dapat memengaruhi 99,3 tingkat kematian larva Aedes stegommyia dan 1,9 terhadap larva Culex quinquefasciatus dan Toxorhynchities amboinensis. Pelepasan
predator ini di Queensland bagian Utara dan Selatan, serta Thailand menunjukkan hasil yang beragam. Namun, di Vietnam hasilnya lebih sukses karena mampu
memberantas Aedes aegypti di satu desa. Walaupun faktor kelangkaan bahan pangan serta melakukan pembersihan wadah secara teratur dapat mencegah kelangsungan
hidup Copepods. Mereka cocok untuk wadah besar yang tidak dibersihkan secara teratur seperti tangki beton, drum besar, atau ban. Mereka juga dapat digunakan
bersamaan dengan Bt.H-14. Copepods berperan dalam pengendalian vektor dengue, akan tetapi masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan
penggunannya WHO, 2004. Ikan Larvivorus Gambusia affinis dan Poecilia reticulata telah banyak
digunakan untuk mengendalikan jentik Aedes aegypti di tempat penyimpanan air yang besar di banyak negara di Asia Tenggara. Kemampuan dan efisiensi dari
tindakan pengendalian ini tergantung pada jenis penampungan airnya Suroso dalam Sukamto, 2007.
2.4.3 Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida dalam pengendalian
vektor DBD bagaikan pisau bermata dua, artinya bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Jika insektisida digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu
dan cakupan akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme yang bukan sasaran Sukowati, 2010.
Penggunaan insektisida dalam jangka tertentu secara terus menerus akan menimbulkan resistensi vektor. Insektisida untuk pengendalian DBD harus digunakan
dengan bijak dan merupakan senjata pamungkas WHO, 2004.
2.4.4 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan proses panjang dan memerlukan ketekunan, kesabaran, dan upaya dalam memberikan pemahaman dan motivasi kepada individu,
kelompok, masyarakat, bahkan pejabat secara berkesinambungan. Program yang melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3M
Plus atau PSN dilingkungan mereka. Istilah tersebut sangat populer dan mungkin sudah menjadi trade mark bagi program pengendalian DBD. Namun, karena
masyarakat kita sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, pemahaman, dan latar belakang, kegiatan ini belum mampu mandiri dalam pelaksanaannya Sukowati,
2010. Mengingat kenyataan tersebut maka penyuluhan tentang vektor dan metode
pengendaliannya masih
sangat dibutuhkan
oleh masyarakat
secara berkesinambungan. Penggerakan masyarakat tidak mungkin dapat berhasil dengan
baik tanpa peran dari pemerintah daerah dan lintas sektor terkait seperti pendidikan, agama, LSM, dan lain-lain. Program tersebut akan dapat mempunyai daya ungkit
dalam memutus rantai penularan bilamana dilakukan oleh masyarakat dalam program pemberdayaan peran serta masyarakat.
2.4.5 Perlindungan Individu
Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent dan menggunakan pakaian yang
mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi kontak
dengan nyamuk, di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk Sukowati, 2010.
Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol, obat nyamuk bakar, vaporize mats VP, dan repellent oles bisa digunakan oleh individu. Pada 12 tahun
terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets ITNs dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk
WHO, 2004.
2.4.6 Peraturan Perundangan