Peraturan Perundangan Pencegahan dan Pengendalian DBD

2.4.5 Perlindungan Individu

Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent dan menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk, di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk Sukowati, 2010. Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol, obat nyamuk bakar, vaporize mats VP, dan repellent oles bisa digunakan oleh individu. Pada 12 tahun terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets ITNs dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk WHO, 2004.

2.4.6 Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan diperlukan untuk memberikan payung hukum dan melindungi masyarakat dari risiko penularan DBD. Seperti telah dipaparkan di atas bahwa DBD termasuk salah satu penyakit yang berbasis lingkungan sehingga pengendaliannya tidak mungkin hanya dilakukan oleh sektor kesehatan. Seluruh negara seharusnya mempunyai undang-undang tentang pengawasan penyakit yang berpotensi wabah seperti DBD dengan memberikan kewenangan kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan atau kebijakan untuk mengendalikannya Sukowati, 2010. Salah satu negara yang mempunyai undang-undang dan peraturan tentang vektor DBD adalah Singapura yang mengharuskan masyarakat untuk menjaga lingkungannya agar bebas dari investasi larva Aedes. Adanya peraturan dan pelaksanaan aturan tersebut menyebabkan epidemi DBD di negara tersebut dapat dikendalikan Sukowati, 2010. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta sudah mempunyai peraturan serupa tetapi penerapannya masih belum dapat dijalankan. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi peraturan daerah dan penyuluhan tentang memelihara lingkungan yang bebas dari larva nyamuk secara bertahap. Hal ini mengingat pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu. UUD 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan dinyatakan juga bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat Sukowati, 2010. 2.5 Landasan Teori Segitiga Epidemiologi Trias Epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Teori Segitiga Epidemiologi yang dikemukakan oleh Gordon dan Le Richt pada tahun 1950 menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni pejamu host, penyebab agent, dan lingkungan environment yang digambarkan sebagai segitiga. Timbulnya penyakit berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor ini. Faktor-faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Keterhubungan antara pejamu, penyebab, dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan equilibrium pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut Bustan, 2006. Kejadian penyakit DBD yang menggambarkan hubungan penyebab agent, pejamu host, lingkungan environment, dan vektor dapat digambarkan seperti gambar berikut : Gambar 2.6. Model Klasik Kausasi Segitiga Epidemiologi Sumber : Murti, 2003 Vektor Agen Pejamu Lingkungan Agen merupakan entitas yang diperlukan untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu yang rentan. Agen klasik bersifat biologis misalnya virus, bakteri, parasit. Agen memiliki sejumlah karakteristik antara lain: Infektifitas yakni kemampuan agen untuk mengakibatkan infeksi pada pejamu yang rentan; Patogenesitas yakni kemampuan agen untuk mengakibatkan penyakit di dalam pejamu; dan Virulensi yakni beratnya penyakit yang diakibatkan agen di dalam pejamu Murti, 2003. Pejamu merupakan organisme yang rentan oleh pengaruh agen. Faktor endogen pejamu mencakup umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, profil genetik, latar belakang keluarga, penyakit terdahulu, status imunitas, dan sebagainya. Lingkungan merupakan kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen maupun pejamu tetapi mampu mempromosikan paparan agen dan interaksinya dengan pejamu. Sementara itu, vektor dapat ikut mengambil bagian bagi transmisi paparan agen. Pejamu manusia, agen virus, vektor nyamuk Aedes aegypti, dan lingkungan genangan air hujan, iklim, dan perumahan, saling berinteraksi untuk menghasilkan kejadian DBD Murti, 2003. Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Peneliti merumuskan komponen- komponen yang berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kecamatan Medan Tembung antara lain sebagai berikut : a Pejamu Host Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent. Dalam penelitian ini, yang diteliti dari faktor host adalah faktor kebiasaan, meliputi kebiasaan membersihkan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, menabur bubuk abate, menggantung pakaian, kebiasaan tidur, dan pemakaian obat anti nyamukrepellent yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Tembung. b Penyebab Agent Agent penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk kelompok Arboviroses, anggota dari genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. Virus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD. Dalam penelitian ini, yang diteliti dari faktor agent adalah keberadaan jentik nyamuk yang mengindikasikan adanya vektor DBD di Kecamatan Medan Tembung. c Lingkungan Environment Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun host, tetapi mampu menginteraksikan agent dan host. Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi tata rumah, tempat penampungan air, bukan tempat penampungan air, tempat penempungan air alami, kawat kasa pada ventilasi, dan tanaman hiastumbuhan di sekitar rumah yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Medan Tembung. Berdasarkan konsep penyebab penyakit yang menyatakan bahwa penyakit dipengaruhi oleh faktor host, agent, dan environment maka pendekatan yang cocok untuk mengetahui penyebab penyakit DBD pada penelitian ini adalah model segitiga Epidemiologi.

2.6 Kerangka Konsep