Perempuan itu Analisis Objektif

empat mata. Ia memilih Perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah” Rectoverso:17. Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Bunda memiliki sifat penyabar karena dalam menghadapi suatu masalah Bunda tidak langsung marah, namun Bunda memilih untuk sabar dengan cara berbicara pelan-pelan dengan tokoh lain. Bunda memiliki sifat yang tegar. Dalam menghadapi anak keduanya yaitu Bunda yang tidak normal, Bunda tidak pernah mengeluh meskipun sikap Bunda sering membuat orang lain terganggu. Bunda memiliki cinta yang abadi untuk anaknya, meskipun keadaan anaknya jauh dari normal, tetapi Bunda tidak akan meninggalkannya. Tokoh Bunda pada film memiliki persamaan karakter yang digambarkan pada cerpen untuk tokoh Bunda memang memiliki sifat penyabar hal ini terlihat ketika Bunda menghadapi berbagai macam sikap Bunda yang diluar kendali, ketika Bunda mengamuk melihat sabunnya yang tidak genap 100, ketika Bunda patah hati bahwa sosok yang ia cintai telah pergi meninggalkannya. Dapat dilihat pada gambar berikut, Menggambarkan watak tokoh Bunda, pengarang menggambarkannya dengan cara dramatik, karena pengarang tidak menceritakan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya, tetapi hal in disampaikan melalui pilihan nama tokoh, melalui penggambaran fisik tokoh dan melalui dialog. Tokoh Bunda merupakan tokoh pendukung, sifat dan sikap Bunda patut kita kagumi. Setiap menghadapi masalah kita harus sabar dan tegar.

4. Si Bungsu

Si Bungsu adalah anak terakhir dari Bunda dan merupakan adik Abang. Si Bungsu dianggap sebagai figur sempurna dan merupakan hadiah dari Tuhan untuk Bunda atas ketabahan Bunda yang cepat menjanda. Si Bungsu dikatidakan sebagai figur yang sempurna karena ia pintar, normal dan fisiknya menarik. Si Bungsu meninggalkan Indonesia karena ia pergi merantau ke luar negeri untuk bersekolah. Dapat dilihat pada kutipan berikut, “anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang adalah figure sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tidak pernah dirumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia.” Rectoverso:17 Menggambarkan watak tokoh si Bungsu, pengarang menggambarkannya dengan cara dramatik, karena pengarang tidak menceritakan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya, tetapi hal ini disampaikan melalui pilihan nama tokoh, melalui penggambaran fisik tokoh dan melalui dialog. Melalui dialog yang ada di cerpen tersebut, dapat dilihat bahwa watak tokoh si Bungsu adalah egois karena ia tega meninggalkan Bunda dan Bunda dengan membawa Perempuan itu pergi dari kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat pada percakapan antara Bunda dengan si Bungsu, pada kutipan sebagai berikut. “Dia akan segera tahu kalian berpacaran” “Mami, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah” Bunda melengakkan kepala dengan tatapan tidak percaya. “Bagi Abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?” “Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup” Anak laki-lakinya setengah berseru. “Kalau perlu kalian harus sembunyi-sembunyi seumur hidup” balas Bunda lebih tegas “Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal…” protes anaknya lagi Rectovers:18-19. Pada kutipan tersebut terlihat bahwa keegoisan si Bungsu tidak dapat memenuhi permintaan Bunda untuk menjaga hati si