Kurva yang dihasilkan dari penelitian dapat berbeda-beda tergantung dengan rentang skor keputusan penilaian yang dihitung.
Pada penelitian ini kondisi stres kerja dan kinerja karyawan perusahaan berada pada rentang 1,8-2,7 Stres kerja rendah, kinerja
karyawan tinggi. Jadi dalam penelitian ini hubungan U terbalik antara stres kerja dan kinerja karyawan sudah sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Robbins.
4.10.4. Analisis Karakteristik Karyawan Berdasarkan Stres Kerja dan
Kinerja Karyawan
Setelah mengetahui kondisi stres kerja dan kinerja karyawan secara keseluruhan dari nilai rata-rata tertimbang,
selanjutnya akan dilihat tingkat stres kerja serta kinerja berdasarkan karakteristik karyawan yaitu bagian, jenis kelamin,
umur, pendidikan, lama kerja dan gaji berdasarkan nilai rata-rata dari total skor karyawan menggunakan uji ANOVA terhadap
jawaban pertanyaan stres kerja dan kinerja karyawan Tabel 11. Gambar 7. Hubungan U-Terbalik antara Stres dan Kinerja
Berdasarkan Hasil Penelitian
Tabel 11.
Tingkat stres dan Kinerja Karyawan Berdasarkan Karakteristik Karyawan
Bagian Stres Kerja
Kinerja Karyawan
Delivery Centre DC Kantor Pos KP
2.07 2.20
3.80 3.67
Jenis Kelamin Stres Kerja
Kinerja Karyawan Laki-laki
Perempuan 2.12
2.12 3.78
3.58
Umur Stres Kerja
Kinerja Karyawan
20-29 30-39
40-49 50
2.06 2.29
2.06 1.60
3.76 3.85
3.70 3.75
Pendidikan Stres Kerja
Kinerja Karyawan
SMP SMA
D3 S1
1.82 2.21
2.26 2.17
3.82 3.75
3.75 3.81
Lama Kerja Stres Kerja
Kinerja Karyawan
1-10 11-20
21 2.05
2.18 2.07
3.94 3.74
3.70
Gaji Stres Kerja
Kinerja Karyawan
500rb-1jt 1jt-1.5jt
1.5jt 2.11
2.02 2.15
3.80 3.58
3.90
Berdasarkan hasil analisis dari karakteristik karyawan terhadap stres kerja dan kinerja karyawan Tabel 11, diperoleh
hasil bahwa stres kerja tertinggi cenderung didominasi oleh karyawan pada bagian KP kantor Pos. Namun stres kerja tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan bagian. Hal ini terlihat dari
nilai signifikansi bagian sebesar 0.282 yang lebih besar dari nilai α
sebesar 0.05 terima H . Jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai kecenderungan nilai stres kerja yang sama. Nilai signifikansi jenis kelamin sebesar 0.983 yang lebih besar dari
nilai α sebesar 0.05 terima H
, juga memperkuat tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kedua jenis kelamin tersebut.
Kecenderungan stres kerja lebih dominan dialami karyawan dengan umur 30-39 tahun, yaitu pada masa produktifitas karyawan
sedang tinggi. Stres kerja mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan umur. Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi umur sebesar 0.046 yang lebih kecil dari nilai
α sebesar 0.05 tolak H . Pada tingkat Pendidikan D3
dan SMA stres kerja yang dialami cenderung lebih besar. Stres kerja mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari
karakteristik karyawan berdasarkan pendidikan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi pendidikan sebesar 0.047 yang lebih kecil dari
nilai α sebesar 0.05 tolak H
. Lama kerja yang dominan menimbulkan stres kerja yaitu berada pada masa kerja 11-20 tahun.
Hal ini dikarenakan pada masa kerja dengan rentang tersebut karyawan berada pada titik jenuh dalam aktifitasnya bekerja.
Namun stres kerja tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan lama kerja. Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi berdasarkan lama kerja sebesar 0.620 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05 terima H . Besar
kisaran gaji lebih dari Rp. 1.500.000 dan antara Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 memiliki kecenderungan mengalami stres kerja yang
tinggi. Namun stres kerja tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan gaji
yang diterima. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi gaji karyawan sebesar 0.724 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05 terima H
. Tingkat kinerja karyawan tertinggi cenderung didominasi oleh karyawan pada bagian DC Delivery Centre. Namun kinerja
karyawan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan bagian. Hal ini terlihat dari
nilai signifikansi bagian sebesar 0.303 yang lebih besar dari nilai α
sebesar 0.05 terima H . Tingkat kinerja karyawan tertinggi
cenderung didominasi oleh karyawan laki-laki. Namun kinerja karyawan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat
dari karakteristik karyawan berdasarkan jenis kelamin. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi jenis kelamin sebesar 0.366 yang
lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 terima H
. Kecenderungan kinerja karyawan tinggi lebih dominan dialami karyawan dengan
umur 30-39 tahun, karena pada masa itu produktifitas karyawan sedang tinggi. Kinerja karyawan tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan umur. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi umur sebesar 0.742
yang lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 tolak H
. Pada tingkat Pendidikan SMP dan S1 kinerja karyawannya cenderung lebih
tinggi. Namun kinerja karyawan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan
pendidikan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi pendidikan sebesar 0.949 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05 terima H
. Lama kerja dengan tingkat kinerja karyawan paling tinggi cenderung berada pada masa kerja kurang dari lima tahun. Hal ini
dikarenakan pada masa kerja dengan rentang tersebut karyawan baru mulai meniti kariernya di perusahaan, sehingga karyawan
bekerja dengan giat. Namun tingkat kinerja karyawan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari
karakteristik kayawan berdasarkan lama kerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi bagian sebesar 0.450 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05 terima H
. Besar kisaran gaji lebih dari Rp. 1.500.000 memiliki kecenderungan tingkat kinerja yang lebih
tinggi. Namun kinerja karyawan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan jika dilihat dari karakteristik karyawan berdasarkan gaji.
Hal ini terlihat dari nilai signifikansi gaji karyawan sebesar 0.431 yang lebih besar dari nilai
α sebesar 0.05 terima H .
Kesimpulan dari penjelasan diatas, tingkat stres kerja tertinggi yang mempunyai perbedaan antara karakteristik karyawan
secara signifikan adalah karakteristik berdasarkan usia dengan kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh karyawan pada
usia 30-39 tahun, dan karakteristik berdasarkan pendidikan dengan kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh karyawan
dengan pendidikan D3 dan SMA. Sedangkan karaktetistik karyawan lainnya tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
jika dikaitkan dengan stres kerja, yaitu karakteristik berdasarkan bagian dengan kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh
bagian KP, karakteristik berdasarkan jenis kelamin besarnya nilai rata-rata sama baik laki-laki maupun perempuan, karakteristik
berdasarkan lama kerja dengan kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh masa kerja 11-20 tahun dan karakteristik berdasarkan
gaji dengan kecenderungan stres kerja tertinggi dialami oleh besarnta gaji antara Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 dan lebih dari Rp.
1.500.000. Dari segi kinerja karyawan, seluruh karaktristik karyawan tidak ada perbedaan secara signifikan. Kecenderungan
kinerja tertinggi yaitu pada bagian DC delivery Centre, jenis kelamin laki-laki, usia antara 30-39 tahun, Pendidikan SMP dan
S1, dan besar gaji lebih dari Rp. 1.500.000.
4.11. Estimasi Awal Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan