sebagainya, dengan menggunakan sifat tersebut. Setelah itu dibuat variasi soal yang harus menggunakan beberapa sifat logaritma,
misal siswa diminta menentukan nilai dan sebagainya.
- Guru memberikan contoh penggunaan sifat logaritma yang salah.
Demikian satu per satu sifat logaritma dibahas secara terperinci. 2
Setelah guru menjelaskan suatu sifat logaritma dan contoh penggunaannya, siswa mengerjakan soal mandiri tanpa diperbolehkan
melihat catatan, dengan dibimbing guru. Soal mandiri tersebut dibuat secara sistematis mulai dari soal yang mudah sampai soal yang butuh
ketelitian dalam menggunakan sifat logaritma. 3
Pada tiap soal yang dikerjakan siswa, guru bertanya apa sifat logaritma yang digunakan siswa pada tiap tahapan pengerjaan soal tersebut,
sehingga guru yakin siswa tidak menggunakan cara yang hanya bertujuan mendapat jawaban padahal tidak sesuai dengan sifat
logaritma. 4
Setelah guru merasa siswa tersebut sudah paham, maka siswa tersebut diizinkan untuk melakukan tes remedial.
b. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan Prinsip Operasi
Hitung
Untuk kesalahan pengerjaan soal karena kesalahan kaidah hitung, maka proses pengajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut: 1
Mengajarkan kembali konsep hitung bilangan pecahan dimulai dari konsep pecahan senilai, penjumlahanpengurangan pecahan yang
syaratnya harus menyamakan penyebut, perkalian pecahan dan pembagian pecahan.
2 Meluruskan kesalahan “kaidah pencoretan” yang sering dilakukan oleh
siswa, yakni menjelaskan bahwa kaidah pencoretan unsur penyebut
dan pembilang pecahan hanya bisa dilakukan jika operasi antara unsur- unsurnya adalah operasi perkalian bukan penjumlahan atau
pengurangan. Penjelasan ini dimulai dengan memberikan contoh sederhana yang menunjukkan bahwa “kaidah pencoretan” pada bentuk
pecahan yang memuat operasi penjumlahanpengurangan adalah salah, misalnya
4 + 6 ≠ 8 + 3, dan sebagainya.
3 Meluruskan kesalahan “konsep pindah ruas” yang sering dilakukan
oleh siswa, yakni dengan menjelaskan kembali konsep persamaan dua ruas yang tetap bernilai sama jika pada kedua ruas dilakukan operasi
hitung yang sama. Setelah itu, siswa mengerjakan soal persamaan sederhana, misalnya menentukan nilai x pada persamaan -3x
– 2 = 22, atau ½ x + 18 = 10, dan sebagainya dengan menuliskan setiap operasi
hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail untuk mendapatkan nilai x.
Contoh: -3x
– 2 = 22 -3x
– 2 + 2 = 22 + 2 -3x = 24
-3x : -3 = 24 : -3 x = -8
Kemudian siswa mengerjakan soal yang lebih rumit seperti persamaan yang memuat bentuk pangkatakar dengan menuliskan
setiap operasi hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail. Setelah itu, siswa diminta mengerjakan kembali soal-soal tersebut
tanpa menuliskan detail operasi yang dilakukan pada kedua ruas persamaan dengan kaidah pindah ruas yakni plus berubah tanda jadi
minus dan sebaliknya jika operasinya penjumlahanpengurangan. Tetapi jika perkalian berubah menjadi pembagian tanpa mengubah
tanda bilangan, dan sebaliknya.
Contoh : -3x
– 2 = 22 -3x = 22 + 2 = 24
x = 24 : -3 x = -8
penulisan bisa lebih singkat jika siswa telah paham 4
Siswa kemudian mengerjakan tugas mandiri yang diberikan oleh guru tentang konsep perhitungan. Jika siswa dirasa sudah paham maka
siswa tersebut diizinkan mengikuti tes remedial.
c. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kecerobohan Siswa