5
Berkenaan dengan metode, Al- Qur’an telah memberi petunjuk
mengenai metode pendidikan secara umum yaitu dalam surat An-Nahl ayat 125 :
Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
8
QS. An-Nahl : 125 Dalam kaitan ini, lembaga pondok pesantren agar tetap eksis
memiliki peluang untuk bisa mempertahankan tradisi Islam yang bersifat tradisional dan juga harus bisa melaksanakan inovasi baru dalam sistem
pendidikan pesantren. Sebagai mana prin sip pesantren yaitu “Tetap
Memelihara Warisan-Warisan Yang Baik Dan Mengambil Hal-hal Baru Yang Lebih Baik.”
9
Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya juga tempat pengajian terutama yang masih memakai metode
sorogan dan bandongan. Masjid merupakan modal dasar dan utama tempat mendidik dan melatih para santri mengamalkan tata cara ibadah,
pengajaran kitab terutama yang kental denga aroma Islamnya. Asrama sebagai tempat penginapan santri dan difungsikan untuk
mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan kyai. Pondok inilah tempat santri beristirahat, tempat berasimilasinya budaya antar santri dan
tempat peningkatan wawasan dalam banyak hal termasuk ibadah.
8
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI,
2006, Cet. I, h. 417
9
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet.III, h. 260
6
Dalam pengembangan pesantren sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu melakukan inovasi pada berbagai aspek dan komponen
pendidikannya terutama dalam metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kenyataan di atas seharusnya dapat memacu
mereka yang berkompeten dalam pengembangan pesantren agar melakukan langkah-langkah yang transformatif, bila pesantren akan
dijadikan sebagai institusi pendidikan yang menjanjikan pada era modern. Sudah saatnya bagi pesantren untuk melakukan rerientasi tata nilai dan tata
operasional pendidikannya, agar lebih relevan dengan dinamika kemodernan, tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional yang telah lama
mengakar kuat di pesantren. Dalam permasalahan diatas timbul pertanyaan apakah metode
sorogan dan bandongan ini masih efektif dalam meningkatkan pemahaman santri dalam proses pengajaran di pondok pesantren pada zaman sekarang
ini dengan melihat perkembangan zaman yang semakin maju khususnya dalam pembelajaran qiroatul kutub.
Dengan demikian penulis mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “PENGARUH METODE
SOROGAN DAN BANDONGAN TERHADAP KEBERHASILAN PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SLADI
PASU RUAN JAWA TIMUR”
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka yang dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang akan muncul adalah sebagai
berikut : a.
Pemahaman santri lemah terhadap metode sorogan dan bandongan ini.
b. Penerapan metode sorogan dan bandongan kurang efektif di
pondok pesantren Salafiyah Sladi.
7
c. Pengaruh metode sorogan dan bandongan yang lemah terhadap
keberhasilan pembelajaran. d.
Metode sorogan dan bandongan ini perlu dihilangkan dalam model pembelajaran di pondok pesantren.
e. Kelayakan metode sorogan dan bandongan menjadi model
pembelajaran andalan di pondok pesantren. f.
Penggunaan metode andalan lain yang digunakan di pondok pesantren selain metode sorogan dan bandongan ini.
g. Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan
pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu luas dan juga terarah maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang
masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penulis hanya membatasi pada :
a. Metode pembelajaran yang digunakan adalah sorogan dan bandongan.
b. Keberhasilan hanya di dapat dari hasil nilai atau raport para santri
penilaian dari kyai dan berupa angket dari peneliti. c.
Objek penelitian adalah seluruh santri yang menetap di pondok pesantren.
d. Penelitian ini dibatasi di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan
Pasuruan Jawa Timur.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana implementasi metode sorogan dan bandongan di Pondok
Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur ? b.
Bagaimana keberhasilan metode sorogan dan bandongan di Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur ?
8
c. Bagaimana pengaruh metode sorogan sorogan dan bandongan di
Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Pasuruan Jawa Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh metode sorogan dan bandongan dalam
keberhasilan pembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para santri, guru, seluruh masyarakat dan khususnya bagi peneliti. Adapun manfaat
penelitian ini yaitu. 1.
Memberi informasi pada masyarakat dan lembaga pendidikan bahwa metode pembelajaran tradisional seperti sorogan dan bandongan masih
diperlukan. 2.
Bagi para santri atau peserta didik, untuk meningkatkan pemahaman terhadap kitab-kitab klasik.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam
kehidupan nyata setelah menyelesaikan studinya. 4.
Sebagai bahan bandingan dalam penyusunan skripsi atau penulisan karya ilmiah lainnya.
9
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Metode Sorogan dan Bandongan dalam Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kata yang berasal dari kata “ajar”, sebuah kata yang berimbuhan “pe-“ dan “-an” atau disebut juga imbuhan campuran
konfiks dan bisa berarti beberapa makna, yakni : menyatakan hal, proses atau perbuatan, hasil, tempat dan alat. Sedangkan pembelajaran menurut
Kamus Belajar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
1
Tetapi pembelajaran disini menyatakan sebagai proses, lebih tepatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
1
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995, h. 14
10
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang
ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative
lama dan karena adanya usaha.
2. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam
ilmu pengetahuan dsb; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
2
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metha” yang berarti melalui, dan “hudos” yang berarti jalan yang dilalui.
Dalam istilah kependidikan metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
3
Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam memberikan
2
Ibid., h. 652
3
M. Arifin, Filasafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, Cet. III, h. 97