km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat transportasi.
e Lama Hidup
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya 8 hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran
virus semakin besar. Dengan demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami Aedes aegypti dalam berbagai kondisi lingkungan WHO,
2004.
2.2.3 Pengamatan Kepadatan Populasi Vektor
Untuk mengetahui kepadatan vektor disuatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survei perangkap telur.
a Survei Nyamuk Sampling vektor nyamuk dewasa dapat memberikan data yang berharga untuk
mengetahui kecenderungan populasi musiman, dinamika penularan, risiko penularan, dan evaluasi terhadap usaha pemberantasan nyamuk. Beberapa cara untuk survei
nyamuk dewasa antara lain Depkes RI, 2007 : - Landing Bitting Collection
Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan orang di dalam atau diluar rumah masing-masing 20 menit per rumah. Angka hasil
tangkapan dengan menggunakan jaring tangan atau aspirator saat nyamuk melekat atau hinggap pada umpan disebut landing bitting rate LBR.
- Resting Collection Pada periode inaktif, nyamuk dewasa istirahat di dalam rumah terutama di
kamar tidur dan di tempat yang gelap seperti tempat gantungan pakaian dan tempat- tempat terlindung. Jumlah nyamuk dewasa yang tertangkap istirahat dengan aspirator
per rumah disebut resting rate.
b Survei Jentik Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua tempat air di
dalam dan di luar rumah dari 100 seratus rumah yang diperiksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam pelaksanaan
survei ada dua metode yang meliputi Depkes RI, 2007 : b.1 Metode Single Larva
Metode ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis
jentiknya. b.2 Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program pemberantasan
penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :
- Angka Bebas Jentik ABJ : persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di semua desakelurahan setiap 3 bulan oleh petugas Puskesmas pada rumah-rumah
penduduk yang diperiksa secara acak.
- House Index HI : presentase rumah yang ditemukan jentik terhadap seluruh rumah yang diperiksa.
- Container Index CI : presentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.
- Breteau Index BI : jumlah kontainer positif perseratus rumah yang diperiksa.
Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti yang menyebutkan
Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard. Hanya saja, berdasarkan kesepakatan ditetapkan House Index minimal 1, yang berarti
persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 1 atau 99
rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian nyamuk penularan DBD Depkes RI, 2007.
c Survei Perangkap Telur Menurut Ditjen PPPL 2007, survei telur menggunakan ovitrap yaitu
berupa potongan bambu atau kontainer lain yang mudah diperoleh bekas kaleng susu dicat hitam, gelas plastik, tempurung kelapa atau lainnya yang diberi air dan diberi
lubang ±1 cm dari tepi atas untuk menggantung ovitrap pada paku dan untuk mencegah air agar tidak meluap. Kemudian ovitrap diberi padel yang berupa
potongan bambu atau kain yang berwarna gelap sebagai tempat meletakkan telur bagi nyamuk. Jumlah pemasangan ovitrap pada setiap rumah adalah 2 buah, 1 buah
dipasang di dalam rumah dan 1 buah lagi dipasang di luar rumah. Jumlah ovitrap yang dipasang minimal 160 buah di 80 rumah. Pengamatan ada atau tidak adanya
telur dilakukan seminggu sekali dengan cara pemeriksaan adanya telur di padel atau bisa juga dengan pemeriksaan adanya jentik di dalam ovitrap. Pada waktu
pemeriksaan padel, air di dalam ovitrap dibuang dan diganti air baru. Bila air tidak diganti maka jentik yang ada akan menetas menjadi nyamuk.
2.3 Epidemiologi Penyakit DBD 2.3.1 Distribusi Penyakit DBD