Kesulitan Belajar Matematika Diagnosis kesulitan belajar metematika siswa dan solusinya dengan pembelajaran remedial: penelitian deskriptif analisis di MAN 7 Jakarta

C. Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar learning artinya belajar, disability berarti ketidakmampuan, akan tetapi istilah kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistik. 22 Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah cara penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima. Pada proses komunikasi adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol-simbol komunikasi yang disampaikan oleh gurunya. Hal inilah yang antara lain menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan memahami bahan ajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun Perguruan Tinggi sering kali dijumpai beberapa siswamahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran . Terutama dalam pembelajaran matematika. Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Kadang-kadang dapat dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo S., “Dalam keadaan dimana anak didik siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar. ” 23 Warkitri mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di bawah norma yang telah ditetapkan. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi 22 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, 1999, h.6. 23 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, h.77 dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan - hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. 24 Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah kelainan mental, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Seperti diungkapkan oleh Muhibbin Syah bahwa “Kesulitan belajar tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata atau normal, hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai harapan”. 25 Jadi belum tentu anak yang mengalami kesulitan belajar menandakan bahwa anak tersebut mempunyai IQ rendah. Terkadang kesulitan belajar hanya disebabkan oleh tidak cukupnya pengetahuan siswa tentang cara-cara belajar. Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah, kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang Guru. 26 Kesulitan belajar ini tidak terlepas dari beragamnya individu dan cara belajar siswa yang berbeda, dimana individu yang satu akan mempunyai kesulitan tertentu dibandingkan dengan individu yang lain. Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak didik yang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya keberagaman individu tiap peserta didik dan kondisi lingkungan yang berbeda pula, sehingga timbullah permasalahan yang berbeda. 24 Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, Jakarta : Universitas Terbuka, 1998, h.8.3 25 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999, Edisi Revisi, h.172. 26 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1995, h. 88. Mukhtar dan Rusmini mengungkapkan bahwa secara garis besar faktor- faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut antara lain kelemahan fisik, mental, dan emosional; kebiasaan dan sikap-sikap yang salah seperti malas belajar, atau tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan. Sedangkan Faktor eksternal antara lain: kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak tepat, beban belajar yang terlalu berat, terlalu banyak kegiatan di luar jam sekolah, terlalu sering pindah sekolah, dan sebagainya. 27 Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap bahan ajar yang disajikan. Masing-masing faktor memiliki intensitas pengaruh yang berbeda pada tiap siswa tergantung dari masalah yang dialami masing-masing siswa. Misalkan pada siswa tertentu mungkin metode pembelajaranlah yang menjadi faktor utama penyebab kesulitannya dalam belajar, akan tetapi pada siswa lain yang brokenhome misalnya, faktor emosional lah yang paling mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Dalam pembelajaran matematika, Rachmadi mengutip Brueckner dan Bond, mengelompokkan penyebab kesulitan belajar menjadi 5 faktor, yakni faktor fisiologis, faktor sosial, faktor emosional, faktor intelektual, dan faktor pedagogis. Faktor intelektual yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa umumnya adalah: 28 1. Siswa kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, dan algoritma 2. Kesulitan mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip 3. Kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita 4. Kesulitan pada pokok bahasan tertentu saja. 27 Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran, Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera, 2003, h.42-45 28 Rachmadi Widdiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKGMGMP Matematika, {Yogyakarta: Depdiknas, h. 6-9 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sholeh yang menyatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 29 1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar. 2. Siswa tidak mengerti arti lambang- lambang 3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip 4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. 5. Ketidaklengkapan pengetahuan Sedangkan menurut John L. Marks, et all. seperti dikutip Noorhadi Thohir dan Basuki Haryono, bahwa yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar matematika ialah kesulitan siswa dalam: 1. Kemampuan dalam mengembangkan konsep-konsep 2. Kemampuan mengembangkan pemahaman matematika 3. Kemampuan mengembangkan keterampilan matematika 4. kemampuan dalam memecahkan soal 5. Kemampuan mengembangkan sikap menghargai dan sikap lain yang menguntungkan seperti berdiskusi, keaktifan dalam belajar bersama, dsb. 30 Dalam pembelajaran matematika, kesulitan siswa dari segi intelektual dapat terlihat dari kesalahan yang dilakukan siswa pada langkah-langkah pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, karena siswa melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas jawaban soal yang berbentuk uraian tersebut. Beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yakni: kesalahan pemahaman 29 M. Sholeh, Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998, dari http:idb4.wikispaces.com. 30 Noorhadi Thohir dan Basuki Haryono, Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi, Surakarta: Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS, 1996, h.19-29. konsep; kesalahan penggunaan operasi hitung; algoritma yang tidak sempurna; dan kesalahan karena mengerjakan serampanganceroboh. 31 Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar kesulitan yang dialami siswa dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan latihan-latihan dan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai siswa dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar tertentu, misalnya siswa tidak menguasai operasi bilangan. Lebih jauh lagi kesulitan yang dialami siswa disebabkan perbedaan tiap individu, baik dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar yang digunakan. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, guru hendaknya memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Terutama memastikan siswa telah menguasai materi prasyarat, mendesain cara penyampaian bahan ajar dengan komunikasi yang efektif serta memperhatikan keadaan keluarga dan keadaan sosial siswa. Agaknya guru dapat mengimplementasikan apa yang disarankan oleh Gagne, seperti dikutip Mulyono : “Proses belajar hendaknya bertahap, dari hal yang paling sederhana ke hal yang kompleks dan intinya adalah perlunya penguasaan prasyarat yang digunakan sebagai landasan untuk menguasai bentuk perilaku yang diharapkan”. 32 Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, guru harus mengetahui secara tepat faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut karena kesulitan yang dialami siswa dilatarbelakangi oleh sebab yang berbeda- beda. Jika kesulitan tersebut sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya guru dapat menentukan cara yang tepat untuk mengatasinya. 31 Rachmadi Widdiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya, Paket Fasilitasi pemberdayaan KKGMGMP Matematika, Yogyakarta: Depdiknas, h. 41 32 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, 1999, h.28.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik