara pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang berguna bagi manusia untuk menjalani hidupnya, sebagai akibat interaksi dengan lingkungan. Pengetahuan dan keterampilan ini diperlukan manusia baik karena kebutuhan atau tuntutan hidup maupun keinginan manusia untuk menjadi lebih baik. Pengalaman menjadi sesuatu yang amat penting dalam proses belajar. Sebuah pengalaman yang terjadi akan merespon manusia untuk berpikir mengenai peristiwa yang dialaminya dan melakukan upaya untuk merespon peristiwa tersebut. Maka proses itulah yang dikatakan sebagai proses belajar. Dalam belajar diartikan dengan proses perubahan yang terjadi dalam kepribadian siswa yang 3 Abu Ahmadi dan Widodo S, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h.128. 4 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Grasindo, 1996, Edisi yang disempurnakan, Cet. IV, h.53. 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, h.5 membentuk pola baru sebagai reaksi dari pengajaran yang dilakukan guru yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. 6 Sedangkan pembelajaran menurut Sadiman, adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. 7 Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 8 Menurut konsep sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa sosio- psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. 9 Belajar dan pembelajaran menjadi kegiatan utama di sekolah. Dalam arti sempit, belajar dan pembelajaran adalah aktivitas dimana guru dan siswa dapat saling berinteraksi. Pada proses pembelajaran terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Pembelajaran sering disejajarkan dengan kegiatan mengajar. Dalam mengajar guru melibatkan siswa untuk aktif, misalkan dengan memberi pertanyaan ketika mengajar atau dengan berdiskusi. Sehingga suasana pembelajaran yang kondusif dapat tercipta. Pengertian mengajar menurut Nasution : Mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yaitu mengatur lingkungannya sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Belajar anak itu berkat kegiatannya sendiri. Guru hanya dapat membimbing dan memanfaatkan segala faktor lingkungan termasuk dirinya, buku-buku, alat peraga dan sebagainya. 10 Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Belajar merupakan proses yang 6 Darwyan Syah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Diadit Media, 2009, h.65 7 M. Sobry Sutikno, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, Mataram: NTP Press, 2007, h.49 8 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet.2, h.17 9 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2003, Edisi Revisi, h.8 10 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Edisi pertama, Cet. kelima, h.99. menjadikan siswa lebih tahu, lebih terampil, lebih cakap, dan juga menjadi lebih dewasa, sedangkan pembelajaran merupakan perencanaan agar kegiatan belajar dapat terjadi secara optimal. Di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah cara penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima. Informasi berupa bahan pelajaran dijabarkan oleh guru menjadi simbol- simbol komunikasi, baik simbol non verbal atau visual maupun simbol verbal kata lisan atau tertulis. Selanjutnya siswa menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pengertian. Di dalam proses pembelajaran tersebut komunikasi diperlukan untuk membangkitkan dan memelihara perhatian siswa, memberitahu dan mengharapkan hasil belajar yang dicapai siswa, merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan topik tertentu serta menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep. Pada proses komunikasi adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol- simbol komunikasi yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor penghambat antar lain : psikologis dan lingkungan belajar. Untuk itulah guru sebagai pengajar harus memperhatikan psikologis anak. Guru harus dapat mengetahui tahapan berfikir siswa sehingga dapat menciptakan proses komunikasi yang baik dan efektif dan dapat dimengerti oleh siswa. Lingkungan belajar yang terlalu riuh dapat menghambat proses komunikasi dan guru akan mengalami kesulitan dalam mentransfer materi. Karenanya guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar proses komunikasi berjalan dengan baik sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.

B. Pengertian Matematika