ini berarti karyawan lebih merasakan gejala psikologis akibat stres kerja seperti mudah merasa tersinggung, menunda-nunda
mengerjakan pekerjaan, merasa bosan dengan pekerjaan, merasa gelisah dalam bekerja, serta kurang puas dengan hasil kerja
dibandingkan dengan gejala perilaku. Oleh karena itu perusahaan sebaiknya memperhatikan gejala-gejala psikologis yang mulai
tampak dari karyawannya agar stres kerja yang dialami karyawan dapat ditanggulangi sedini mungkin.
Variabel gejala perilaku Y
1.2
dengan λ = 0.85,
menunjukkan bahwa gejala perilaku seperti tidak masuk kerja, cenderung membuat kekeliruan, tidak bersemangat dalam bekerja,
sulit tidur akibat pekerjaan, dan menurunnya nafsu makan karena beban kerja tidak begitu tampak pada karyawan yang mengalami
stres kerja.
b. Kinerja Karyawan
Gambar 12 juga memperlihatkan hubungan timbal balik antara pengaruh kinerja terhadap stres kerja. Kinerja karyawan
mempunyai nilai β = 0.10, yang berarti kinerja karyawan secara
signifikan berpengaruh terhadap stres kerja karyawan. Hasil analisa t-value
kinerja terhadap stres kerja karyawan sebesar 0.89, juga menunjukkan bahwa kinerja karyawan tidak nyata pengaruhnya
terhadap stres kerja karyawan. Dari hasil estimasi ini dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan secara signifikan berpengaruh
tidak nyata terhadap stres kerja karyawan, yang berarti semakin tinggi kinerja karyawan maka belum tentu menyebabkan tingkat stres
semakin tinggi ataupun rendah. Dalam kinerja
η 2, variabel yang memiliki loading factor tertinggi dengan nilai
λ = 1.00 yaitu kuantitas pekerjaanY
2.1
, kualitas pekerjaan Y
2.2
dengan nilai λ = 0.81, sedangkan ketepatan
waktu Y
2.3
mempunyai nilai λ = 0.30. Dari ketiga variabel
indikator tersebut, kuantitas pekerjaan berpengaruh tidak nyata terhadap kinerja karyawan karena nilai t-valuenya = 1.26 atau di
bawah 1.96, kualitas pekerjaan berpengaruh nyata terhadap kinerja karyawan karena mempunyai nilai t-value sebesar 2.72, sedangkan
kuantitas pekerjaan berpengaruh tidak nyata terhadap kinerja karyawan, karena nilai t-valuenya sebesar 1,07.
Berdasarkan analisa data, variabel kuantitas pekerjaan Y
2.1
mempunyai nilai λ yang paling besar yaitu 1.00. Artinya kuantitas
pekerjaan mempunyai pengaruh yang cukup terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti kinerja karyawan dalam hal kuantitas
pekerjaan dinilai baik. Pekerjaan mereka sesuai dengan beban kerja yang telah ditetapkan perusahaan saat ini, dan hasil pekerjaan sesuai
dengan harapan karyawan dan standar yang ditetapkan perusahaan. Dengan hasil kinerja yang baik ini perusahaan harus meningkatkan
dan mendukung karyawan agar dapat berkinerja dengan baik. Variabel kualitas pekerjaan Y
2.2
dengan λ = 0.81, Artinya
kualitas pekerjaan mempunyai pengaruh terbesar kedua terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti kinerja karyawan dalam hal kualitas
pekerjaan dinilai cukup. Karyawan jarang membuat kekeliruan, dan pekerjaan hampir sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan
karyawan. Dengan hasil kinerja ini perusahaan harus meningkatkan dan mendukung karyawan agar dapat berkinerja lebih baik lagi.
Variabel ketepatan waktu Y
2.3
dengan λ = 0.30, Artinya
ketepatan waktu mempunyai pengaruh terkecil dibandingkan dengan variabel yang lainnya terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti
kinerja karyawan dalam hal ketepatan waktu dinilai masih rendah. Karyawan belum dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan perusahaan. Dengan hasil kinerja ini perusahaan harus memperbaiki dan mendukung karyawan dengan
cara menerapkan disiplin waktu agar dapat berkinerja lebih baik lagi.
4.12. Upaya Pencegahan Stres Kerja