bahasa simile yang dideskripsikan telah disesuaikan dan dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran di SMK. Kesesuaian tersebut
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran novel diajarkan pada kelas XII semester 1.
47
3. Skripsi Arthadea Anggitapraha, dengan judul “Alih Wahana, Lirik
Lagu, Cerpen, Video Klip Malaikat Juga Tahu Karya Dewi Lestari ”.
Mahasiswi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan
unsur-unsur lirik lagu, cerpen, video klip Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari. Unsur-unsur lirik lagu meliputi pembaitan,
diksi, pengimajian, bahasa figuratif, tema dan amanat. Unsur-unsur cerpen dan video klip meliputi alur, penokohan, latar, tema dan
amanat. Mendeskripsikan alih wahana yang terjadi di dalam lirik lagu, cerpen, video klip Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari yang
meliputi penciutan, penambahan perluasan, dan perubahan bervariasi. Analisis unsur dari masing-masing wahana, yaitu lagu, cerpen, dan
video klip,bertujuan untuk dapat mengetahui proses pengalihwahanaan yaitu terdapat penciutan, penambahan perluasan atau perubahan
bervariasi. Malaikat Juga Tahu berasal dari ide lagu yang kemudian dialihwahanakan menjadi bentuk cerpen. Dari bentuk cerpen
dialihwahanakan lagi menjadi bentuk video klip. Alih wahana dari lagu ke cerpen terdapat proses perubahan bervariasi dan
penambahanperluasan. Proses perubahan bervariasi terjadi pada penggunaan bahasa dalam pengungkapan makna rasa cinta sejati. Pada
lirik lagu, rasa cinta sejati diungkapkan dengan kalimat cinta yang nyata setia hadir setiap hari tak tega biarkan kau sendiri,
kemudian mengalami perubahan bervariasi pada cerpen menjadi kalimat naratif yaitu cintanya adalah paket air mata, keringat, dan
dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya.
47
Skripsi Tira Anggreyani, Gaya Bahasa “i ile dala o el Perahu Kertas Karya De i
Dee Lestari da Pe belajara ya di “MK Kelas XII , Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2013.
Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Proses penambahanperluasan terjadi pada tema. Tema lagu dan cerpen sama
tentang percintaan. Pada lagu yang tampak hanya percintaan antara seseorang
dengan seseorang
kemudian mengalami
penambahanperluasan menjadi percintaan antara seorang ibu kepada seorang anak yang autis. Alih wahana dari cerpen ke video klip
mengalami proses penciutan dan penambahan. Penciutan tampak pada penyajian cerita tentang rutinitas tokoh laki-laki autis. Unsur
tokoh di cerpen pun ada yang tidak diungkapkan di video klip. Pada cerpen terdapat tokoh anak-anak kos yang sangat gemar pada masakan
Bunda dan anak-anak kos yang pernah menjaili laki-laki autis itu dengan menyembunyikan satu dari seratus batang sabun. Tokoh anak-
anak kos pada cerpen tidak diungkapkan pada video klip. Penciutan ini dilakukan oleh Dewi Lestari karena dianggap tokoh anak-anak kos ini
bukan merupakan tokoh yang penting yang masuk ke dalam inti cerita. Penambahan yang terjadi adalah penambahan rutinitas tokoh laki-laki
autis yang sedang menggambar.
48
F. Pembelajaran Sastra di SMA
Pendidikan dapat diterapkan pula melalui sebuah karya sastra. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang
sastra dalam kurikullum 2004 yang pertama adalah, peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Tujuan yang kedua adalah,
peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Tujuan itu pula
dijabarkan ke dalam kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis sastra. Sebetulnya, kompetensi yang akan dikembangkan sudah
cukup baik. Terkadang, yang terjadi dilapangan tidak selalu sesuai dengan
48
“kripsi Arthadea Anggitapraha, dengan judul Alih Wahana, Lirik Lagu, Cerpen, Video Klip Malaikat Juga Tahu Karya Dewi Lestari . Mahasiswi Fakultas “astra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010.
tujuan yang diiinginkan. Kompetensi ini dijabarkan di dalam buku pembelajaran, isinya masih berkisar pada pembahasan tema, tokoh, watak,
alur, sudut pandang, latar, gaya bahasa, nilai-nilai, dan amanat pada pembelajaran prosa. Pembelajaran sastra sebenarnya dapat ditingkatkan
lagi dengan pendidikan melalui sastra. Melalui sastra kita dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal keseimbangan
antara spiritual, emosional, etika, logika, estetika, dan kinestika. Pengembangan kecakapan hidup, belajar sepanjang hayat, serta pendidikan
menyeluruh dan kemitraan.
49
Pembelajaran sastra hendaknya dirancang dan diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami setiap kompetensi yang akan
mereka capai. Seperti kompetensi membaca, dalam mengembangkan kompetensi membaca siswa banyak hal yang dapat diterapkan. Seperti
membaca intensif melalui metode membaca kritis. Kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif,
serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis.
