Hasil estimasi t-value Gambar 10 memperlihatkan bahwa semua variabel indikator telah memiliki t-value lebih besar dari 1.96 tingkat
signifikansi 5 , yang berarti bahwa semua variabel indikator tersebut valid. Hasil analisa t-value dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Hasil Estimasi t-value Hasil analisa estimasi dengan menggunakan indikator pembanding
ini selanjutnya akan digunakan sebagai model analisis penelitian. Analisis penelitian akan diuraikan berdasarkan hubungan antar variabel laten model
struktural dan antara variabel laten dengan variabel indikatornya model pengukuran.
4.11.1. Pengaruh Sumber Stres Kerja Stresor dengan Stres Kerja
Gambar 11. Estimasi Sumber Stres Kerja Stresor terhadap Stres Kerja
Model tersebut menunjukkan bahwa stres kerja dipengaruhi oleh sumber stres kerja
γ = 1,58. Hasil analisa t-value juga memperlihatkan besarnya koefisien konstruk
γ atau gamma yang menunjukkan nyata atau tidaknya pengaruh variabel laten bebas
terhadap variabel laten terikat. Semakin besar t-value, maka variabel laten bebas tersebut semakin nyata berpengaruh terhadap variabel
laten terikat. Sumber stres kerja stresor mempunyai nilai t-value diatas1.96 tingkat sinifikansi 5 yaitu sebesar 4.50. Sumber stres
kerja dengan nilai koefisien konstruk γ sebesar 1.58 dan t-value
4.50, berarti bahwa sumber stres kerja secara signifikan nyata dan bersifat positif berpengaruh terhadap stres kerja. Sumber stres kerja
stresor akan mempengaruhi stres kerja, dimana semakin tinggi sumber stres kerja yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula
stres kerja yang dirasakan. Dalam sumber stres kerja stresor
ξ
1
, variabel yang memiliki loading faktor tertinggi dengan nilai
λ = 1.76 yaitu tuntutan hubungan antar pribadi X
3
, kepemimpinan organisasi X
4
dengan nilai
λ = 1.53, tuntutan peran X
2
dengan nilai λ = 1.50, dan
tuntutan tugas X
1
dengan nilai λ =1.00. Keempat variabel indikator
tersebut berpengaruh nyata terhadap stres kerja karena mempunyai nilai t-value diatas 1.96 tingkat signifikansi 5.
Berdasarkan analisa data, variabel tuntutan hubungan antar pribadi X
3
mempunyai nilai λ yang paling tinggi yaitu 1.76.
Artinya tuntutan hubungan antar pribadi mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap stres kerja. Hal ini dikarenakan karyawan di
perusahaan cenderung merasa kesulitan untuk bergaul dengan atasannya, serta kurangnya dukungan kerjasama dari rekan-rekan
sekerja untuk saling membantu dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, perusahan seharusnya lebih memperhatikan hubungan antar pribadi
karyawannya agar dapat mengurangi atau mencegah timbulnya stres kerja.
Variabel kepemimpinan organisasi X
4
mempunyai λ =
1.53. Variabel ini memberikan pengaruh terbesar kedua terhadap stres kerja. Dari hasil kuesioner responden dapat diketahui bahwa
responden setuju dengan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kepemimpinan organisasi, yaitu kurangnya dukungan dari
atasan, pengawasan yang buruk dan kurang memadai dari atasan, pekerjaan yang baik kurang mendapat dukungan, dan atasan yang
terlalu banyak mengatur. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat memperbaiki gaya kepemimpinan organisasinya sehingga
dapat megurangi timbulnya stres kerja yang diakibatkan oleh kepemimpinan organisasi.
Variabel tuntutan peran X
2
mempunyai nilai λ = 1.50,
memberikan pengaruh terbesar ketiga terhadap stres kerja. Dari hasil kuesioner responden dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan
yang berkaitan dengan tuntutan peran, yaitu tugas yang diberikan oleh perusahaan berlebihan, melakukan pekerjaan yang dirasakan
tidak dimengerti, melakukan pekerjaan diluar tugas sendiri, dan mengerjakan tugas tenggat waktu dialami oleh karyawan. Oleh
karena itu, perusahaan dalam memberikan tuntutan peran kepada karyawannya sebaiknya sesuai dengan proporsi dan kemampuan dari
karyawannya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi timbulnya stres kerja yang diakibatkan oleh tuntutan peran.
Variabel tuntutan tugas X
1
mempunyai nilai λ = 1.00,
merupakan variabel yang mempunyai pegaruh paling kecil diantara variabel sumber stres kerja stresor lainnya. Dari hasil kuesioner
responden dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan tuntutan tugas dialami karyawan namun tidak
terlalu sering. Namun, agar dapat mencegah atau mengurangi timbulnya stres kerja, perusahaan juga harus memperhatikan tuntutan
tugas, peralatan, dan faslitas kerja yang akan diberikan kepada karyawannya.
4.11.2. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja