2.2.2 Bionomik Vektor
Menurut Sitio 2008, pengetahuan tentang bionomik vektor sangat diperlukan dalam perencanaan pengendalian vektor. Bionomik vektor meliputi tempat
perindukan breeding habit, kebiasaan menggigit feeding habit, kebiasaan istirahat resting habit, jarak terbang, dan lama hidup.
a Tempat Perindukan Breeding Places Tempat perindukan yang paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari-
hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan disebut non-TPA, seperti tempat minum hewan, barang bekas,
vas bunga, perangkap semut, dan lainnya sedangkan TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon
pisang, potongan bambu, dan lainnya. Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik meletakkan telurnya pada TPA berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna
hitam, terbuka lebar, dan terutama terletak di tempat-tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung Soegijanto, 2006.
b Kebiasaan Menggigit Feeding Habit
Berdasarkan pendapat Soegijanto 2006 dan WHO 2004 dapat disimpulkan bahwa nyamuk Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari
hewan berdarah panas lainnya; sebagai hewan diurnal, nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit dan menghisap darah, yaitu antara pukul 08.00-12.00 dan
15.00-17.00; jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti dapat menggigit lebih
dari satu orang dan perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemi.
c Kebiasaan Istirahat Resting Habit
Nyamuk Aedes aegypti paling suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kamar tidur, kamar mandi,
kamar kecil, maupun dapur. Dapat juga ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau di tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang disukainya
adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju dan korden, serta di dinding WHO, 2004.
d Jarak Terbang
Menurut Sitio 2008 yang mengutip pernyataan Chapman, pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke tempat
untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak sehingga penguapan air dari tubuh
nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan jarak
terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin, temperatur,
kelembaban, dan cahaya. Adapun faktor internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi, dan perkembangan otot nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat
terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah.
Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih aktif di dalam rumah endofilik. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2
km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat transportasi.
e Lama Hidup
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya 8 hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran
virus semakin besar. Dengan demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami Aedes aegypti dalam berbagai kondisi lingkungan WHO,
2004.
2.2.3 Pengamatan Kepadatan Populasi Vektor