19
masing-masing. Guru-guru pada madrasah atau sekolah pada umumnya mengikuti pengajian kitab-kitab pada perguruan tinggi.
b. Pesantren Modern
Merupakan pesantren yang berusaha mengintegrasi secara penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Semua
santri yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas. Pengajian kitab-kitab klasik tidak menonjol, bahkan ada yang cuma sekedar
pelengkap, tetapi berubah menjadi mata pelajaran atau bidang studi. Begitu juga dengan sistem yang diterapkan, seperti cara
sorogan dan bandungan mulai berubah menjadi individual dalam hal belajar dan kuliah secara umum, atau studium general.
26
3. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren
a. Pondok Pesantren Tradisional
Metode pembelajaran dalam pondok pesantren hampir sama juga dengan metode pembelajaran di surau-surau di Sumatera Tengah.
Pondok pesantren itu dikepalai oleh sang kyai dan dibantu oleh guru- guru dari santri yang telah tinggi pelajarannya. Ilmu yang mula-mula
diajarkan ialah ilmu Nahwu dan Saraf, kemudian ilmu fiqih, Tafsir ilmu Kalam Tauhid, akhirnya sampai kepada ilmu Tasawuf dan
sebagainya. Pendeknya mata pelajaran dalam pondok pesantren itu ialah ilmu-
ilmu bahasa Arab pasif dan ilmu-ilmu Agama Islam. Lama pelajaran itu tidak ditentukan. Santri-santri yang cerdas dan rajin lekas
pelajarannya dan cepat pandai, sehingga dapat menjadi guru bantu, sedangkan santri-santri yang bodoh serta malas sampai bertahun-tahun
lamanya tidak juga tamat pelajarannya. Kadang-kadang keluar dengan tangan hampa saja. Pesantren itu sendiri tidak memberikan ijazah atau
surat tamat belajar.
26
Dra. Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Dirjen., Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet. V, h. 14
20
Cara mengajar sama saja, yaitu dengan menterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa daerah, kemudian menerangkan maksudnya.
Kitab-kitab pelajaran yang dipakai pada pondok pesantren itu hampir sama juga dengan kitab-kitab pelajaran yang dipakai di surau-surau di
Sumatra. Karena memang sumber dan pusatnya satu, yaitu Mekkah tanah tanah suci tempat pendidikan dan pengajaran Islam bagi seluruh
alim ulama Indonesia pada masa itu.
b. Pondok Pesantren Modern
Seiring dinamika zaman, banyak pesantren NU yang sistem pendidikan asalnya salaf berubah total menjadi pesantren modern. Ciri
khas pesantren modern adalah prioritas pendidikan pada sistem sekolah formal dan penekanan bahasa Arab modern lebih spesifik
pada speakingmuhawarah. Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan wetonan maupun madrasah diniyah, ditinggalkan
sama sekali. Atau minimal kalau ada, tidak wajib diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti
tahlilan, qunut, yasinan, dan lain-lain. Namun demikian, beberapa unsur yang menjadi ciri khas pondok
pesantren modern adalah sebagai berikut: 1.
Penekanan pada bahasa Arab percakapan. 2.
Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer bukan klasikkitab kuning.
3. Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas danatau
Kemenag dari SDMI MTSSMP MASMA maupun sekolah tinggi.
4. Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti sorogan,
bandongan dan wetonan. Kriteria-kriteria di atas belum tentu terpenuhi semua pada sebuah
pesantren yang mengklaim modern. Pondok Modern Gontor, inventor dari istilah pondok modern, umpamanya, yang ciri modern-nya terletak