Hubungan Tata Rumah dengan Kejadian DBD Hubungan Keberadaan TPA dengan Kejadian DBD

optimum maka dapat menghasilkan kehidupan yang baik bagi nyamuk Ditjen PPMPL, 2001. Faktor lingkungan yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdiri dari tata rumah, keberadaan TPA, keberadaan non TPA, keberadaan TPA alami, keberadaan kawat kasa pada ventilasi, dan keberadaan tanaman hiastumbuhan. Hubungan variabel-variabel penelitian tersebut dengan kejadian DBD antara lain sebagai berikut:

5.3.1 Hubungan Tata Rumah dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tata rumah pada kelompok kasus mayoritas dengan tata rumah yang tidak baik, yaitu sebesar 54,7 47 orang sedangkan tata rumah pada kelompok kontrol mayoritas dengan tata rumah yang baik, yaitu sebesar 74,4 64 orang. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,000 p0,05 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tata rumah terhadap kejadian DBD di Kecamatan Medan Tembung. Terbukti dengan hasil uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 3,506 95 CI:1,841 - 6,676 yang berarti bahwa penderita DBD memiliki tata rumah tidak baik 3,506 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Keadaan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Roose 2008 dan Kasad 2010. Namun keadaan ini sejalan dengan hasil penelitian Rasyad 2002 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tata rumah dengan kejadian DBD dengan nilai p=0,034. Menurut Rasyad 2002, penderita DBD memiliki tata rumah yang tidak baik 2,7 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Dalam penelitian ini, tata rumah responden dianggap baik apabila tidak ada barang-barang berserakan dan kain-kain bergantungan di dalam rumah responden. Namun jika sebaliknya, maka tata rumah responden dianggap tidak baik. Tata rumah yang tidak baik akan meningkatkan risiko penghuni rumah untuk menderita penyakit DBD oleh karena tersedianya tempat bagi nyamuk untuk beristirahat dan hidup di dalam rumah. Menurut Haryanto 1999, nyamuk Aedes aegypti biasa hinggap pada baju-baju yang bergantungan dan benda-benda berserkan lain di dalam rumah.

5.3.2 Hubungan Keberadaan TPA dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kelompok kasus dan kontrol mayoritas terdapat TPA di sekitar rumahnya, yaitu masing-masing sebesar 87,2 75 orang dan 82,6 71 orang. Uji statistik chi-square menunjukkan nilai p =0,395 p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan TPA dengan kejadian DBD dan keberadaan TPA bukan sebagai determinan kejadian DBD di Kecamatan Medan Tembung. Keadaan ini agaknya sejalan dengan hasil penelitian Roose 2008. Ia menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum, ember, dan lain-lain dengan kejadian DBD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan risiko antara yang terdapat TPA dengan yang tidak terdapat TPA di sekitar rumahnya karena baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol mayoritas memiliki tempat penampungan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ada faktor lain yang lebih memengaruhi dibandingkan keberadaan TPA, yaitu kebiasaan masyarakat dalam membersihkanmenguras TPA. Keberadaan TPA tentu tidak akan menjadi masalah jika didukung oleh tindakan yang baik dalam membersihkanmenguras TPA.

5.3.3 Hubungan Keberadaan Non TPA dengan Kejadian DBD