50
Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Hal ini dapat
membantu siswa untuk berlatih membaca dengan teliti serta mengembangkan kemampuan analisis siswa. Dengan begitu, tujuan pokok
dalam membaca tidak hanya memahami maksud isi dari sebuah cerpen maupun karya sastra, tetapi siswa mampu menganalisis dan memahami
lebih dalam sebuah karya sastra.
49
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT. Grasindo, 2008, hlm. 171
50
Hendry Guntur Tarigan, Membaca sebagai sebuah keterampilan, Bandung: Penerbit Angkasa,1994
BAB III PENGARANG DAN KARYANYA
A. Biografi Pengarang dan Sutradara
1. Pengarang
Dewi Lestari Simangunsong lahir di Bandung , 20 Januari 1976. Ia menyelesaikan pendidikannya jurusan Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan. Ia juga dikenal sebagai, penyanyi, pencipta lagu, dan presenter.
51
Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ia merupakan anak dari pasangan
Yohan Simangunsong yang merupakan anggota militer, sedangkan ibunya Tiurlan Siagian adalah ibu rumah tangga yang sistematis, intelektual dan
keras. Dewi mulai menulis sejak ia duduk di kelas 5 SD. Waktu itu Dewi memiliki sebuah khayalan yang kemudian menggerakkannya utuk
memulai menulis. “aku mengkhayal suatu hari di luar sana akan ada satu buku yang
bertulis namaku. Dari khayalan itu aku beli satu buku tulis kosong dan aku perlakukan buku itu sebagai buku pertamaku. Aku tulis
semua khayalanku dibuku itu, semuanya ditulis pakai tulisan tangan.”
Sejak itu Dewi mulai gemar menulis buku harian, ia selalu menyimpan semua buku harian yang ia punya sejak kelas 1 SMP. Semua buku
hariannya ia letaknya menjadi satu di sebuah peti harta karun. Bagi Dewi, buku hariannya menjadi satu harta paling berharga dalam hidupnya.
Kesenangan Dewi menulis sepertinya tidak diimbangi dengan kesenangannya membaca, ia lebih senang membaca satu buku yang
membuatnya mampu berakar dalam dirinya. Tidak perlu banyak buku yang ia baca, baginya bukan dari kuantitas, tapi dari kualitas bacaan yang
51
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu, 2004, hlm.115
ia temukan. Kalau memang menyentuh, ia akan menggerakkannya untuk berkarya lebih banyak lagi.
Ada satu tulisan Dewi yang membuat keluarganya terkejut. Yaitu sebuah cerpen berjudul “Rico de Coro”. Cerpen ini pertama kali ia tulis
pada tahun 1994 seluruh keluarganya terkesan dengan cerpen itu, bahkan kakaknya menunjukkan karyanya kepada Hilman Hariwijaya, setelah
Hilman baca ia tertarik dan cerpen Dewi pun dimasukkan ke dalam majalah Mode. Cerpen ini menjadi salah satu cerpen yang mendapat
apresiasi tinggi dari pembaca majalah mode. Dewi mulai menulis novel pertamanya pada tahun 1995. Dewi
membeli laptop dari honor menyanyinya. Ia pun mulai menulis beragam tulisan. Mulai dari cerpen, esai, cerita bersambung, hingga novel. Tahun
2000, Dewi mulai terpikir untuk menulis Supernova: Ksatria, puteri, dan Bintang Jatuh. Novel itu pun menjadi novel pertamanya. Supernova
menjadi debut pertamanya, melalui novel itu Dewi melakukan awal yang sangat baik untuk kariernya sebagai penulis. Tidak hanya Supernova,
karya Dewi yang lain pun banyak membuat pembacanya tertarik. Novel berikutnya adalah Perahu Kertas, novel ini merupakan novel digital
pertama kali yang ada di Indonesia. Perahu kertas ditulis dewi tahun 1996, namun karya ini baru ia selesaikan 70. Dewi adalah orang yang senang
mencoba, ia senang menjadi seorang pionir. Ia yakin bahwa karyanya akan dicintai pembacanya. Tenyata, benar saja Perahu Kertas merambah hingga
ke medium film. Sebelum terkenal menjadi seorang penulis, Dewi telah lebih dahulu
dikenal sebagai seorang penyanyi. Dewi tergabung dalam kelompok vokal Rida Sita Dewi RSD. Kini, Dewi telah memutuskan untuk menjadi
seorang penulis. Menurutnya, menulis adalah sesuatu yang ia bayangkan dan akan terus ia lakukan hingga tua nanti. Di satu sisi, menulis adalah
profesi yang sangat langgeng dibandingkan industri hiburan atau dunia olahraga. Atlet hidupnya terbatas, penyanyi terbatas, model juga terbatas.
Tetapi kalau menulis, sampai seseorang tua renta, selama fisik dan otaknya